Evaluasi Diri Dan Dini Pada Anak Usia Dini Melalui Permainan Engklek

Sebagai Guru Anak Usia Dini saya menginginkan anak didik saya dapat berkembang secara optimal, baik itu secara fisik maupun mentalnya. Dalam hal ini, saya menemui berbagai permasalahan pada anak didik saya, terutama dalam gerak motorik kasarnya, mereka cenderung bermalas-malasan, diajak gerak sedikit sudah mengeluh, dengan alasan capek,  tidak bisa melakukannya, Atau bahkan tidak tertarik untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan gerak fisik tubuh, seperti berlari, melompat, ataupun permainan-permainan fisik lainnya. Kalaupun anak-anak bermain gerak fisik cenderung terbawa kebiasan permainan yang terbiasa dilakukan dirumah (menirukan tokoh kartun dalam permainan game).

Ternyata, setelah saya amati anak-anak sekarang cara bermainnya cenderung pasif. Kebanyakan dari mereka hanya duduk manis di depan televisi, dan yang lebih memprihatikan lagi, mereka lebih asyik dan nyaman duduk berjam-jam di depan gawai mereka sehingga akan berdampak pada sikap mereka yang lebih sensitif emosi yang tidak stabil dan juga bermalas-malasan. Kita sebagai pendidik  pasti tahu dampak yang  akan timbul ketika  tahapan perkembangan pada usia ini dan tentu nantinya akan berdampak juga pada perkembangan fisik psikis dan kehidupan / prilaku sosial  yang belum mereka sadari.

Dari permasalahan inilah saya menpunyai tantangan, yaitu :

  1. Bagaimana cara untuk bisa mengajarkan permainan yang menarik bagi anak dan didalam permainan itu anak juga melakukan gerak fisik atau motorik kasarnya
  2.  Upaya apa yang harus saya lakukan agar ketika anak bermain atau melakukan permainan, anak bisa melakukannya sendiri dengan keinginan atau kemauannya sendiri dan tentunya dengan hati yang gembira dan bahagia.

Saya mulai memikirkan permainan apa yang menarik bagi anak, yang menyenangkan dan juga memiliki manfaat untuk tumbuh kembang mereka. Mulailah saya membuat gambar di halaman sekolah saya Dengan gambar delapan kotak dan satu gambar segitiga / setengah lingkaran di atasnya.  Di setiap kotaknya, kami mengecat dengan warna-warna cerah lalu saya memberi gambar kaki dengan tujuan agar anak-anak tertarik dan ingin mencobanya.  Saya ingat sewaktu saya kecil, saya sangat senang melakukan permainan ini. dan akan saya coba terapkan di sekolah saya. Dulu saya menyebut permainan ini adalah Sondah, angkle atau bahasa sekarang adalah Engklek.

Awalnya ketika anak-anak datang ke sekolah dan melihat ada sesuatu yang berbeda di halaman, mereka antusias dan penasaran, mereka mulai mencoba bermain dengan persepsi mereka sendiri, senang, gembira itulah gambaran dari perasaan mereka.

Beberapa anak juga mulai penasaran akan gambar dan nama dari permainan tersebut, setelah puas dengan gaya bermain mereka sendiri, barulah saya mulai mengenalkan cara bermainnya.

Permainan Engklek ini bisa dilakukan sendiri atau secara bersama-sama bergiliran. Dalam permainan ini lebih familiar dengan permainan lompat-lompatan, karena setiap pemain harus mampu melompat dari satu kotak ke kotak lainnya dengan menggunakan satu kaki. Permainan ini menggunakan alat bernama gaco, yaitu berupa potongan genting, atau batu pipih atau bisa juga diganti dengan benda lainnya. Gaco dilempar setelah itu pemain mulai melompat-lompat dengan satu kaki dari satu kotak ke kotak lainnya. Awalnya anak-anak  kebingungan dengan aturan mainnya, dicoba berulang-ulang akhirnya bisa paham. Permainan ini biasa kita lakukan ketika jam istirahat atau waktu kegiatan anak-anak bermain diluar (halaman sekolah).

Dengan sedikit contoh dan bimbingan yang saya berikan diperoleh hasil yang luar biasa, bahkan ketika murid-murid saya datang ke sekolah pasti melihat gambar dengan senyum cerianya. Mereka secara otomatis tanpa diperintah sudah mulai melakukan gerakan melompat-lompat masuk ke kotak yang satu ke kotak yang lainnya. Ketika jam pembelajaran selesai pun murid masih melakukan hal yang sama.

Dari permainan ini banyak manfaat yang kami rasakan, anak-anak lebih semangat dan antusias untuk datang ke sekolah, tanpa disadari, anak anak terlatih keseimbangan tubuh dan pikiranya, dan hal itu tentunya baik untuk menunjang kemampuan duduk tenang saat belajar, melatih koordinasi mata, tangan dan kontrol gerak serta juga bisa mengontrol emosi mereka.

Melihat respon peserta didik pada permainan engklek yang sudah saya modifikasi  muncul ide-ide kreatif  untuk pembelajaran di kelas. Ibarat seorang ibu yang berfikir apa menu makanan sehat yang menarik dan menyenangkan  bagi anak tetapi tetap memperhatikan asupan gizi yang seimbang sesuai kebutuhan dalam masa tumbuh kembang anak.

Begitulah hal yang bisa dianalogkan dalam dunia pendidikan . Dibutuhkan kehadiran pendidik dengan jiwa pendidik yang melekat dan total untuk siap selalu belajar dengan menu-menu baru yang kreatif, variatif  dan yang siap disajikan pada anak didik  dalam kemasan kurikulum yang selalu berkembang mengikuti zamanya serta regulasi yang  ada tanpa harus melupakan kearifan lokal yang sudah teruji keampuhannya selama ini.

Model permainan yang saya modifikasi ini ternyata bisa membawa perubahan pada murid kami, tingkah lakunya, semangatnya ataupun perkembangan fisik motoriknya. Sekecil apapun perubahan, maknanya amat besar bagi saya guru pembimbing, murid, orang tua, dan juga sekolah.

Secuil pengalaman  mencoba berkreasi dan berinovasi dalam mengembangkan materi kurikulum pendidikan dan praktik baik yang bisa saya bagikan, semoga bisa  menginspirasi untuk selalu berkreasi dan berinovasi.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top