Integrated Learning For Some Lessons, Why Not?

Ini pertama kalinya aku berbagi kisah kepada para pembaca, pertama kali pula aku merasakan pengalaman yang berbeda menjadi seorang pendidik di sekolah yang berbasis boarding school. How to plan my teaching-learning activities in the class? So, I must prepare the concepts properly. Pertama kali, aku membuat lesson plan yang saling berkaitan dengan pelajaran lain dan juga dekat dengan kehidupan sehari hari peserta didik. Di sini, peserta didikku adalah para santri yang harus tinggal di asrama pesantren, baik putra maupun putri. Aku harus bisa mengajarkan materi yang dekat dengan Ketika murid belajar tentang materi Bahasa, mereka pun sebaiknya aku arahkan untuk tetap berpikir logis, kreatif, serta kritis saat mengikuti aktivitas pembelajaran. Ada pepatah yang mengatakan “guru yang tak tahan kritik silakan masuk ke dalam keranjang sampah”. Ada pula istilah “guru kencing berdiri, murid kencing berlari.” Kedua kiasan tersebut memberi interpretasi bahwa guru yang tak mau belajar, tidak mau menerima masukan dari pihak lain maka lebih baik tidak menjadi guru. Sebab, menjadi guru berarti harus bisa memilah dan memilih hal positif untuk murid. Pilahlah konteks materi yang sesuai dengan level mereka, pilihlah metode mengajar yang sudah disepakati bersama.

Membangun kerja sama dan menyampaikan goal

Aku membangun satu aturan bersama para peserta didikku di dalam kegiatan belajar. Sesekali aku mengajak mereka untuk belajar di luar kelas. Kemudian aku sampaikan tujuan yang harus diketahui mereka. Sederhananya seperti ini : aku sampaikan tema pembelajaran sesuai KD, lalu apa saja yang harus peserta didikku kuasai. Setidaknya mereka menangkap maksudku, mereka yang harus aktif dalam kegiatan. Menguasai 5W+1H isi materi, lalu memberikan feedback (umpan balik) untukku selaku guru. Feedback tersebut aku evaluasi dan di kegiatan selanjutnya, aku akan mengajar materi dengan metode yang berbeda. Untuk assessment, sudah tidak zamannya aku meminta mereka untuk mengikuti ulangan harian berbentuk tes summative terus menerus. Assessment aku selingi dengan cara penilaian keaktifan di kelas, kemandirian saat memaparkan ide, kekompakan Ketika kerja kelompok, serta sikap saat mereka menerima pengetahuan dari teman lain. Semua guru semua murid. Aku belajar menjadi murid atas peserta didikku. Aku berusaha mendengarkan keluh kesah mereka. Problem apa saja yang muncul di sekitar remaja lalu mengolahnya bersama sama agar diskusi di kelas lebih seru dan menarik! Hasilnya, banyak sekali potensi yang tersembunyi di antara peserta didik.

Praktik integrasi

Aku sering menanyakan materi kepada guru lain dan tantangannya saat menyampaikan materi tersebut kepada peserta didik. Beberapa di antara guru lain ku ajak bekerja sama untuk mengintegrasikan tema materi agar dalam kegiatan pembelajaran peserta didik lebih memahami konteks dari banyak sisi, juga lebih memiliki nilai kebermaknaan. Salah satunya mata pelajaran sejarah Indonesia dengan tema kerajaan yang aku integrasikan dengan materi drama Bahasa Indonesia. Peserta didik memahami sejarah kerajaan yang dipimpin oleh Ratu Shima. Di lain sisi, peserta didik juga belajar bagaimana memahami seni peran dalam drama. Ternyata aktivitas ini menarik mereka. Mereka antusias memerankan peran masing masing tanpa membaca script naskah. Bahkan, semangat sekali Ketika mengenakan kostum layaknya putri dan putra kerajaan. Mengonsep suasana kelas agar terlihat istana sentris, juga membahas pembagian peran antara teman. Satu aktivitas ini menjadi pertunjukkan yang menarik. Peserta didik memahami sejarah kerajaan Ratu Shima, sekaligus mampu mengatus alur drama secara epic dan apik. Good job students!

Lain waktu, aku mengajak para peserta didik ke Museum Batik Pekalongan. Sebagian besar dari mereka belum pernah ke museum tersebut dan sangat antusias saat menjelajahi tempat tersebut. Aku mengajak murid belajar beberapa hal sekaligus:

  1. Bahasa Inggris : asking students to say hello with receptionist in Museum Batik Pekalongan also introduce their identities. Aku meminta muridku juga untuk membuat descriptive text about Museum Batik Pekalongan. Ada yang fokus di ruang pameran, ada yang asyik mencatat dan menanyakan beragam jenis motif batik kepada pemandu.
  2. Bahasa Indonesia : aku meminta muridku untuk menulis kesan dan pesan saat berkunjung ke Museum Batik Pekalongan. Karena para santri tidak diperbolehkan untuk membawa gawai, maka aku meminta mereka untuk menuliskan kritik dan saran di box saran yang sudah disediakan demi kemajuan pelayanan jika memang mereka merasa itu perlu, tentu sebagai pesan. Untuk kesannya, aku meminta mereka bercerita tentang Museum. Beberapa dari mereka memiliki mimpi untuk membuat museum, juga mengembangkan museum benda pusaka yang berada di kampung halaman mereka. Kegiatan ini harus terus diapresiasi.
  3. Sejarah Indonesia : aku mengajak para muridku berdiskusi bagaimana sejarah batik di Indonesia. Setiap kota di Nusantara memiliki corak batik atau karya tenun yang berbeda. Masing masing memiliki filosofi dan ceritanya. Karya itu yang harus mereka jaga hingga tutup usia. Karya itu yang dimiliki Indonesia dan generasi muda mengemban tugas untuk melestarikannya.
  4. Prakarya dan Kewirausahaan : pada bab ini, peserta didik berlatih untuk membuat karya batik. Mereka bebas membuat motif sesuai keinginan mereka. Kain kain yang sudah mereka hias dengan malam dan canting hasilnya di buat untuk kenang kenangan orangtua mereka di rumah. Mereka bisa menitipkan saat orangtua berkunjung ke asrama.

Setelah aktivitas jalan jalan tersebut, para murid juga berkenalan dengan kuliner khas Pekalongan. Sebagian besar para murid berasal dari luar Pekalongan sehingga mereka amat terkesan dengan kudapan dan makanan Kota Batik

Ceritaku mungkin cukup sampai di sini dulu. Lain waktu aku akan berbagi metode pembelajaran yang bisa diterapkan untuk murid.

Kalau ada sumur di ladang, boleh kita menumpang mandi. Kalau ada umur Panjang, kitab isa jumpa lagi …

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top