KESEPAKATAN KELAS SEBAGAI BAGIAN BUDAYA POSITIF
Awal saya bertugas di SD Negeri 29 Bunyau, Kecamatan Menukung, Kabupaten Melawi. Tepatnya di Dusun Bunyau, Desa Landau Leban. Tempat ini lumayan jauh dari kota, sekitar 3 jam waktu tempuh perjalanan. Pandemi Covid-19 yang cukup lama turut memengaruhi keberlangsungan pendidikan di negara kita. Hingga akhirnya pemerintah memberikan solusi dan alternatif kegiatan pembelajaran seperti PJJ sistem daring dan luring. Begitu pandemi berakhir, nyatanya muncul tantangan baru yang dihadapi oleh guru di sekolah ketika dibukanya kembali sekolah. Inilah yang saya alami ketika PTM kembali dibuka. Saya menemukan kurangnya motivasi murid untuk sekolah, kurangnya rasa empati, kerja sama, rendahnya ketertiban dan kedisiplinan yang ada pada murid. Tentu saja ini akan berpengaruh pada proses belajar mereka, padahal saya menginginkan murid-murid antusias dan bersemangat dalam menyambut PTM. Sebagai guru, saya merasa bertanggung jawab untuk membangun kembali motivasi belajar murid di kelas dengan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan.
Tantangan ini tentu tidak mudah seperti membalik telapak tangan dalam membangun motivasi murid untuk belajar di kelas terlebih lagi menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Di kelas 3 SD yang saya ampu misalnya, ketika di minggu pertama dan kedua masuk kelas ternyata banyak sekali ditemukan murid yang lambat dalam merespon materi dan pasif dalam kegiatan diskusi maupun tanya jawab. Hal ini juga terlihat dari kurangnya kesiapan belajar, menganggap materi yang disampaikan tidak menarik dan tidak sabar untuk bel pulang. Memang suasana yang saya rasakan sangat berbeda pada saat sebelum berlakunya PJJ dan akibatnya saya sering merasa tersulut emosi sendiri dengan situasi yang tidak saya harapkan di kelas.
Saya mulai mencari aksi dan cara untuk mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan supaya murid-murid di kelas termotivasi lagi untuk belajar. Strategi yang saya lakukan adalah dengan membuat kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas merupakan sebuah bentuk disiplin positif di sekolah yang dimulainya dari level kelas. Berisi kesepakatan antara guru dan murid mengenai peraturan di kelas dalam proses pembelajaran dan juga mengenai serangkaian perilaku positif dalam belajar yang menjadi harapan bersama. Hal ini dapat membantu proses belajar mengajar yang lebih mudah dan tidak menekan serta menunjukkan keberpihakan kepada murid saya di kelas. Saya menyadari bahwa, seringkali permasalahan dengan murid berkaitan dengan komunikasi kita dengan murid yang menyebabkan hubungan antara murid dan guru menjadi kurang baik.
Kesepakatan kelas merupakan hal yang baru bagi murid di sekolah saya terutama di bangku SD kelas 3 yang saya ampu, banyak sekali tantangan yang mereka hadapi dalam mengungkapkan apa yang menjadi harapan mereka misalnya kesulitan murid dalam menentukan sebuah gagasan yang bisa disepakati sehingga saya harus aktif menuntun mereka pada penyusunan gagasan yang mengarah pada perilaku positif. Kesepakatan kelas yang disusun benar-benar menggali ide-ide murid akan kelas yang mereka inginkan. Sehingga kesepakatan kelas tersebut sangat membantu dalam menciptakan kelas yang nyaman dan efektif dalam kegiatan pembelajaran.
Langkah awal yang saya lakukan yaitu dengan melakukan pendekatan komunikasi asertif kepada warga sekolah dan menyampaikan ide untuk mempraktekkan kesepakatan kelas kepada kepala sekolah dan juga rekan-rekan guru. Beliau menyambut dengan baik dan memberikan kesempatan kepada saya untuk mempraktekkan hal ini dan rekan-rekan guru juga mendukung. Dan pada akhirnya semua pemangku kepentingan di sekolah menyetujui kegiatan tersebut. Selanjutnya adalah berkolaborasi dengan rekan guru kelas lain untuk mengamati jalannya kegiatan dan ini akan sangat membantu sekaligus bisa berbagi pengalaman ketika melakukan kesepakatan kelas. Menjalin komunikasi yang baik dengan murid-murid di kelas juga penting dilakukan supaya mereka bisa lebih terbuka dan tidak ragu dalam menyampaikan gagasannya dalam proses pembuatan kesepakatan kelas.
Kunci utama yang menjadi strategi adalah menjalin komunikasi yang baik dengan murid sehingga guru dalam membuat kesepakatan kelas bersifat terbuka dan menanyakan apa harapan, kemauan dan ide-ide mereka. Saya lebih banyak mendengarkan segala ide dan keluhan mereka sehingga kesepakatan yang dibuat nantinya benar-benar berasal dari ide murid dan saya mengarahkan pada penyusunan kalimat yang merujuk pada perilaku positif.
Menggunakan media sederhana yakni kertas stick note yang kemudian masing-masing murid mengambil sesuai dengan warna yang mereka suka supaya menyenangkan. Kemudian saya meminta mereka untuk menuliskan aturan sesuai dengan gagasannya. Penting untuk memberikan rambu bahwa aturan yang dibuat ini nantinya akan disepakati untuk diterapkan di dalam kelas bersama dengan teman-temannya. Supaya penerapan dan pelaksanaan kesepakatan kelas bisa berjalan dengan efektif maka hal yang perlu saya lakukan adalah dengan melibatkan semua murid di kelas dan kesadaran untuk berbuat lebih baik datang dari dalam diri murid bukan karena terpaksa.
Perubahan saya dapatkan ketika menanyakan kepada murid-murid , hal apa yang mereka rasakan ketika belajar membuat kesepakatan kelas. Salah satunya murid saya yang bernama Julio menjawab kalau merasa senang bisa ikut sama-sama membuat sesuatu hal yang bisa dirasakan manfaatnya bersama di dalam kelas. Kemudian saya memastikan kepada mereka, apakah kesepakatan ini bisa dilaksanakan dengan rasa tanggung jawab penuh atau tidak. Semua sepakat akan menaati dengan rasa tanggung jawab dan apabila ditemukan pelanggaran maka mereka siap menerima tindakan yang diberikan oleh guru kelas. Berikut adalah hasil kesepakatan kelas yang dihasilkan :
- Kami ingin kelas selalu bersih, rapi dan nyaman;
- Kami selalu belajar dengan senang dan sungguh-sungguh;
- Kami saling menghormati dan bekerja sama;
- Kami tidak akan membolos dan makan selama kegiatan belajar berlangsung di kelas;
- Kami menjaga dan merawat fasilitas kelas dengan tanggung jawab.
Kesepakatan kelas yang saya lakukan bersama murid ternyata dapat mengajarkan murid akan pentingnya sebuah komitmen terhadap sebuah kesepakatan yang telah dibuat, melatih rasa tanggung jawab, menjadi media komunikasi murid dan juga efektif dalam mendisplinkan murid secara positif. Dengan menyepakati konsekuensi maka selanjutnya akan mengurangi perilaku negatif di kelas, hal ini disebabkan oleh keterlibatan murid dalam membuat peraturan atau kesepakatan kelas tersebut.
Saya sangat senang melihat murid-murid di kelas sangat antusias bahkan berebut untuk menempelkan kertas gagasannya dan bangga ketika kalimat gagasannya tersebut dibacakan satu persatu. Suasana kelas yang hidup terlihat dari aktifnya murid untuk menyampaikan gagasan dan menentukan kesepakatan yang telah mereka buat bisa dilaksanakan bersama atau tidak nantinya. Disinilah saya mendapatkan bahwa suasana kelas kembali aktif dan menyenangkan yang tentunya akan berdampak positif pada pembelajaran berikutnya.
Hal baru yang saya pelajari adalah murid mempunyai kuasa akan dirinya sendiri dalam menentukan gagasannya dan tidak ada unsur paksaan atau hukuman selama proses pembuatan kesepakatan kelas. Murid juga dapat lebih berkomitmen, bertanggung jawab dan menghargai akan sesuatu yang berasal dari dirinya sendiri. Saya menjadi lebih dekat dan memahami kemauan murid yang sesungguhnya tanpa ada dominasi saya sebagai orang dewasa di kelas. Sehingga pembelajaran di kelas lebih menyenangkan dan selanjutnya hal ini dapat membangkitkan kembali motivasi belajar murid karena telah didasari kesepakatan yang dibuat bersama tanpa ada paksaan. Hal ini lah yang menjadikan kesepakatan kelas sebagai bagian dari budaya positif yang dapat kita wujudkan mulai dari level sederhana di kelas. Demikian praktik baik yang saya lakukan di sekolah bersama murid-murid, semoga bisa bermanfaat dan saya akan terus belajar menjadi guru yang selalu membawa dampak positif bagi murid.