Kelasku Malang, Kelasku Sayang
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Perkenalkan saya Dini. Saya adalah alumni S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar di salah satu kampus negeri di Kota Makassar tahun 2013. Setelah lulus kuliah saya sama sekali tidak pernah menjadi guru honorer. Tahun 2018, saya memilih untuk mengikuti tes CPNS dan alhamdulillah lulus dan diangkat CPNS tahun 2019. Untuk pertama kalinya, muncul berbagai dilema, bagaimana menjadi guru yang baik, bagaimana menghadapi siswa usia 6-12 tahun toh, bagaimana membuat RPP terbaru, saya sama sekali belum pernah menjadi guru honor selain PPL yang pernah saya lalui sebagai mata kuliah wajib dan memiliki beberapa SKS.
Awalnya saya menganggap bahwa suasana kelas yang diam itu adalah suasana belajar terbaik. Menjadi guru yang menakutkan untuk peserta didik adalah kewajiban agar mereka tetap tenang di kelas. Hingga saya membuat peraturan sepihak yang saya pikir itu akan menjadi keputusan bersama. ternyata mereka mengiyakan apa saja yang gurunya katanya karena mereka menganggap guru itu tidak pernah salah. Saya amati mereka satu per satu ya, mereka siswa saya di Kelas V, jumlahnya tidak terlalu banyak hanya 22 orang. Sekolah saya termasuk sekoah dengan jumlah siswa yang sedikit tidak sampai 100 orang dari total keseluruhan siswa
22 orang ini sangat istimewa mereka memiliki sifat yang berbeda-beda, bakat dan minat pun tidak sama. hingga saya berkesempatan mengikuti PPMB ini.
Saya akhirnya mengetahui beberapa miskonsepsi yang terjadi mulai dari peraturan dan kesepakatan kelas, RPP merdeka dan RPP tidak merdeka, menjadi pemimpin penggerak, mengetahui percakapan penggerakan dan lain-lain.
Kesepakatan kelas adalah salah satu hal yang menarik yang langsung saya terapkan di kelas. awal tahun ajaran baru 2022/2023, saat hari pertama sekolah, saya yang membuat beberapa aturan kepada mereka, saya pikir aturan yang muncul dari saya adalah kesepakatan kelas bersama. Saya pun mempelajari modul kesepakatan kelas, wah ternyata saya keliru, meski awal tahun ajaran baru sudah berlalu tidak ada kata terlambat untuk mengubah kekeliruan saya. saya berkomunikasi dengan mereka, menanyakan kelas seperti apa yang mereka inginkan? hingga saya menyediakan mereka kertas dan memberikan kesepakatan kepada mereka untuk mengutarakan ide mereka dan mereka tuliskan sebagai sebuah kesepakatan kelas. tidak sampai di situ, hasil kesepakatan bersama kelas V saya tempel di lemari kelas agar mereka bisa melihat dan membaca setiap kali mereka mengambil buku bahkan agar mereka bisa saling mengingatkan satu sama lain.
Saya kemudian mengerti bahwa musyawarah dengan mereka adalah cara agar mereka terbuka, seorang anak bernama Asmaul Husna, salah satu siswa saya yang tidak mau mengeluarkan suaranya. entah karena dia takut atau malu. tapi setelah saya menerapkan merdeka belajar di dalam kelas saya, seperti memberikan kebebasan kepada mereka untuk memilih cara mengumpulkan tugas, memberikan kebebasan kepada mereka untuk memilih tugas dikerjakan secara berkelompok atau individu. mereka mulai tersenyum, semangat ke sekolah dan Asmaul Husna, sudah berani mengeluarkan suaranya, berbicara dengan saya. Selain itu, saya juga meminta saran siswa-siswi saya untuk pengaturan kelas. Hingga kelas mereka bisa mereka jadikan tempat ternyaman. Saya memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengambil posisi terbaik saat belajar, ada yang duduk di lantai misalnya. Saya juga selalu mengajarkan kepada mereka bahwa belajar itu bisa dari siapa saja karena semua murid semua guru. Saya juga selalu melakukan refleksi di akhir PBM. Saya jadi tahu bahwa mereka senang dengan pelajaran hari ini.Â
Oh, ya, saat saya melakukan praktik gerak level 0 dan praktik gerak level 1 rasanya pesimis melakukan semuanya sendiri dan mendapatkan peserta dengan jumlah minimal. tantangannya banyak, saya yang masa kerjanya seumur jagung, apa bisa membuat kegiatan praktik baik. Tapi, hasil tidak akan saya tahu sebelum mencoba, sebisa mungkin saya lakukan dengan baik sesuai panduan. alhamdulillah, bisa terlaksana dengan baik. Ternyata ketika kita bergerak untuk perubahan akan ada beberapa rekan yang yang turut bergerak hingga gerakan itu berdampak. Respon para peserta luar biasa meski kendala jaringan yang kurang bersahabat. Demikian tulisan sederhana ini Semoga bisa menginspirasi.
semangat bergerak untuk berdampak.