Game Number Sense Sederhana dalam Pembelajaran Hybrid
Sebagai guru saya ingin membangkitkan keasyikan dalam belajar bersama di kelas secara online dan offline. Saya ingin siswa belajar dengan gembira dan bermakna. Kali ini saya merancang game sederhana dengan tujuan untuk melatih keterampilan number sense siswa. Siswa diharapkan bisa memiliki sense untuk melakukan perhitungan berbasis 10. Karena kami telah memasuki masa pembelajaran hybrid, untuk itu physical manipulative yang sedianya berupa lembaran karton dan tutup botol air mineral diganti dengan slide berisi 10 kotak dengan komposisi 2 baris x 5 kolom. Kemudian secara cepat ditampilkan bulatan biru (seperti tutup botol air kemasan mineral) di dalam kotak yang dalam 1-2 detik diperlihatkan, siswa bisa menjawab jumlahnya. Ketika ia sudah mahir, maka ia akan mudah “mencongak” atau menghitung cepat “diluar kepala” dengan basis ke persepuluhan terdekat.
Beberapa siswa “menjawab dengan mudah”, menunjukkan ia mahir dalam number sense. Beberapa lainnya, kesulitan, sehingga mesti diawali dengan tahap awal, yaitu menghitung jumlah bulatan. Tentu saja keterampilan berhitung ini seharusnya keterampilan dasar yang dimiliki mungkin sejak kelas 1, untuk siswa kelas 3 bisa jadi kendala pandemi membuat siswa masih “gugup” akibat jarang berlatih. Namun anak-anak senang dan antusias. Mereka menanti-nanti jumlah berapa yang akan ditampilkan. Soal ini tentunya tidak terlalu sulit, saya merasa inilah dia yang namanya “PMP”, yaitu Prestasi Memicu Prestasi. Perasaan “berhasil” membuat mereka semakin bersemangat dan siap untuk tantangan selanjutnya. Pada dasarnya guru dan siswa suka tantangan dan suka perasaan “berhasil” menaklukkan tantangan dan suka berbagi kegembiraan.
Tentu saja kendala pasti ada menjadi tantangan dalam pelaksanaannya. Salah satunya waktu persiapan, mengkondisikan siswa di awal agar menarik dan memberikan instruksi yang jelas, memfollow up agar menjadi pijakan pada keterampilan berhitung selanjutnya. Respon menunda-nunda pekerjaan sebagai pendidik bisa membuat kita kekurangan waktu persiapan. Namun yang terpenting awali hari dengan niat dan hati terbaik agar segala kebaikan dapat terpancar dan sampai di hati. Maka saya berusaha menyiapkan materi dan melatih diri sebelum pertemuan. Mencari waktu terbaik untuk “memainkannya”, dan memandu kelas dengan gembira. Strateginya, game dilakukan di awal materi. Dimulai secara volunteer, berkembang menjadi kompetisi, dan dilanjutkan dengan bergiliran sehingga semua bisa mencoba. Ternyata seru dan menyenangkan! Siswa masih ingin terus bermain, menjadi momentum untuk bermain “berhitung” untuk tahapan selanjutnya. Respon murid beragam, ada yang meminta untuk memainkannya lagi. Game ini bisa menjadi salah satu “tools” ice breaking pada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Untuk merefresh kembali pijakan materi di kesempatan berikutnya.
Pelajaran yang diambil, guru perlu kreatif membuat game yang menarik, meski sederhana; membawakannya dengan gembira dan penuh antusias; menyambut semua siswa dengan sepenuh hati. Kegiatan ini mengesankan bagi saya, karena bisa merubah physical manipulative tools ke bentuk power point sederhana yang bisa ditampilkan kepada siswa secara hybrid, di rumah dan sekolah. “Lagi, Bu!” hampir saja waktu tersita untuk terus memainkannya. Kedepan, saya harus membuat materi lanjutan keterampilan berhitung cepat dengan bekal keterampilan berhitung berbasis 10 ini. Semisal games menghitung cepat seperti 13+7, 39+7 dan seterusnya yang meningkat tingkat kesulitannya hingga ke model penjumlahan bersusun yang menarik.
Kegiatan menyenangkan ini membawa perubahan pada diri saya. Saya merasa lebih bersemangat dan percaya diri, dan termotivasi untuk terus melakukan inovasi-inovasi kecil sederhana. Mencoba meluangkan waktu untuk lebih mempersiapkan diri dalam setiap pertemuan dengan siswa. Kondisi kelas lebih hidup dan karena saat itu pembelajaran berlangsung hybrid, seolah, ada media yang menyatukan kami semua lintas ruang dan jarak.