Kepsek Di Hst Ajak Guru Untuk Belajar Agar Murid Tidak Sia-Sia Ke Sekolah

Murid-murid SMP Negeri 24 Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan, harus menempuh perjalanan sekitar 2-3 jam untuk menuju ke sekolahnya. “Aksesnya sangat sulit, lokasi rumah mereka jauh di dalam hutan. Bisa naik motor, tapi kalau tidak terbiasa akan sering terjatuh. Sehingga di sini disediakan asrama, mereka biasanya pulang seminggu sekali,” kata Abdul Mujib, Kepala Sekolah SMP Negeri 24 HST, menceritakan kisah murid-muridnya.

Jumlah murid Mujib hanya belasan per angkatan dengan total lima puluh anak dari kelas 7 hingga 9. Meskipun hanya sedikit, Mujib mengajak guru untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran. Terlebih murid-muridnya juga sudah berusaha keras untuk bisa sekolah. Harapannya, pembelajaran yang berkualitas juga dapat menarik orang tua lain untuk menyekolahkan anaknya di SMP N 24 HST.

Mujib baru menjabat sebagai kepala sekolah sejak akhir tahun 2021 lalu. Dalam beberapa bulan, Ia sudah berhasil mengajak sebagian guru untuk menerapkan merdeka belajar atau pembelajaran yang berpihak pada murid. Dalam prinsip merdeka belajar, setiap pendidik diajak untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat sehingga dapat memberikan pembelajaran yang bermakna.

“Masih ada yang kesulitan atau mungkin kurang percaya diri menerapkan merdeka belajar. Ada yang masih suka marah-marah dan menghukum. Kalau di merdeka belajar, saat murid ada yang salah, didengarkan lalu cari solusi bersama, bukan dihukum,” terang Mujib.

Merdeka Belajar Membuat Murid Semangat Sekolah

Merdeka belajar, kata Mujib, benar-benar mengubah cara mengajarnya. Ia mengenal prinsip ini tahun 2019 lalu saat mengenal Kampus Guru Cikal dan mengikuti Temu Pendidik Nusantara 2019. 

“Saya belajar banyak praktik baik dari guru lain. Kemudian saya terapkan dan sangat tidak saya duga. Murid-murid saya jadi jauh lebih aktif. Mereka terlihat menikmati proses belajar. Salah satu hal yang saya lakukan adalah dengan memberdayakan konteksnya. Ketika ada tugas, saya kaitkan dengan latar belakang mereka, misalnya sebagai anak petani,” kata Mujib menceritakan pengalamannya saat masih menjadi guru Bahasa Inggris di sekolah lain.

Mujib juga tidak jarang mengajak muridnya belajar di luar sekolah. Beberapa guru lain sempat menyematkan predikat “aneh” pada Mujib karena cara mengajar yang merepotkan dirinya sendiri. Namun Mujib yakin caranya memberikan pembelajaran yang bermakna untuk murid-muridnya.

Di SMP Negeri 24 HST, ungkap Mujib, saat ini juga sudah banyak guru yang mulai menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid. Kelas yang dulunya sepi karena murid sibuk mengerjakan soal, kini mulai ramai karena murid aktif berdiskusi. Dengan demikian Ia yakin, murid-muridnya tidak sia-sia menempuh perjalanan jauh untuk sekolah.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top