GURU MODEL BERMODAL KELERENG
Saat ada visitasi saya ditunjuk sebagai guru model untuk diamati kegiatan proses belajar mengajar. Akan tetapi, Saya merasa ragu, karena awalnya saya adalah guru yang mengajar IPA kelas 9, sedangkan saat itu murid kelas 9 sudah tidak ke sekolah lagi karena telah melakukan ujian akhir. Sedangkan saya harus menjadi guru model. Saat itu saya konsultasikan langsung kepada Assessor terkait keadaan saya tersebut. Assessor pun mengarahkan untuk mengajar IPA di kelas yang masih aktif yaitu kelas 8 dan kelas 7. Dalam kondisi ini saya tidak bisa menolak, karena saya harus bersikap profesional sebagai seorang guru yang siap ditempatkan di manapun dan kapanpun. Selain itu penilaian proses pembelajaran dalam kelas merupakan salah satu penilaian penting dalam penilaian akreditasi sekolah saya.
Dengan bersikap normal saya pun menyetujui usulan tersebut walau dalam hati masih ragu dan berpikir.
Apa yang hendak saya lakukan?
Materi apa yang sebaiknya saya ajarkan?
Bagaimana cara saya nanti menghadapi murid-murid yang sama sekali belum saya kenal gaya dan kebutuhan belajarnya?
Apakah murid senang jika saya yang mengajar mereka?
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang membuat saya harus berpikir keras, apa lagi waktu persiapannya hanya semalam saja, berhubung kegiatan visitasi hari ke 2 akan dilaksanakan keesokan harinya.
Mengingat waktu visitasi proses pembelajaran tersebut sangat singkat dan mepet, sepulang sekolah saya langsung mencari buku sumber belajar yang akan saya jadikan sebagai referensi. Kemudian saya mencari materi apa yang memungkinkan saya dan murid bisa belajar dengan aktif. Selain itu saya mengkomunikasikan dengan rekan guru yang mengajar IPA di kelas 8 tersebut. Setelah berdiskusi saya memutuskan untuk mengambil kelas 8 A sebagai objek murid yang akan saya ajar. Untuk dapat berkomunikasi dan mengatur strategi agar proses pembelajaran esok harinya berjalan dengan lancar saya bekerja sama dengan wali kelasnya dan meminta tolong untuk mengundang saya masuk dalam grup kelas mereka yaitu Grup Mapel VIII A.
Malam itu saya memperkenalkan diri dan mencoba menyesuaikan diri dengan mengajak murid-murid dalam grup tersebut untuk ngobrol dan menjelaskan bahwa besok akan ada assessor yang akan menilai proses pembelajaran IPA di kelas mereka dan saya sebagai guru IPA yang akan mengajar. Saya memfasilitasi dan mengajak murid-murid untuk mempelajari materi yang telah mereka pelajari sebelumnya yaitu “Konsep Getaran, Gelombang dan Bunyi”.. Selain itu saya memfasilitasi mereka dengan video pembelajaran yang membahas materi yang akan saya ajarkan kepada mereka keesokan harinya. Melihat obrolan dalam chat dan komentar murid-murid dalam chat grup tersebut membuat saya yakin bahwa kegiatan besok akan berjalan dengan lancar. Dan aman.
Selain mengatur strategi bersama murid-murid saya juga mengatur strategi bersama guru wali kelasnya, untuk memberikan saya daftar hadir cadangan di kelasnya yang telah diprint out dan meminta tolong untuk membawanya besok. Malam berlarut tanpa saya sadari bahwa jam menunjukkan pukul 23:.45 Wita, Setelah selesai merancang rencana pembelajaran dan lembar kerja murid, saya pun melanjutkannya dengan membuat alat peraga sederhana sejumlah kelompok murid yang akan saya bagi saat proses pembelajaran besok untuk praktek “Getaran, Gelombang dan Bunyi”. Dengan mata sayu dan sesekali mengangguk karena rasa kantuk yang sangat berat saya berusaha menyelesaikan alat peraga tersebut, yaitu mengikat dan menyimpul kelereng dengan tali sehingga membentuk bandul yang dapat digunakan sebagai media untuk praktek esoknya.
Malam berlalu, pagi pun hadir dengan penuh harapan kegiatan visitasi akreditasi penilaian proses belajar mengajar tersebut berjalan dengan lancar dan sesuai rencana. Tiba di sekolah, saya kembali mengingatkan murid-murid akan hal-hal yang perlu mereka lakukan dan perhatikan nantinya. Waktu menunjukkan pukul 08.00 dan saya berusaha meyakinkan diri bahwa saya bisa dan mampu melakukannya dengan baik.
Assessor pun tiba dalam ruangan dan menanyakan kesiapan saya untuk dinilai. Dengan penuh keyakinan saya menjawab, “iyah sudah siap ibu.”. Kemudian Asesor memulai pengamatan dan saya mulai mengajar. Sebelum memulai pembelajaran saya menanyakan kepada murid-murid tentang kondisi mereka untuk mengetahui kesiapan belajar mereka. Kemudian saya mengajak para murid untuk melakukan penyegaran dengan melakukan Ice Breaking (guna mengetahui kesiapan, tingkat fokus dan karakteristik belajar), dengan mengajak mereka berdiri dan saya menyebutkan anggota tubuh sambil menunjuk dengan salah yang disengaja. Suasana pun penuh keceriaan karena murid saling menertawai temannya yang kurang fokus menunjuk.
Kegiatan awal pembelajaran dimulai dan berjalan dengan baik. Kemudian saya melanjutkan kegiatan inti pembelajaran dengan mengarahkan para murid untuk memahami materi dengan membaca dan menonton video pembelajaran yang telah saya siapkan di dalam grup, kemudian mereka menuliskan kembali ringkasan materi yang telah mereka pelajari. Setelah itu saya mengajukan beberapa pertanyaan terkait materi yang telah mereka pelajari guna mengetahui sejauh mana mereka memahami materi yang diberikan.
Setelah melakukan tanya jawab, saya membagi mereka dalam kelompok-kelompok kecil sehingga membentuk 5 kelompok. Saya membagikan lembar kerja yang telah saya buat untuk mereka praktekkan sekaligus melakukan pengamatan. Saya membagikan alat dan bahan untuk murid-murid melakukan praktikum dengan kelompok mereka masing-masing sesuai dengan yang tertera dalam LKPD tersebut, yaitu :
Pertama
Murid secara berkelompok melakukan pengamatan getaran ayunan bandul untuk mendapatkan hasil frekuensi dan periode getaran bandul tersebut kemudian menuliskannya dalam tabel hasil pengamatan yang telah disediakan dalam LKPD.
Ke dua
Murid dengan tahapan dan cara yang berbeda, yaitu dengan membentuk gelombang menggunakan media tali yang telah disediakan, kemudian menghitung jumlah gelombang dalam waktu tertentu, lalu menuliskan hasil pengamatan tersebut dalam tabel pengamatan yang telah disediakan dalam LKPD.
Selama proses pelaksanaan percobaan tersebut saya mengamati dan menyadari ternyata ada satu kelompok yang di dalamnya terdapat murid yang kinestetik.Murid tersebut sangat aktif dan tidak bisa melakukan percobaan dengan tenang. Hal ini membuat teman kelompoknya merasa terganggu untuk melakukan percobaan. Hingga kelompok tersebut menyelesaikan percobaan tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan lebih lambat dari kelompok-kelompok lainnya.
Menyadari dan melihat hal tersebut saya langsung mengarahkan murid-murid kelompok lain untuk mengecek kembali hasil pengamatan dan percobaannya kemudian memberikan referensi tambahan untuk mereka pelajari dan diskusikan agar tetap fokus pada pembelajaran. Sementara itu saya membimbing dan menuntun kelompok yang kinestetik tadi untuk tetap dapat menyelesaikan percobaan dan pengamatannya dengan baik dan benar. Salah satu cara saya adalah membagikan tanggung jawab kepada masing-masing murid dalam kelompok tersebut. Saya memberikan kesempatan kepada murid yang kinestetik ini untuk tanggungjawab mengayunkan bandul, kemudian murid lainnya ada yang mencatat hasil, mengamati dan memegang stopwatch.
Seiring berjalannya percobaan tersebut, awalnya berjalan dengan lancar hingga percobaan pertama, akan tetapi pada percobaan kedua murid yang kinestetik ini ternyata merasa bosan dan menyimpan alat peraga tersebut dan pergi berkeliling dan mengganggu kelompok-kelompok lainnya yang sedang aktif dan tenang belajar bersama kelompoknya.
Hal ini membuat saya, harus menangani murid ini secara khusus dan tetap mengontrol emosional diri dan harus tetap tenang. Saya mengarahkan teman kelompoknya untuk tetap melanjutkan percobaan dan pengamatan mereka, kemudian saya mendatangi murid yang kinestetik tersebut dan mengajaknya untuk kembali ke kelompoknya dan membujuknya untuk melanjutkan percobaan bersama teman kelompoknya. Bujukan saya tidak semata langsung dilakukan olehnya. Saya menanyakan apa yang ingin dia lakukan.
“Andi sekarang ingin melakukan apa dulu sebelum ikut percoban bersama teman kelompoknya nak?” (saya bertanya dengan suara yang lembut sambil memegang pundaknya berusaha menenangkan)
“Saya bosan pegang bandul, saya mau pegang HP seperti mereka.” (sambil menunjuk kelompok lain yang sedang menonton materi untuk lebih memahami materi dan percobaan yang telah mereka selesaikan)
“Baiklah, kalo begitu Andi boleh pegang HP” (tutur saya yang sedang berpikir untuk memberikan dia pegang HP untuk mengamati stopwatch saat percobaan)
Setelah membuat kesepakatan, Ia pun terlihat senang dan kembali ke kelompoknya, percobaanya pun tetap berlanjut dan benar saja apa yang saya pikirkan dengan memberikan Ia tanggung jawab memegang hp dan mengamati stopwatch saat teman lainnya melakukan percobaan dan pengamatan.
Alhamdulillah proses percobaan dan pengamatan berjalan dengan baik dan selesai, hingga mereka membuat kesimpulan dan mempresentasikan di depan kelas hasil percobaan bersama kelompoknya masing-masing. Kemudian saya melanjutkannya dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertanya hal-hal yang belum mereka pahami kemudian saya memberikan kesempatan kepada murid lainnya untuk menjawab jika ada yang mampu memberikan jawaban, dan saya melengkapi jawaban tersebut. Kegiatan inti telah selesai saya dan murid melanjutkan dengan kegiatan akhir hingga proses pembelajaran kami selesai.
Setelah proses pembelajaran selesai saya berusaha mengontrol diri dengan menghelakan nafas dengan lega. Tidak lama kemudian saya dipanggil oleh Asesor, dalam hati saya berkata “ya Allah semoga saya mampu memberikan hasil yang baik dalam proses penilaian visitasi akreditasi sekolah ini, utamanya praktek yang saya lakukan ini” yaitu menjadi Guru Model Bermodal Kelereng.
Saya berjalan menghampiri Asesor dan tersenyum melihat saya sambil mengajukan jempolnya sembari mengatakan, yang Ibu lakukan luar biasa, mampu menerapkan apa yang Ibu Arin pelajari selama pendidikan Guru Penggerak diterapkan dengan baik, walau murid yang diajari bukan murid yang dikenal gaya belajarnya. Sedikit informasi Asesor ini adalah salah satu mengajar praktik Guru Penggerak angkatan ke 2 Kabupaten Gowa sulawesi selatan. Mendengar hal tersebut tentunya saya merasa senang dan lega,
Dari pengalaman saya saat pelaksanaan visitasi akreditasi sekolah ini, saya mendapatkan banyak sekali pelajaran. Pelajaran yang memang harus dilakukan oleh semua guru dan pendidik sebelum melaksanakan proses pembelajaran yaitu sebagai seorang guru sangat penting bagi saya dan harus melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid, guna mengetahui dan dapat merencanakan strategi pembelajaran yang tepat untuk diterapkan kepada murid-murid dalam proses pembelajaran. Selain itu pengelolaan emosi diri juga perlu saya latih dan tingkatkan agar tetap tenang dalam menghadapi murid yang memiliki karakter berbeda-beda. Merencanakan dan mengatur strategi pembelajarn juga sangatlah penting sehingga menciptakan suasana belajar para murid yang aman, nyaman, aktif, inovatif serta kreatif dalam belajar.