Fasilitasi Kebutuhan Problem Solving Murid Lewat E-Counseling
Tahun pertama menjadi guru di sekolah menengah pertama (SMP) merupakan tantangan bagi saya. Selain belum memiliki pegalaman mengajar, saya dihadapkan dengan kondisi pandemi covid-19 yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun. Hal tersebut, menjadi tantangan bagi saya untuk mencari cara agar mampu memberikan pembelajaran bermakna untuk murid-murid.
Sebagai guru Bimbingan Konseling, saya dihadapkan berbagai macam permasalahan. Mulai dari pandemi, tuntutan berinovasi, dan problematika permasalahan murid. Sempat pesimis apakah saya mampu mewujudkan cita-cita diri sebagai guru yang bermanfaat. Saya sangat beruntung bersahabat dengan rekan guru yang memiliki semangat mengajar di Komunitas Guru Belajar Nusantara (KGBN). Motivasi dan semangat saya kembali tumbuh, karena mendapat dukungan dari rekan guru di KGBN.
Sejak pemerintah memberikan kebijakan tatap muka bertahap. Hal tersebut, menjadi penyemangat baru bagi saya. Bersama koordinator BK kami berkolaborasi memberikan pelayanan prima kepada murid. Kami menyambut baik kedatangan murid dengan beragam problematika mereka, mulai dari bangun kesiangan, bekerja lembur, dan sudah malas sekolah. Benar, banyak murid saya yang sudah bekerja dan memiki penghasilan sendiri, sehingga mereka cenderung memiliki motivasi yang kurang untuk sekolah.
Murid di sekolah saya mayoritas adalah anak-anak yang dewasa lebih awal, karena beberapa faktor, seperti permasalahan keluarga, ekonomi yang sulit, perkembangan pergaulan remaja yang tidak sewajarnya. Banyak dari mereka dewasa dalam perkembangan anak SMP, sehingga banyak melakukan hal yang kurang tepat. Saya memahami, tetapi kesulitan membantu mereka. Saya pun kembali pesimis.
Selain beberapa hal tersebut, keterbatasan waktu dalam bertatap muka juga membuat terganggunya kehidupan efektif sehari-hari (KES) pada murid. Murid lebih banyak menggunakan waktunya untuk bermain gawai daripada belajar secara daring. Guru BK tidak dapat memantau permasalahan murid, jika tidak ditangani sedari awal akan menjadi pekerjaan rumah yang lebih berat, penilaian mutu layanan BK pun menjadi rendah.
Kesadaran saya kembali muncul saat kondisi beberapa murid yang lebih terbuka, setelah saya melakukan pendekatan personal kepada mereka, mendekat, memanusiakan mereka, pun dengan banyak tantangan saat perjalanannya. Saya memahami jika untuk mencapai tujuan, langkah demi langkah harus di lakukan. Tidak aka nada lanhgkah kedua tanpa yang pertama. Saya berhenti melihat terlalu jauh, saya memilih menghadapi satu langkah terdekat saya, demi mereka.
Peserta didik saya melakukan curhatan dan eksistensi mereka di media sosial. Saya pahami ini sebagai wadah yang mereka tahu untuk memberitahukan pada dunia bahwa mereka ada. Saya menjadi sadar, mereka memerlukan fasilitas untuk memahami diri mereka. Disinilah saya sebagai orang dewasa yang perlu menyediakan tempat itu untuk mereka.
Saya berpikir, apa yang bisa saya sediakan dan mereka dapat gunakan tanpa memberatkan mereka dan tidak banyak waktu menyita. Saya melihat beberapa praktik baik dari teman-teman dan menemukan satu media mudah yang dapat peserta didik saya manfaatkan. Saya memanfaatkan google form, karena aplikasi ini yang paling familiar untuk peserta didik saya.
Layanan Bimbingan dan Konseling merupakan rangkaian pelayanan yang di berikan oleh guru BK kepada peserta didik untuk mencapai perkembangan diri secara optimal. Pada era pandemi seperti sekarang, sekolah tidak dapat memaksimalkan pemabelajaran di sekolah. Hal ini berdampak pada layanan BK yang sangat terbatas dalam mengangani permasalahan peserta didik.
Saya memanfaatkan google form untuk menyediakan fasilitas konseling individu secara online. Bukan tanpa sebab hal tersebut saya lakukan. Konseling individu merupakan fasilitas dari Bimbingan Konseling yang disediakan oleh seorang konselor kepada konseli (peserta didik) dalam membantu menyelesaikan permasalahan yang konseli alami. Peserta didik saya lebih banyak aktif bersosial media pada malam hari. Dengan adanya konseling individu online, mereka dapat menggunakan sesi konseling jam berapapun mereka mau.sedangkan saya dapat mengakses data pada waktu luang saya.
Setelah saya mensosialisasikan adanya layanan konseling individu online ini, peserta didik mengakses dengan beragam permasalahan yang sedang mereka alami. Saat saya membaca, beberapa ada yang sekedar iseng ingin mencoba form tersebut. Namun, ternyata ada dari mereka yang benar-benar bercerita tentang permasalahan yang sedang mereka alami. Dari sini saya memilah mana permasalahan yang dapat saya eksekusi melalui chat whatsapp, mauapuan menghubungi secara personal anak-anak yang membutuhkan segera pelayanan konseling secara tatap muka.
Sebelumnya dalam menjaring anak mendatangi ruang BK untuk melakukan konseling individu sangat jarang. Dalam sebulan palong hanya satu anak atau bahkan tidak ada sama sekali. Namun, setelah melalui konseling individu ini, lebih dari 1 permasalah peserta didik yang masuk ke BK. Baik permasalahan individu, konsultasi sekolah lanjutan, meminta mediasi karena pertikaian antar teman, maupun sekedar bercerita.
Peserta didik yang menyadari kebutuhan dirinya untuk mencari bantuan kepada BK, membuat mereka tidak malu dan takut lagi mendatangi ruang BK yang dulu mereka anggap sebagai ruangan khusus anak nakal. Peserta didik saya menjadi lebih terbuka dan mudah menyampaikan keluh kesahnya secara mandiri (tidak perlu memanggil peserta didik yang memiliki masalah).
Kebahagiaan yang saya rasakan dimana banyak peserta didik yang memehami pelayanan yang BK berikan untuk mereka. Ada dari mereka yang memanfaatkan kemudian saya eksekusi dengan lebih professional dan tertanganinya permasalahan mereka, membuat saya memahami kebermanfaatan saya sebagai seorang pendidik. Meski dengan banyak keterbatasan, saya berupaya memberikan pelayanan prima bagi peserta didik saya.