Di SD Gagas Ceria, ada satu kegiatan yang selalu dilakukan pada akhir semester sebelum mereka libur. Kegiatan ini digagas untuk membantu murid memahami tentang sosial servise. Namanya GagasCeria Special Weeks atau disingkat dengan GSW. GSW adalah salah satu kegiatan untuk mewujudkan student profile SD GagasCeria yaitu bisa memberikan kontribusi bermakna bagi Indonesia.
GSW merupakan kegiatan pengembangan karakter melalui aksi nyata untuk lingkungan. GSW memiliki tema besar. Pada Semester 1, pengembangan karakter dilakukan melalui tema besar Practical Life Skills untuk murid kelas 1 sampai 3 dan entrepreneurship untuk murid kelas 4 sampai 6. Diharapkan, murid-murid menjadi mandiri dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan diri dan entrepreneurship memberikan keterampilan bagaimana mengatasi masalah sehari-hari.
Pada Semester 2, GSW bertema Social Service. Jika pada Semester 1, murid-murid melakukan kegiatan di kelasnya masing-masing, menariknya, dalam tema Social Service, kegiatan dilakukan lintas kelas. Murid-murid berkumpul dalam satu kelompok dari kelas 1 sampai kelas 5. Murid kelas 6 tidak ikut serta karena mereka sedang mempersiapkan kelulusan. Tentu saja bukan hal yang mudah ketika murid beda kelas dan tingkatan berada dalam satu kelompok. Adanya perbedaan usia memungkinkan adanya perbedaan minat, kebutuhan, kebiasaan, dan lain sebagainya. Konflik tentu saja memungkinkan terjadi dalam kelompok. Di sinilah bagaimana murid-murid belajar untuk menghargai kebutuhan orang lain, bagaimana menyelesaikan konflik bersama-sama, mana perilaku yang patut dicontoh mana yang tidak dari kakak kelas belajar untuk dipilah dalam situasi ini. Pada kegiatan GSW lintas jenjang ini, kerja sama dalam kelompok sangat dibutuhkan. Ketika mereka mendiskusikan kegiatan apa yang akan mereka lakukan, dibutuhkan saling mendengar, berani berpendapat, bersama-sama mengatasi masalah dalam kelompok. Proaktif, sinergi, mendengarkan orang lain, mendahulukan yang penting, harus dijalankan untuk mencapai tujuan kelompok. Pada kegiatan GSW ini, keterampilan bersosialisasi dengan anak-anak yang berbeda usia juga dikembangkan. Guru sebagai fasilitator yang ‘memegang’ satu kelompok harus memutar otak untuk mengatur kelas dari beragam usia/tingkatan ini.
Dari tema besar practical life skills, entrepreneurship, dan social service ini, ditentukan tema khusus sesuai dengan fokus kegiatan saat itu. Misal, pada suatu waktu, pernah diadakan GSW Social Service dengan tema The Avenger GagasCeria. Pada saat itu, ada 1 film bioskop yang sedang ramai dibicarakan berjudul The Avangers. Film tersebut menceritakan tentang superhero. Tema The Avanger GagasCeria dilatarbelakangi oleh:
- Masih banyak murid yang membuang sampah sembarangan meskipun sudah ada tempat sampah.
- Setelah makan, bangku tidak dirapikan dan remah-remah masih bertebaran.
- Perkataan yang ‘menyakitkan’, bercanda yang berujung pada konflik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dibutuhkan pahlawan-pahlawan lingkungan untuk memulai melakukan aksi kebersihan, bertindak sopan, dan berpenampilan rapi dalam wadah The Avangers GagasCeria. Karena dalam GSW Social Service kegiatannya lintas jenjang, diadakanlah program adik asuh. Kakak kelas memiliki 1 atau 2 adik asuh yang disebut buddy. Dalam program ini, setiap pasangan buddy saling mengingatkan untuk menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan, sopan dalam perkataan dan perbuatan, yang besar mengingatkan adik kelas, adik kelas menghargai yang kakak kelas. Mereka juga main bersama. Ketika pulang sekolah, kakak kelas mengantar adik kelasnya ke area penjemputan, dan ketika pagi hari, kakak kelas menunggu adiknya datang.
Kegiatan GSW diawali dengan buka wawasan. Ada tamu yang diundang untuk bercerita dan berdiskusi dengan murid-murid. Tamu tersebut menceritakan apa yang pernah dilakukannya untuk berkontribusi dengan lingkungan. Setelah itu, setiap kelompok melakukan survey ke tempat-tempat yang berbeda misalnya taman, tempat ibadah, panti asuhan, panti jompo, perpustakaan, dan lain-lain. Dari hasil survey ini, dalam kelompok, didiskusikan apa yang akan mereka lakukan. Ada banyak kegiatan yang mereka usulkan. Misalnya mencuci mukena dari masjid yang mereka kunjungi, membantu membersihkan panti asuhan, menghibur oma opa di panti jompo, memasak makanan untuk dibagikan, mengecat pagar taman, membersihkan taman, dan lain-lain. Mereka juga membantu perpustakaan menyampul buku agar bisa segera dipinjam. Saat menyiapkan kegiatan untuk melakukan social service, orangtua juga diajak untuk terlibat misalnya ikut memasak atau bersama murid-murid ikut serta membersihkan taman.
Dari beberapa kegiatan social service GSW yang diikuti, ternyata murid-murid cenderung tertarik dengan kegiatan memasak. Pada saat menggoreng tempe, mereka ikut mencicipi tempe yang baru selesai digoreng. Ada juga yang baru mengetahui sayuran tertentu dan berbagai bumbu. Ketika social service bertemakan sampah, murid-murid mulai terbayang mengapa sampah harus dipilah. Dampak program buddy tidak hanya berhenti sampai GSW. Sesudah GSW, murid-murid ada yang masih bermain bersama dengan kakak/adik kelasnya. Mereka juga menceritakan tentang buddy-nya pada orang tua.
GSW setiap tahun dilakukan kegiatan yang berbeda. Ada kelompok yang mengusulkan untuk menggalang dana, melelang karya dan dana yang didapatkan nantinya akan disalurkan pada yang membutuhkan. Pada masa-masa pandemi, GSW tetap dilakukan. Mereka menggalang dana kemudian membuat paket yang terdiri dari masker dan hand sanitizer untuk dibagikan.
Dengan GSW, diharapkan murid-murid bisa:
- Memperoleh wawasan terhadap apa yang sudah didapatkan dalam kegiatan pembelajaran melalui kegiatan social service.
- Menerapkan nilai-nilai GagasCeria (cinta, integritas, sinergi, excellent) dalam perilaku nyata saat berelasi dengan diri dan lingkungan.
- Mendapatkan pengalaman positif tentang pembelajaran praktis yang dapat bermanfaat bagi kehidupan mereka dengan melakukan social service.
Lebih jauh lagi, diharapkan apa yang mereka peroleh tidak berhenti sampai GSW saja, tetapi mereka bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari hingga besar nanti.