Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) menjadi tantangan belajar baru bagi guru. Namun tidak bagi Yunany, guru SD Negeri 09 Torgame, Labuhanbatu Selatan, yang justru menikmati proses belajar ini.
Ia sangat senang bisa mengenal dan menerapkan merdeka belajar. Pasalnya, murid yang dulunya takut saat berada di kelasnya berubah jadi betah belajar. Yunany mengaku, sebelumnya Ia memang adalah guru yang galak dan suka menghukum.
Murid yang tidak paham dengan penjelasannya akan Ia marahi karena dianggap tidak mendengarkan. Lalu murid yang tidak mengerjakan tugas dihukum dengan jongkok dan berdiri sampai hitungan kesepuluh. Yunany bahkan tidak segan mengumumkan nilai rendah di depan kelas untuk mempermalukan murid.
“Setelah saya mengikuti Pendidikan Penggerak Merdeka Belajar dari Kampus Pemimpin Merdeka, saya baru sadar, saya terjebak miskonsepsi selama 20 tahun mengajar. Murid yang jadi korbannya,” ungkap Yunany, yang saat ini aktif menjadi penggerak Komunitas Guru Belajar Nusantara Labuhanbatu Selatan.
Memang cukup sulit mengubah diri untuk menjadi guru yang mau melibatkan murid sesuai dengan prinsip merdeka belajar. Awalnya terasa aneh, saat biasanya marah-marah, namun sekarang Ia harus lebih sabar.
Saat ada murid yang perilakunya menantang, seperti ribut di dalam kelas, terkadang Yunany ingin mengomel. Namun Ia ingat kalau itu bukan cara terbaik. “Saya coba tarik nafas dalam-dalam, lalu coba tersenyum, baru saya tanyakan apa yang mereka mau, lalu kami diskuskan,” jelas Yunany.
Selalu Peduli dengan Keadaan Setiap Murid
Yunany bercerita, Ia pernah membelikan nasi goreng untuk muridnya di kantin sekolah. Hal itu berawal dari seorang murid yang selalu diam di kelas. Saat ditanya selalu menggelengkan kepala.
Dengan sabar, Yunany terus mengajak berbicara. Akhirnya sang murid bercerita kalau pagi harinya Ia dimarahi oleh Ibunya karena bangun kesiangan. Ia juga tidak sempat sarapan hingga kelaparan dan tidak bisa fokus.
“Akhirnya saya ajak ke kantin lalu saya belikan nasi goreng. Walaupun dia agak sungkan tapi akhirnya mau karena memang kelaparan. Setelah itu saya nasehati agar bangunnya tidak terlambat dan harus sarapan, karena kalau tidak sarapan otaknya tidak dapat nutrisi. Jadi belajarnya bisa fokus,” kata Yunany.
Murid Tidak Mau Pulang, Maunya Belajar
Sebelum menerapkan merdeka belajar, Yunany mengaku, murid-muridnya terlihat was-was saat jam kelasnya. Namun saat ini, mereka selalu semangat belajar bahkan betah di sekolah.
Suatu ketika, muridnya belajar bercocok tanam untuk apotik hidup untuk belajar generatif dan vegetatif. Cara belajar ini merupakan usulan dari murid. Saat bel pulang berbunyi, murid-muridnya tetap asik melanjutkan kegiatannya. Padahal Yunany sudah mengingatkan agar aktivitas itu diselesaikan pada pertemuan selanjutnya saja.
“Karena semua aktivitas saya selalu melibatkan murid,melakukan pendekatan dan komunikasi yang baik pada murid, sehingga murid tidak merasa bosan dengan belajar,” ungkap penulis Surat Kabar Guru Belajar itu.
Yunany Bahagia Menjadi Guru yang Merdeka Belajar
Hal yang paling menggembirakan bagi Yunany setelah menjadi guru merdeka belajar adalah Ia bisa dekat dengan murid-muridnya. Ia sangat senang ketika muridnya di kelas 5 bersorak gembira melihat Yunany jadi wali kelasnya di kelas 6.
“Dan yang lebih mengesankan dan mengharukan saat saya ulang tahun Juli ini. Mereka memberi surprise ke saya. Dengan semangat membelikan kado sederhana dengan hasil menyisihkan uang jajan. Awalnya saya tegur, jangan-jangan ini merepotkan orang tuanya, tapi ternyata tidak,” ungkap Yunany.
Ia mengaku tidak bisa menahan air mata haru saat mendapatkan kejutan tersebut. “Mereka sampai ingat hari ulang tahun saya. Ini belum pernah mereka lakukan sekalipun ke guru-guru mereka sebelumnya. Apalagi kami tinggal di daerah yang agak jauh dari kota, jadi pola pikir masyarakatnya juga masih sederhana,” jelasnya.
Pada guru-guru di luar sana, Yunany berharap juga mau terus belajar. Pasalnya, dalam melakukan apa pun semuanya butuh proses belajar berkelanjutan. Belajar adalah bagian dari kehidupan. Oleh karenanya, penting untuk melakukan refleksi diri lalu memotivasi diri untuk bergerak bersama komunitas. (YMH)