Kedisiplinan Sebagai Landasan Menuju Sekolah Berkarakter

KEDISIPLINAN SEBAGAI LANDASAN MENUJU SEKOLAH BERKARAKTER

By. Nurlaili

Sejak tanggal 22 Maret 2022, saya bertugas sebagai kepala SD 02 Yapindo, setelah sebelumnya selama tiga tahun saya mengelola SDS 2 Gula Putih Mataram.

Saat pertama saya memasuki gerbang Sekolah Dasar 02 Yapindo, saya terkagum-kagum dengan kondisi bangunan sekolah yang sangat baik.  Saya optimis sekolah sebagus ini pasti memiliki kedisiplinan yang tinggi dan tidak akan sulit bagi saya untuk mengembangkan sekolah dan menjalankan sistem Sekolah Sugar Group. Kemudian saya berkenalan dengan para dewan guru dan staff serta kepala sekolah sebelumnya untuk melakukan prosesi serah terima jabatan. Saat itu siswa masih sekolah secara online.

SD 02 Yapindo baru mulai bergabung dengan sekolah Sugar Group sekitar dua tahun yang lalu. Sebagai sekolah yang baru bergabung, masih banyak sekali hal yang perlu dibangun dan dikembangkan di sini.

Hari pertama bertugas, tantangan mulai terasa. Saat saya mulai membagikan pengetahuan saya tentang sistem yang ada di sekolah Sugar Group, semua terdiam. Mereka diam ternyata bukan mendengarkan arahan saya. Mereka membangun benteng untuk tidak menerima masukan dari saya selaku Kepala Sekolah baru yang membawa sistem sekolah yang baru. Bahkan sampai ada yang mengatakan bahwa saya adalaah penjajah dan mereka tidak mau dijajah. Hal ini membuat saya meresa terpukul. Saya sempat frustasi dengan kondisi yang seperti ini.

Satu bulan berlalu. Ketua yayasan kami memutuskan bahwa sekolah akan mulai dibuka secara bertahap. Saya kembali bangkit. Walau saat itu saya merasa seperti sedang berjalan sendiri tapi saya yakin saya bisa melakukan perubahan besar di sekolah ini. Saya melakukan berbagai metode pendekatan terhadap guru-guru dan staff yang ada di sini. Saya mencoba memahami mereka sambil memasukkan program baru sedikit demi sedikit. Penolakan besar terjadi saat saya memberikan jadwal pelajaran yang akan digunakan murid baik online maupun offline school. Beberapa orang yang sangat vocal dengan tegas menolak penerapan jadwal tersebut. Mereka merasa bahwa jam mengajar mereka overload. Sebelumnya, mereka mengaplikasikan sistem pembelajaran seperti jaman saya SD, masuk pukul 08.00 – 10.00 WIB. Sementara di jadwal yang saya buat, murid kelas rendah masuk pukul 07.10 – 13.00 dan murid kelas tinggi masuk pukul 07.10 – 15.00 WIB. Saya memberikan penjelasan mengenai aturan jam kerja guru dan staff. Saya mencoba menjelaskan miskonsepsi mengenai jam kerja karyawan pada mereka.  Saat itu mereka masih belum bisa menerima aturan baru tersebut.

Seiring waktu berjalan, saya melihat beberapa guru meninggalkan sekolah setelah mereka melakukan absen pagi. Mereka pergi begitu saja tanpa meminta izin kepada saya. Saya melakukan pengamatan tentang ketidakjujuran ini. Beberapa kali saya temui guru yang tidak melakukan absen dengan mesin amano dan juga finger print. Saat saya tanya, mereka mengatakan lupa absen. Saya kemudian melakukan pengecekan CCTV untuk memperoleh data yang valid tentang kedisiplinan guru. Dari data yang saya dapat, ternyata mereka datang terlambat dan tidak melakukan absen masuk.

Ketika saya menyapa murid, mereka cuek saja. Ada yang menjawab tetapi dengan gaya bahasa yang kurang sopan. Saya kembali shock melihat hal ini.

Saat saya melihat ke kelas-kelas, saya juga merasa sedih karena ternyata banyak kelas yang ditinggalkan oleh gurunya. Para murid dibiarkan di kelas tanpa pengawasan dan pengajaran. Mereka hanya diberi tugas mengerjakan sesuatu. Miris rasanya. Saya teringat pengalaman belajar saya saat saya sekolah dulu. Pembelajaran yang saya dapatkan tidak bermakna. Karena kami hanya diberikan tugas dan tugas, tidak ada pembelajaran bermakna yang saya dapatkan pada saat itu.

Kebetulan, saya pada saat ini sedang mengikuti program di Sekolahmu yang salah satu modul pembelajarannya adalah Menjadi Pemimpin Merdeka Belajar. Ketika melihat isi modul yang memaparkan tantangan-tantangan seorang pemimpin, saya berefleksi, saya merasa mengalami kesemua tantangan tersebut. Lalu saya mencoba untuk bisa benar-benar memahami, langkah apa yang harus saya ambil dalam mengaplikasikan apa yang sudah saya pelajari dari modul tersebut.

Saya kemudian berkomunikasi dan merancang program pengembangan diri untuk guru, terutama mengenai pemahaman tugas dan tanggung jawab seorang guru serta kedisiplinan. Saya kemudian mengeluarkan beberapa peraturan baru terkait kedisiplinan murid. Selain itu, saya juga memperkuat peran tim SCM di sekolah. Tim SCM adalah tim yang mengatur dan mengelola karakter dan kedisiplinan murid.

Dalam sistem ke-SCM-an, setiap prilaku murid yang baik ataupun yang buruk akan dicatat dalam buku khusus sesuai panduan ketetapan sekolah.  Mulai dari hal yang berdampak pada dirinya sendiri, berdampak bagi dirinya dan orang di sekitarnya, maupun prilaku yang memberikan dampak pada lingkungan dan komunitas. Ada apresiasi untuk setiap kebaikan dan ada konsekuensi untuk setiap prilaku tidak baik. Tim SCM dan semua guru bertugas untuk memonitor, melihat dengan mata elang, peka terhadap setiap prilaku yang dimunculkan murid.

Dalam praktik sehari-hari, saya menugaskan beberapa guru untuk menyambut kedatangan murid dipagi hari. Guru memberikan sapaan hangat kepada setiap g datang dan memberikan pelayanan  kepada orang tua murid yang membutuhkan bantuan terkait informasi dan pelayanan sekolah. Hal ini juga dilakukan saat jam kepulangan. Setelah pembelajaran berakhir, guru akan mendampingi murid keluar kelas saampai pintu gerbang yang kemudian disambut oleh guru piket yang ada di gerbang. Anak-anak diantarkan kembali ke orang tua yang sudah menunggu di gerbang sekolah dengan salam perpisahan dan harapan bertemu kembali esok pagi. Sebelum meninggalkan sekolah, guru memastikan bahwa setiap muridnya tetap berpenampilan rapih sebelum berjumpa dengan orang tua mereka.

Selama proses pembelajaran, murid  didampingi oleh guru pengampu dengan perhatian penuh. Penggunaan kartu perijinan keluar kelas diberlakukan. Hal ini untuk mencegah adanya murid yang keluar tanpa alasan yang jelas saat pembelajaran. Sebelum pelajaran dimulai, ada satu sesi bersama wali kelas. Hal ini dilakukan untuk memupuk kedekatan antara murid  dan guru. Mereka bisa berbagi informasi, baik tentang sekolah maupun tentang diri siswa itu sendiri. Sehingga wali kelas benar-benar mengerti karakteristik siswanya dan tahu langkah apa yang harus diambil untuk membangun kedisiplinan kelasnya.

Selain pendisiplinan dilakukan terhadap murid  dan guru, saya juga mengajak orang tua murid  untuk bersama-sama membantu mensukseskan program sekolah ini. Saya mengagendakan rapat dengan seluruh orang tua murid  secara bertahap, dimulai dari kelas satu sampai kelas enam. Saya dibantu oleh tim management saya yang sudah saya bentuk sebelumnya, yang terdiri dari VP kurikulum, VP kesiswaan, Bendahara BOS, Operator Sekolah, dan Koordinator SCM. Kami menyampaikan tujuan rapat kepada orang tua siswa. Kami memaparkan program sekolah yang sedang kami jalankan dan menyampaikan permohonan kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan orang tua.

Sunggu diluar dugaan saya. Orang tua murid  menyambut baik program sekolah yang kami sampaikan dan bersedia memberikan dukungan sepenuhnya kepada sekolah. Mereka sangat bersyukur bahwa sekolah sangat mengedepankan karakter murid yang diiringi dengan program akademis yang baik.

Lima bulan keberadaan saya di sekolah ini. Sekarang saya mulai bisa bernafas lega. Satu persatu permasalahan sekolah bisa saya lalui bersama tim di sekolah. Guru-guru yang awalnya menolak saya, sekarang perlahan-lahan mulai memberikan dukungan penuh terhadap setiap program yang saya luncurkan. Bahkan merekan tidak segan untuk memberikan masukan ide demi kemajuan sekolah. Para peserta didik pun saat ini mulai meyadari pentingnya kedisiplinan, kerapihan dalam berpakaian dan keindahan lingkungan bersih. Sampai hari ini sudah tidak ada lagi siswa yang membolos sekolah. Bahkan siswa yang sempat tidak mau masuk sekolah selama kurang lebih satu bulan, pada hari Jumat kemarin datang ke sekolah dengan penuh semangat. Jalan mulai terbuka, dan saya akan terus memberikan pelayanan yang terbaik, bersama bapak/ibu guru di sekolah, demi mewujudkan sekolah berkarakter, melahirkan lulusan-lulusan yang dapat menjadi pemimpin bangsa.

Saya belajar banyak hal di sini. Kesabaran, komunikasi, dan konsistensi, akan membuahkan hasil yang manis di kemudian hari. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi rekan-rekan yang membaca. Terimakasih.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top