Keseruan Belajar dengan Metode “Stationen-Diktat”
Guru sebagai pelaku utama dalam penerapan program pendidikan di sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi murid-murid untuk mencapai tujuan. Guru adalah profesi mulia yang memiliki berbagai peran. Oleh karena itu, guru merupakan profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukaan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Teknologi canggih sekalipun tidak akan pernah bisa menggantikan peran guru secara total . Maka dari itu, guru harus memiliki kompetensi padagogik agar mampu menjalankan perannya sebagai pengelola/pemimpin pembelajaran.
Dalam kapasitas sebagai pengelola pembelajaran Guru harus memiliki kreatifitas guna menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.
Salah satu metode yang dikembangkan dalam pembelajaran bahasa Jerman adalah “Stationen-Diktat”. Model pembelajaran dengan metode ini dikemas dalam pembelajaran kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 3-6 peserta, jumlah anggota ideal dalam pembelajaran koperatif. Disebut Stationen_Diktat karena dalam pembelajaran dengan model ini kelas dibagi menjadi beberapa titik Corner sesuai kebutuhan berdasarkan jumlah konten yang akan dipelajari ditambah satu titik corner sebagai tempat persinggahan kelompok untuk menunggu jika stasiun yang akan dikunjungi sedang ada kelompok lain. Makanya statsiun ini diberi nama “Halte” yang berarti tempat menunggu. Keseruan akan terjadi di sini, karena di sini murid diberikan kesempatan melakukan aktivitas sesuai instruksi. Instruksinya dalam bahasa Jerman yang meminta murid misalnya, menyanyi, berfoto dengan gaya yang unik dan lucu, atau aktivitas-aktivitas seru lainnya.
Metode ini saya terapkan pada pembelajaran di kelas X MIPA 1, semester genap tahun ajaran 2021/2022 pada materi teks khusus dalam bentuk “Stundenplan” (Jadwal Pelajaran) untuk mencapai KD 3.4. yakni menafsirkan teks khusus terkait kehidupan sekolah. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dengan materi ini adalah agar murid dapat menafsirkan teks khusus berupa Jadwal pelajaran. Salah satu materi prasyarat yang harus dikuasi murid untuk bisa menafsirkan teks khusus ini adalah “die Uhrzeit” (penyebutan/penulisan jam dalam Bahasa Jerman).
Dengan pembelajaran menggunakan metode “Stationen-Diktat” di kelas ini, saya membagi murid menjadi 5 kelompok berdasarkan konten yang ingin didalami. Saya kemudian menentukan 5 stasiun untuk konten ditambah 1 stasiun “Halte”. Di stasiun ini kelompok melakukan aktivitas sesuai LKPD yang sudah saya siapkan dan disimpan di setiap stasiun sesuai konten.
Metode ini saya pilih karena dengan metode ini dapat memfasilitasi murid memahami lebih dalam materi pelajaran dengan mudah dan menyenangkan secara berdiferensiasi. memfasilitasi murid mengembangkan kompetensi abad 21 dan karakter yang menunjukkan profil pelajar pancasila, memberikan ruang kepada murid menunjukkan kompetensinya lewat media sosial dan mendapatkan feedback dari orang lain selain gurunya serta membantu murid menggali dan mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mencapai tujuan belajarnya.
Namun, diawal saya menggunakan metode ini masih terdapat berbagai tantangan yang membuat pembelajaran tidak berlangsung sebagaimana yang diharapkan. Masih ada murid yang membutuhkan perhatian khusus dari guru untuk bisa aktif dalam kelompok. Ada murid yang masih bingung memulai aktivitas di dalam kelompok, Ada kelompok yang tidak mengupload dokumentasi kegiatannya di media sosial dengan alasan ingin memperbaiki dulu produk kelompok mereka yang dipresentasikan. Ada juga yang karena sibuk melayani kelompok lain yang datang bertanya di kelompoknya tentang materi presentasi mereka, sehingga tidak sempat mendatangi kelompok lain untuk ikut belajar materi selain yang ada di kelompoknya.
Menghadapi masalah ini, saya lalu meminta saran-saran dari murid, bagaimana agar hal ini tidak terjadi lagi. Dari saran-saran tersebut saya kemudian melakukan pemetaan murid. Hasil pemetaan menunjukkan bahwa karakteristik murid beragam baik dari segi kesiapan belajar, gaya belajar maupun profil belajar mereka beragam. Dan ternyata kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran akibat karena proses yang saya lakukan tidak sesuai dengan minat masing-masing murid. Dalam kondisi seperti ini refleksi dari murid memang menjadi sangat penting. Hasil refleksi saya jadikan rujukan untuk membuat perencanaan pembelajaran yang baru.
Dengan RPP yang baru tersebut murid semakin antusias belajar, sudah bisa menggunakan waktu seefisien mungkin dengan memberlakukan sistem time kiper.
Dari perubahan perencanaan yang diimplementasikan di dalam proses pembelajaran membuat murid merasa puas telah diberikan ruang memberdayakan potensi mereka untuk meningkatkan hasil belajarnya serta mengembangkan keterampilan abad 21 dan karakternya. Guru juga merasa senang dan bangga telah berhasil membantu dan memfasilitasi muridnya mencapai tujuan belajarnya.
Dari keseluruhan proses yang dilakukan murid dapat disimpulkan bahwa dengan strategi pembelajaran seperti ini membuat semua murid dengan gaya belajar yang beragam dapat terfasilitasi. Yang tipe auditori dapat memahami materi dengan mendengarkan penjelasan lewat presentasi dan tanya jawab, yang visual dapat langsung melihat dan membaca bahan presentasi yang sudah dibuat dan dipajang setiap kelompok, dan yang kinestetik dapat menikmati proses belajarnya dengan adanya kebebasan bergerak dari satu titik corner ke titik yang lainnya karena kelompok menyebar di setiap sudut kelas. Yang memiliki kesiapan belajar di level High memiliki kesempatan memandu teman-temannya yang berada di level Middle dan low memahami materi, Yang low juga tidak merasa segan bertanya kepada temannya yang lebih paham karena energi positif dari teman-teman di level High dan Middle memantik mereka untuk belajar lebih giat sehingga memperoleh level yang sama dengan teman-teman lainnya.
Kesempatan memasukkan ide setiap anggota kelompok di lembar presentasi dan memberikannya kesempatan mempresentasikan ide tersebut memunculkan rasa percaya diri murid, sehingga tidak satupun murid yang tidak mendapatan kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan ini.
Proses pembelajaran berlangsung sangat seru. Keseruan ini diungkapkan oleh beberapa murid diantaranya :
Ahmad Yani :”Kegiatan belajar ini seru bu, kami tidak ingin jika ada yang bertanya lalu kami tidk bisa jawab. Hal itu membuat kami berusaha menguasai betul materi pilihan kami. Sampai kami bisa menjelaskan kepada teman-teman yang bertanya dengan antusias bagaikan seorang ahli.
Andi Azhari : Wow keren bu, saya tidk ernah menemukan kegiatan belajar seperti ini di mata pelajaran lain. Saya tunggu keseruan-keseruan lain dalam belajar bahasa Jerman pada pertemuan berikutnya bu.Saya ingin membuat perencanaan yang lebih baik untuk pertemuan-pertemuan berikutnya menggunakan strategi ini agar semakin efektif dan lebih bermakna.
Sungguh kegiatan belajar dengan metode ini telah membawa perubahan signifikan. Saya merasa enjoi dalam memandu pembelajaran, murid merasa tidak terpaksa dalam belajar, sehingga rasa bahagia murid terpancar dari wajah-wajah mereka yang kadang mengakak karena tingkah lucu temannya yang sedang melakukan presentasi tanpa merasa tertekan. Akhirnya, hasil belajar mereka semakin baik, keberanian menyampaikan pendapat juga mengalami peningkatan dari sebelumnya, begitu juga kemandirian dan rasa tanggung jawabnya.
Metode ini tidak hanya bisa digunakan di mata pelajaran Bahasa Jerman, tetapi juga bisa digunakan di semua mata pelajaran.