Berawal dari masa pandemi yang mau tidak mau setiap guru harus siap menghadapi situasi yang membuat guru tidak nyaman. Jujur di benak saya sempat terlintas pemikiran bahwa sebagai guru, saya khawatir bagaimana nantinya nasib pendidikan anak didik saya. Saya harus keluar dari zona nyaman saya dimana situasi ini membuat saya untuk semakin lebih terampil terutama dalam hal penggunaan teknologi digital. Pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka dipaksa berubah menjadi pembelajaran jarak jauh dan terbatas. Virus corona yang melanda dunia secara global turut mengekang kebebasan setiap orang saat beraktivitas. Pendidikan harus tetap berjalan. Seiring dengan adanya pandemi, pendidikan pun harus mengikuti perubahan dunia dengan peradaban yang kian maju dan berkembang. Sejak merebaknya kasus covid-19 di Indonesia khususnya di wilayah Sumatera Utara, Sekolah dimana tempat saya mengajar menyikapi kasus ini yakni dengan melaksanakan pembelajaran kombinasi PTMT (Pertemuan tatap muka terbatas) dan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) sejak awal tahun pembelajaran 2020/2021. Tentunya hal ini menjadi tantangan sekaligus sangat membantu saya untuk tetap mengingatkan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran IPA selama PTMT (pertemuan tatap muka terbatas. Pembelajaran jarak jauh tetap saya lakukan dari sekolah dengan menggunakan fasilitas WiFi sekolah tetapi peserta didik saya tetap melakukannya dari rumah. PJJ kelas IPA saya isi dengan materi yang belum mereka dapat saat PTMT berlangsung. Setiap akhir PTMT, hal yang saya lakukan adalah saya isi dengan refleksi diri dari hasil pembelajaran yang saya sajikan. Bagi anak yang tidak memiliki gawai atau keterbatasan kuota internet, saya ijinkan untuk tetap hadir di sekolah secara berkala dan tetap mematuhi protokol kesehatan. Saya menyadari ketidakefektifan belajar selama PJJ tersebut mengakibatkan anak-anak didik saya merasa jenuh. Kendala yang saya hadapi yaitu : siswa lambat merespon karna keterbatasan kuota internet dan jaringan internet yang sulit terjangkau di daerah tempat tinggal mereka. Kemudian, siswa juga kurang respon terhadap materi yang saya upload di google classroom, dan hanya bergantung pada materi saat PTM. Tentunya ini akan memakan banyak waktu dalam memahami materi, sedangkan waktu PTM sangat terbatas hanya 30menit dalam satu kali pertemuan tiap minggunya. Saya pun mulai berfikir untuk mencari solusi dalam merubah strategi mengajar ketika menyampaikan materi ajar saya sehingga anak-anak bisa lebih mudah memahami dan mengakses pembelajaran IPA yang saya sajikan. Langkah awal saya lakukan dengan mendiagnosa awal kebutuhan belajar siswa saya Saya terlebih dahulu membuat polling kepada siswa saya melalui telegram tentang apa yang membuat mereka jenuh selama PTMT. Seperti biasa anak- anak cenderung ingin yang instan. Mereka sangat cepat merespon polling yang saya berikan. Kemudian saya memberikan mereka ruang untuk berargumen di WhatsApp grup kelas belajar mereka. Kesimpulannya mereka hanya ingin bertemu dengan guru dan teman-temannya. Saya langsung ajukan kontrak belajar (kesepakatan kelas) dan pilihan ke mereka bahwa kita bisa bertemu tatap muka terbatas hanya untu diskusi dari bahan yg saya bagikan di google classroom. Kemudian bahan/materi ajar yang saya sajikan tidak lagi dalam bentuk teori belajar, tetapi saya kemas penyajiannya dalam bentuk games (tebak kata,teka teki silang, quizziz) video animasi singkat (video yang saya buat dengan: Canva, benime, plotagon dan kinemaster) serta quiz sesuai kebutuhan mereka. Selanjutnya bagi siswa yang mendapat nilai optimal saya beri mereka reward berupa bintang kelas. Sangat diperhatikan untuk hasil yang akan mereka capai, sebagai contoh saya berlatih membuat soal online, soal yang sudah dibuat dan diinput di system harus diperiksa dan diuji coba, mulai dari redaksinya, kevalidannya, tampilannya sampai bagaimana cara mengakses dan menjawabnya serta menilainya. Anak-anak sangat antusias dan semangat mengikuti pembelajaran IPA. Setiap kami melaksanakan zoomeeting, saya memberikan ruang bagi mereka untuk berargumen dan juga mengungkapkan perasaan mereka selama PJJ dari rumah. Di akhir semester saya melihat hasil belajar IPA mereka lebih meningkat dari semester sebelumnya. Dan sampai hari ini saya terus belajar untuk memahami kebutuhan belajar siswa saya. Saya mengusahakan untuk menyampaikan materi ajar saya dengan menggunakan digitalisasi. Hal ini pun ternyata membuat saya terus berfikir kritis dalam menyampaikan materi ajar saya. Saya puas dan siswa pun senang dengan pembelajaran IPA. Ternyata jarak membuat kami saling membutuhkan. Belajar memahami kebutuhan siswa itu harus tetapi jauh lebih penting menyajikan pembelajaran dengan terus berinovasi. Guru harus terus berinovasi dalam menjalankan roda pendidikan.
Jarak Jauh Tidak Akan Pernah Bisa Memisahkan Antara Aku Dan Kamu
