Awal
Saya terbiasa mengajar Bahasa Inggris sudah sekitar 5 tahun di lembaga bimbingan belajar maupun sekolah menengah dengan capaian pembelajaran murid mampu berbicara atau menguasai Speaking Skill dengan rangkaian kalimat sesuai grammar. Setahun terakhir ini diberikan kesempatan untuk mengajar Bahasa Inggris pada murid Sekolah Dasar khususnya kelas 1 dan kelas 2 dengan tujuan murid mampu mendengar maupun berbicara atau disebut penguasaan Listening Skill dan Speaking Skill. Materi yang saya ajarkan adalah My Five Sense dengan capaian pembelajaran mengenalkan kosakata dan kegunaan lima panca indera manusia. Dahulu saya mengajarkan kosakata ataupun penyusunan kalimat dengan menggunakan game yang disebut chain word, murid Sekolah Menengah sangat antusias dan mudah dalam memahami materi dengan belajar yang menyenangkan. Metode tersebut saya terapkan pada murid kelas 1 dan kelas 2 Sekolah Dasar ternyata tidak membuat mereka antusias belajar hingga cenderung bosan sehingga membuat murid ramai dan tidak kondusif. Situasi kelas dan latar belakang murid Sekolah Dasar yang beraneka ragam serta umur yang sangat berbeda dari murid Sekolah Menengah membuat saya kebingungan dan resah dalam mengajari kosakata dan penggunaan lima panca indera manusia.
Tantangan
Kondisi kelas selalu tidak kondusif ketika murid belajar Bahasa Inggris. Beberapa murid lebih tertarik ngobrol bersama temannya dan gemar untuk berlarian didalam kelas bahkan ada murid yang melamun. Ketika murid saya drill kosakata, tidaklah mudah bagi mereka untuk mengucapkan dengan benar. Media yang saya gunakan berupa gambar lima panca indera manusia, hanya membuat beberapa murid saja yang mudah untuk mengingat, mengucapkan, serta memahami kegunaannya. Sejumlah pertanyaan saya ajukan kepada setiap kelas untuk mengetahui ketertarikannya dan hal yang membuat murid antusias. Mayoritas jawaban murid adalah gemar menonton YouTube Kids khususnya pada channel Chocomelon. Hal tersebut membuat saya menyadari bahwa selain mengobrol dan berlarian, murid juga sering bernyanyi didalam kelas. Ternyata murid kelas 1 dan kelas 2 gemar bernyanyi dan lebih antusias dengan gerakan ataupun tarian.
Aksi
Kegemaran murid membuat saya mencari cara untuk mengambil langkah aksi dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik bagi murid merdeka belajar. Saya menciptakan lirik lagu dan gerakan sederhana yang berkaitan dengan materi Bahasa Inggris yaitu My Five Sense. Saya memanfaatkan beberapa sumber media belajar dari beberapa channel di YouTube untuk menciptakan sendiri lirik lagu dan gerakan sederhana sebagai strategi untuk murid belajar. Beberapa langkah saya gunakan dalam menerapkan strategi terebut. Pertama, saya menuliskan lirik lagu My Five Sense di papan tulis. Kemudian, saya mencontohkan didepan kelas gerakan sederhana dengan dibantu beberapa murid yang berpotensi untuk mencontohkan didepan kelas. “Gendis, Hans, Aisyah, and Alceo come here please! I need your help here,” kata saya sembari melambaikan tangan isyarat memanggil kedepan kelas. “Ok miss!,” jawab mereka sembari mengacungkan jari jempol dengan mata penuh antusias. Didepan kelas dengan lantang saya berkata “Listen to me everyone! We will sing and dance together here, and this is our stage with camera (menunjuk CCTV didalam kelas)”. “Waw… Ok miss, we’re ready to show,” sahut murid-murid. “Follow me and your friends here,” kata saya dengan bersiap bernyanyi dan menari. Ketika saya mulai bernyanyi dan bergerak, semua murid mengikutinya dengan terbata-bata sehingga saya harus mengulanginya beberapa kali. “Miss, bolehkah menyentuh mata sambil shake my shoulders, like this,” kata seorang murid sembari menggoyangkan pundaknya kedepan-belakang. “Wow.. sure!! Ok everyone you can shake your body as you want,” jawab saya sembari menirukan gerakan murid tersebut. Semua murid mulai bebas berekspresi menggerakan badannya. Strategi tersebut saya beri nama GeLaS (Gerak dan Lagu Sederhana).
Perubahan
Perubahan murid diiringi dengan proses yang tidak kilat. Penerapan strategi GeLas tersebut dimulai dengan murid berdiri menghadap saya dan papan tulis di depan kelas. Hasilnya hanya murid yang duduk dibangku baris pertama hingga kedua saja yang berhasil mengikuti gerak dan lirik lagu yang saya dan beberapa temannya contohkan. Hal tersebut membuat saya memutar otak agar seluruh murid mampu mengikuti saya dengan mudah. Murid berdiri membentuk huruf U dan saling berhadapan, posisi saya tetap didepan, namun cenderung berdiri di tengah dan tidak didampingi oleh murid yang potensial. Murid potensial tersebar merata di barisan murid lain agar bisa memandu gerak dan lirik lagu My Five Sense. Seluruh murid mampu menirukan gerak dan lagu sederhana dengan mudah, sehingga seluruh murid antusias menikmati keseruan belajar sambil bernyanyi dan menari didalam kelas. Keseruan tersebut tidak berhenti didalam kelas saja, melainkan ketika jam istirahat murid masih tetap menarikan dan menyanyikan lirik lagu yang saya buat tersebut, bahkan dirumah juga sering dipraktekkan. Strategi GeLas (Gerak dan Lagu Sederhana) ternyata bisa membuat murid mengingat dengan mudah materi yang dipelajari. Hal tersebut memberikan saya pelajaran berharga bahwasannya mengajar murid merdeka belajar harus dengan cara melibatkan mereka dalam proses pembelajaran.