Guru Paham Akan Kondisi

GURU PAHAM AKAN KONDISI

Perkenalkan nama saya Rinda Purnama Sari, saya kelahiran dari kabupaten Labuhanbatu Selatan, provinsi Sumatera Utara, tepatnya di kecamatan Silangkitng. Saya mengajar sudah mulai dari tahun 2015 di kecamatan saya sendiri, pertama saya mulai mengajar SD, MTS, SMA dan SMK, di empat sekolah tersebut, saya mengajar harus pandai dalam membagi waktu saya. Dari empat sekolah tersebut, pertama jadi guru saya kira mudah hanya mengajarkan materi pelajaran saja setelah itu selesai, ternyata saya salah, siswa memiliki karakter masing masing dan berbeda beda. Disini saya sadar menjadi seorang pendidik bukan harus pandai di ilmu pengetahuan saja tetapi harus pandai juga dalam memahami karakter siswa. Ditahun 2019 saya lulus seleksi Pegawai Negeri Sipil dan di tempatkan di kecamatan yang berbeda dari yang saya tinggali, setelah saya berada di sekolah yang baru saya pikir mengajar di sana sama mudahnya mengajar di kecamatan saya, ternyata sangat jauh berbeda, karena untuk pertama kali saya mengajar di daerah yang siswa dan gurunya menggunakan bahasa daerah bahkan jarang menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa yang digunakan disana rata -rata menggunakan bahasa mandailing atau batak, sementara saya sendiri adalah bersuku jawa yang tidak pandai menggunakan bahasa daerah yang ada di sekolah tersebut, selama saya di sana saya mengajar menggunakan bahasa Indonesia, ternyata siswa kurang paham dengan kita mengajar bahasa Indonesia, bahkan ada siswa yang menjawab tugas di buku tugasnya menggunakan bahasa daerah mereka, di sini saya bingung apa artinya karena saya sendiri tidak tahu, jadi saya bertanya kepada siswa di kelas tersebut apa arti jawaban tersebut, mereka menjawabnya, bahkan mereka memberi tahu bahasa mereka terkadang dalam setiap katanya, setelah itu saya memberikan sedikit saran kepada siswa agar menggunakan bahasa Indonesia jika di sekolah, dan menggunakan bahasa daerah di rumah mereka. Setelah masuk beberapa hari di kelas tersebut saya menemukan kejanggalan di materi berhitung.

Saya ditempatkan mengajar di kelas lima, saya kira mengajar dikelas tinggi tersebut siswa di sana sudah pandai berhitung, mengurang, pekalian dan pembagian. Ternyata saya salah, masih banyak siswa yang belum pandai berhitung, saya cukup kaget karena saya berpikir mereka sudah kelas lima, tetapi dasarnya saja mereka belum paham, saya berpikir bagaimana saya bisa melanjutkan pelajaran jika siswa saya belum memahami dasarnya, setelah saya teliti ternyata mereka kebanyakan bermain dalam belajar dan menganggap berhitung itu sangat sulit, jadi ada seorang siswa yang menarik perhatian saya di kelas tersebut yaitu pada saat moment mengajar, saya menemukan salah satu siswa yang memiliki perbedaan dengan siswa yang lainnya, dia memiliki sedikit kekurangan. Saya mengajarkan siswa disana seperti biasa menggunakan sedikit contoh, saya tulis di papan tulisĀ  baru saya tes ke depan satu persatu kedepan untuk mengerjakan soal tersebut, ternyata ada beberapa siswa belum paham bagaimana cara mendapatkan hasil dari perkalian tersebut, karena mereka selama ini hanya menggunakan metode menghapal dalam perkalian. Bahkan saya sudah menjelaskan dan mengajarkan satu-satu kedepan tapi mereka masih saja tidak paham.

Setelah saya mengajar dengan cara biasa tersebut saya berpikir ternyata tidak mudah mengajarkan mereka, saya mulai mencari cara bagaimana bisa siswa paham dengan mudah, sementara peralatan mengajar di sekolah tersebut kurang memadai hanya seadanya, saat saya sedang berpikir disini saya melihat di pojok kelas saya ada sapu lidi, di sinilah saya langsung berpikir di benak saya untuk mengajar menggunakan sapu lidi, lebih tepatnya menggunakan lidi, jadi besoknya saya menyuruh siswa saya agar membawa lidi yang ukurannya masing-masing lebih kurangĀ  tujuh sentimeter, satu siswa wajib membawa lidi tersebut sebanyak sepuluh buah, sapu lidi tersebut saya gunakan untuk media pembelajaran di kelas saya.

Dengan saya menggunakan media pembelajaran menggunakan lidi yang menurut saya sederhana ini sudah sangat membantu saya dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, ketika saya mengajarkan kepada mereka yaitu saya menyuruh siswa untuk maju kedepan satu persatu, pertama saya tuliskan terlebih dahulu soal di papan tulis, soal yang saya pilih adalah soal perkalian, karena siswa belum paham jadi saya mengajarkan dasarnya terlebih dahulu. setelah itu siswa maju kedepan untuk mengerjakan soal tersebut, siswa mengambil lidi lalu mulai lah menghitung apa saja yang akan di hitungnya, lidi diambil sesuai dengan kebutuhan, setelah itu siswa membagikan lidi tersebut kepada temannya. Dari sini ternyata siswa sudah banyak lebih paham dengan media sederhana yang saya buat, mereka cukup tertarik dan mulai menyukai berhitung. Ternyata saya juga menyadari terkadang dalam mendidik siswa harus memiliki cara yang bisa membuat siswa tertarik, walaupun dengan media seadanya, tidak harus mahal, tapi bisa menggunakan alat serta bahan yang ada di sekitar kita, maka dari itu ayo semua terus semangat untuk mendidik siswa, tidak perlu media yang mahal, yang terpenting adalah siswa senang dan paham dalam belajar.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top