Indahnya Belajar Dan Berbagi

Pada tahun 2021 saya mendapat kesempatan menjadi pengajar praktik guru penggerak.

Setelah melalui proses pembekalan kegiatan, saya tersadar banyak sekali perubahan di dunia pendidikan yang tidak saya ketahui. Ini memacu saya untuk lebih giat lagi mempelajari hal baru tersebut. Dengan perkembangan teknologi pendidikan yang begitu cepat saya merasa harus segera menyesuaikan diri.

Belajar yang paling efektif adalah berbagi, kalimat ini saya dapatkan dari buku Transpormatif Education karya Dwi Indra Purnomo (2018). Kalimat ini sangat menarik bagi saya, kalimat ini meginspirasi saya untuk bisa berbagi kepada semua orang, tentang perubahan perubahan dan inovasi terkini di bidang pendidikan.

Dari buku ini saya juga mendapatkan pengetahuan bahwa berdasarkan hasil riset, apabila kita membagikan pengetahuan yang kita dapatkan maka proses belajar yang kita alami menjadi lebih efektif dan mendalam. Dengan kata lain apabila saya ingin mempelajari kurikulum merdeka ataupun inovasi lain di bidang pendidikan maka saya harus lebih sering berbagi tentang ilmu yang saya dapatkan.

Pada tahun 2021 saya berkeinginan untuk bisa lebih banyak berbagi pengetahuan dan belajar bersama guru yang ada di Kabupaten Melawi. Keinginan besar untuk belajar dan berbagi ini tentu saja akan terus saya refleksikan agar saya juga mendapat manfaat ilmu dari yang saya bagikan. Sasaran utama saya adalah bagaimana memotivasi guru guru di melawi yang terbuka akan perubahan, sehingga nanti nya akan terbentuk komunitas guru belajar yang bisa saling berbagi praktik baik di Kabupaten Melawi.

Hambatan yang saya alami adalah masih minimnya informasi tentang perubahan kurikulum di daerah kami. Pola pikir guru dan sekolah yang masih pasif menjadi tantangan tersendiri. Belum lagi kondisi infrastruktur dan geografis yang selalu di jadikan alasan klasik untuk malas dalam melakukan perubahan.

Apa itu merdeka belajar?

Mengapa perlu perubahan kurikulum?

Pertanyaan-pertanyaan ini terus berputar di kepala saya.

Ah paling ganti menteri ganti lagi kurikulum! Ujar sebagian guru yang saya temui.

Tunggu sosialisasi kurikulum dari dinas saja baru kita ikut! Kata sebagian lainnya.

Pada tahun itu pula saya mengenal Komunitas Guru Belajar Nusantara. Melalui komunitas ini saya banyak belajar tentang merdeka belajar dan juga kurikulum prototipe yang sekarang sudah menjadi kurikulum merdeka. Temu pendidik daerah secara daring yang masip di lakukan membuat saya bisa belajar banyak dari berbagai guru yang ada di Indonesia.

Selain itu Saya juga banyak mengikuti pelatihan yang dilakukan di aplikasi pelatihan secara daring. Materi materi baru yang terkait merdeka mengajar dan perubahan kurikulum terus saya pelajari. Semakin banyak belajar saya semakin menyadari bahwa saya sudah begitu tertinggal. Saya juga menyadari bahwa banyak potensi yang bisa kami kembangkan didaerah kami.

Akhir  tahun 2021 saya juga mencoba mendaftar workshop kepala sekolah di Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah. Workshop ini mengambil Tema Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) di Sekolah. Dari workshop ini saya menemukan benang merah antara PKBA dan penerapan kurikulum merdeka.

Pada tahun 2022 tantangan yang saya alami semakin besar. Saya yang awalnya mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah dikembalikan menjadi guru biasa. Di satu sisi dengan posisi guru biasa tentu saja semakin banyak pihak yang tidak yakin dengan kapasitas saya, tapi proses perubahan posisi ini tidak membuat semangat saya menjadi surut. Setelah banyak belajar tentang merdeka belajar saya justru bersyukur, mungkin ini memang jalan bagi saya untuk menerapkan ilmu yang saya dapatkan secara nyata dalam pembelajaran di kelas. Keinginan untuk terus berbagi juga terus saya lakukan.

Untuk bisa terus berbagi tentang kurikulum merdeka saya melakukan pendekatan dengan organisasi guru dan banyak komunitas guru, posisi saya sebagai pengajar praktik guru penggerak juga banyak membantu saya dalam mengkomunikasikan hal tersebut. Adapun langkah langkah dalam program peningkatan kapasitas tersebut adalah :

  1. Memetakan guru dan kepala sekolah yang terbuka akan perubahan
  2. Berkerja sama dengan  organisasi profesi dan komunitas guru
  3. Menjadi narasumber pada seminar kurikulum merdeka
  4. Membagikan program perubahan kurikulum di media sosial.
  5. Mengikuti diklat secara luring dan daring terkait perubahan kurikulum.
  6. Mengadakan diskusi diskusi terbatas terkait kurikulum di setiap kesempatan
  7. Melakukan inovasi  membantu sekolah terpencil dalam penggunaan teknologi

Dalam program peningkatan kapasitas ini saya banyak menjadi narasumber dan fasilitator berbagai kegiatan dan diskusi guru terkait kurikulum merdeka dan digitalisasi sekolah terpencil. Workshop yang saya adakan bekerjasama dengan berbagai organisasi dan komunitas juga mewajibkan para peserta untuk membuat praktik baik dan aksi nyata di sekolah.

Masih banyak lagi suara suara sumbang lainnya yang mencemooh apabila kita membicarakan proses perubahan kurikulum dan perubahan lainnya di dunia pendidikan. Awalnya saya merasa pesimis akan perubahan, tapi setelah saya mengikuti kegiatan Pendidikan Penggerak Merdeka Belajar saya mengetahui bahwa tantangan perubahan pendidikan memang ada empat tahapan yang akan saya lalui yaitu :

  1. Di abaikan
  2. Di tertawakan
  3. Di kritik dan
  4. Di terima.

Empat proses di atas terasa nyata bagi saya, ada guru yang awalnya pesimis tapi setelah diskusi berkali kali akhirnya menyadari akan pentingnya perubahan, ada juga guru yang terus apatis terhadap perubahan.

Banyak guru yang setelah berdiskusi terkait dengan konsep merdeka belajar dan banyak pula yang ingin mempelajari implementasi kurikulum merdeka secara lebih mendalam.

Terkait digitalisasi sekolah di awal tahu 2021 hanya ada beberapa sekolah yang menggunakan komputer dalam penilaian pembelajaran, saya mengadakan beberapa kali workshop terkait materi ini dan pada tahun 2022 ini sudah lebih dari 15 sekolah yang menggunakan aplikasi ini, terutama di daerah terpencil yang tidak memiliki signal internet dan listrik terbatas. Perubahan ini tentu saja menjadikan siswa, guru dan kepala sekolah semakin termotivasi akan perubahan.

Saya menemukan keunikan, justru sekolah yang berada di daerah terpencil yang terbuka akan perubahan dan memiliki semangat yang tinggi. Minimnya fasilitas dan sulitnya kondisi geografis ternyata tidak berpengaruh banyak pada sosok sosok penggerak yang memang mempunyai pemikiran maju.

Saya menyadari bahwa semakin banyak kita berbagi maka akan semakin dalam pemahaman belajar. Saya juga berusaha terus berefleksi agar saya bisa mengetahui sisi sisi kekurangan saya. Secara tidak langsung, refleksi yang saya lakukan menambah semangat saya untuk berbagi dan juga semakin memperdalam pemahaman saya akan ilmu yang akan di bagikan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top