Empat tahun sudah saya bertugas di sekolah ini. Ada beragam masalah pembelajaran yang saya hadapi. Motivasi belajar peserta didik rendah, peserta didik sering terlambat, ribut di kelas, dan lain sebagainya. Kali ini berbeda, hampir setiap hari beberapa orang guru mengeluh karena ada beberapa peserta didik yang tidak pernah mengerjakan tugas, baik pada saat proses pembelajaran maupun tugas yang dikerjakan di rumah. Selain itu, pada saat guru tidak masuk kelas, sering terjadi keributan bahkan kadang terjadi perkelahian antar peserta didik sehingga mengganggu kelas yang lain dan mengganggu ketertiban di sekolah.
Pada saat rapat evaluasi guru dengan kepala sekolah, kami membahas hal tersebut. Ada guru yang mengatakan bahwa ia sudah melakukan pendekatan dengan menjelaskan materi pembelajaran secara pribadi pada peserta didik tersebut. Ada yang menerapkan metode tutor sebaya. Bahkan ada pula yang memberikan hukuman bagi peserta didik yang tidak mengerjakan tugas. Dari penuturan-penuturan tersebut, kami merenung sejenak. Tersirat raut wajah putus asa dari beberapa orang guru. Setidaknya itu yang saya lihat. Saya seidiri juga melakukan pendekatan secara pribadi dengan menjelaskan materi pembelajaran secara langsung pada siswa yang bersangkutan.
Dari hasil pengamatan kami setiap hari, selain pengetahuan dasar mereka yang kurang, mereka juga kurang percaya diri dalam mengerjakan dan menunjukan hasil kerja mereka kepada guru. Mereka berpikir apa yang mereka kerjakan itu salah dan pastinya membuat mereka malu. Sekolah juga perna mengundang orang tua mereka untuk menggali informasi serta bersama-sama mencari solusi dari permaslahan itu, namun juga tidak membuahkan hasil yang berarti.
Karena itu kami memikirkan berbagai cara yang lain untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Saya mencari berbagai referensi di perpustakaan dan di internet. Baik melalui youtube, google, bahkan video pendidikan di tiktok serta berdiskusi dengan teman-teman guru anggota organisasi profesi Ikatan Guru Indonesia. Akhirnya dari kegiatan-kegiatan tersebut, saya menemukan beberapa cara. Pada proses pembelajaran, saya membedakan tingkat kesulitan soal latihan dan assesmen. Peserta didik yang bersangkutan diberikan soal yang lebih mudah dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Dengan tujuan supaya peserta didik tersebut dapat mengerjakannya sehingga kepercaayaan dirinya meningkat. Selain itu, tujuannya juga agar mereka terbiasa mengerjakan tugas dan menunjukkan hasilnya kepada guru Mata Pelajaran. Sedangkan untuk tugas yang dikerjakan di rumah, saya melakukan kesepakatan dengan peserta didik dalam hal menentukan jumlah soal yang akan dikerjakan di rumah. Dengan maksud agar peserta didik merasa dihargai dan dilibatkan dalam proses pembelajaran serta bertanggungjawab terhadap apa yang disepakati. Program Pendidikan Penggerak juga menjadi pelengkap bagi saya untuk mengelolah kelas dengan masalah tersebut, khususnya modul Kesepakatan Kelas Merdeka Belajar. Semua teknik yang saya terapkan tersebut dan pengetahuan yang dapatkan melalui program pendidikan penggerak, saya bagikan kepada guru-guru yang lain agar bisa dicoba diterapkan pada saat pembelajaran. Sementara untuk mengatasi masalah kurang tertibnya peserta didik pada saat guru tidak masuk kelas, saya memberikan saran kepada guru-guru yang bertugas sebagai guru piket dan kepala sekolah, agar kelas tersebut diarahkan melakukan kegiatan lain seperti bermain alat musik, bermain catur, olahraga, serta kegiatan yang mereka senangi sebagai pengembangan diri pada bidang non akademik. Dengan tujuan walaupun tidak ada guru di kelas, peserta didik masih tetap belajar dan mengembangkan bakat mereka. Dan itu dapat mengurangi permasalahan ketertiban di sekolah. Sudah lebih dari empat kali saya masuk di kelas melakukan tugas dan tanggungjawab saya, menerapkan cara tersebut, rasa haru terasa di hati saya. Mereka yang sebelumnya tidak perna mengerjakan tugas, kini mulai menunjukkan perubahan. Sekalipun tugas yang saya berikan kepada mereka lebih mudah dari yang lain, namun saya merasa senang ketika mereka mengerjakan tugas tersebut dan menunjukkan hasilnya kepada saya. Begitupun dengan ketertiban siswa, kini sangat jarang terdengar peserta didik ribut disaat tidak ada guru yang masuk di kelas. Mereka sibuk dengan belajar bermain gitar, bermain catur, bermain voly, bahkan ada pula yang sibuk membaca buku di perpustakaan. Entah teknik yang saya terapkan itu sesuai dengan teori pendidikan atau tidak, yang pasti saya merasa bangga atas perubahan sikap dan situasi sekolah yang terjadi saat ini.