Awal:
Saya adalah seorang guru SDN 12 Air Sikambing yang ditetapkan mengajar pada tahun 2021/2022 di kelas 1. Pada tahun sebelumnya saya mengajar di SD Swasta yang memiliki fasilitas yang memadai dan ditetapkan sebagai guru kelas tinggi. Suatu kondisi yang sangat berbeda tentunya baik dari segi proses pembelajaran maupun sarana dan prasarana yang dimilki. Hal ini juga menjadi tantangan bagi diri saya sendiri karena mengajar di klas rendah merupakan hal yang baru bagi saya. Saya berfikir mengajar di kelas 1 adalah hal yang sulit, harus berbaur dan memiliki metode tersendiri berdeda dengan kelas tinggi. Awalnya saya menolak untuk ditempatkan mengajar di kelas 1 karena saya takut nantinya tidak bisa mengelolah kelas dengan baik. Namun keputusan kepala sekolah sudah bulat akhirnya saya tetap ditempatkan sebagai wali kelas 1.
Sudah 2 bulan pembelajaran berlangsung namun saya merasakan ada suatu hal yang menjangkal dalam proses pembelajaran. Saya merasakan pembelajaran yang saya lakukan terlalu monoton. Salah satu penyebabnya kurangnya perhatian dalam pengelolaan kelas. Sama-sama kita ketahui bahwa menjadi guru kelas 1 harus mengolah kelas se kreatif mungkin. Tidak hanya itu ketika mengajar dikelas 1 saya merasa banyak energi yang terbuang bahkan kadang merasa jenuh melihat murid saya yang suka berkeliaran, suka berbicara, kurang perhatian pada guru bahkan kadang sering keluar tanpa memperdulikan apa yang dikatan oleh guru. Disini menjadi titik terendah saya dalam mengajar, saya merasa gagal menjadi pendidik bagi murid saya.
Perbedaan yang sangat signifikan yang saya rasakan mengajar di SD Swasta dengan SD Negeri. Karakter yang dimilki oleh anak-anak saya saat ini jauh melengceng apabila dibandingkan dengan SD yang saya ajar sebelumnya. Saya merasa kewalahan, banyak yang saya temui anak-anak yang belum pandai dengan huruf apalagi membaca. Tidak hanya itu di kelas tinggi pun masih ada murid yang belum pandai membaca. Suatu kondisi yang memang cukup memprihatinkan. Keluhan yang saya rasakan kemudian saya ceritakan kepada kepala sekolah dan teman sejawat. Berdasarkan saran dari kepala sekolah dan teman sejawat maka akhirnya saya bersemangat lagi mengajar dan berusaha memperbaiki proses pembelajaran dalam kelas.
Saya mulai mengikuti pelatihan dan mencari trik serta metode utuk anak kelas rendah terutama di kelas 1. Setelah saya pelajari saya mengetahui bahwa kelas 1 itu merupakan masa praoperasional. Suka bermain dan butuh kasih saying berbeda dengan kelas tinggi. Dengan hal ini ternyata siswa SD kelas 1 lebih suka bermain dalam belajar. Saya mengakali untuk membuat media yang dekat dengan anak dan anak senang dalam belajar. Tiba-tiba ide muncul ketika saya melihat sebuah sedotan yang berisi coklat yang dipegang oleh salah satu siswa saya ketika jam istirahat. Dari ide ini saya akhirnya menciptakan media pembelajaran yang sederhana tetapi menyenangkan bagi murid yang saya beri nama “Gulungan Ajaib”
Gulungan ajaib adalah media untuk membaca bagi anak kelas rendah, Cuma terbuat dari sedotan dan gulang kertas. Gulungan kertas ini berisi kata yang nantinya bisa dibaca oleh siswa. Kertas yang telah di tulis dengan kata-kata nantinya dimasuan kedalam sedotan. Dengan hal ini maka siswa akan penasaran apa isi gulungan dalam sedotan tersebut. Kata yang ada dalam gulungan ini disesuaikan dengan tema dan subtema yang diajarkan. Sebelum pembelajaran dimulai maka saya mengajak anak-anak untuk mengambil satu persatu gulungan kertas yang tersedia. Nantinya mereka akan membuka sendiri apa isi kata yang mereka dapatkan dan nantinya akan di perlihatkan serta dibacakan. Permainan pun dimulai. Siapa yang berhasil membuka gulungan tercepat dan mampu membacakan isi kata dalam gulunga tersebut boleh memili tempat duduk yang ia sukai. Tidak hanya itu kadang cara permainan pun diganti sesuai dengan Subtema yang diajaran, anak-anak diperintahakn untuk mencari pasangan dari kata yang mereka dapatkan yang sesuai. Siapa yng selesai duluan akan menjadi kelompok pemenang. Mereka mengikuti permainan dengan sangat antusias. Walaupn dengan media yang sederhana cukup membuat murid menjadi gembira. Tanpa mereka sadari dengan bermain gulungan ajaib maka telah mebantu murid dalam belajar membaca.
Perubahan:
Subhanallah. Perubahan yang sangat memuaskan bagi saya. Ternyata media yang sederhana dapat memuat anak menjadi ceria. Keberhasilan suatu pembelajaran tergantung dengan bagaimana cara kita mengelolah dan memahami kondisi dari murid itu sendiri. Sekecil apapun usaha yang kita lakukan ketika ada niat dan kita jalankan dengan sungguh-sungguh tidak mungkin tidak aka nada hasil. Pelajaran yang sangat berarti yang saya dapatkan ketika memahami murid-murid saya. Bukan ketegasan yang mereka mau, bukan kepintaran guru yang mereka lihat namun guru yang hebat dimata mereka badalah guru yang bisa diajak untuk menjadi teman dan dapat menciptakan siatuasi yang menyenangkan bagi mereka. Perubahan lainnya mereka lebih terbuka berbicara dan mengeluarkan pendapatnya. Contohnya” besok kita main kartu tentang binatang ya buk!”, terkadang mereka merequest sendiri isi gulungan yang mereka mau.