Pembelajaran bahasa Jawa sebagai media eksistensi kebudayaan lokal yang seharusnya diminati oleh banyak murid. Dengan belajar bahasa Jawa diharapkan murid dapat memahami tentang unggah-ungguh bahasa, aksara Jawa dan budaya Jawa. Sedangkan kondisi saat ini banyak murid yang kurang tertarik dengan pembelajaran bahasa Jawa.
Beberapa murid di sekolah yang saja ajar ada yang tidak bisa berbahasa Jawa dengan baik terutama bahasa Jawa ragam krama, padahal mayoritas dari mereka lahir dan tinggal di Jawa. Banyak juga yang di lingkungan sekitarnya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Selain itu bahasa Jawa dianggap kuno dan ketinggalan zaman sehingga banyak murid yang tidak tertarik dengan pembelajaran bahasa Jawa, terutama di pembelajaran aksara Jawa dan unggah-ungguh basa yang paling dianggap sulit oleh murid. Anak-anak lebih tertarik belajar dengan memanfaatkan media pembelajaran seperti gadget.
Kemudian saya melakukan pembelajaran bahasa Jawa dengan media-media pembelajaran yang menarik. Media yang saya gunakan diantaranya dengan memanfaatkan gadget untuk kuis dan permainan. Contohnya ketika belajar tentang cerita wayang, teks sastra, dan nonsastra saya memanfaatkan website Quizziz dan educandy untuk mengukur sejauh mana pemahaman murid tentang pembelajaran hari itu. Selain itu juga membuat proyek pembelajaran seperti drama sebagai hasil akhir pembelajaran unggah-ungguh basa. Untuk pembelajaran aksara Jawa biasanya saya memanfaatkan permainan berkelompok seperti ular tangga, dengan harapan siswa bisa belajar sambil bermain dengan menyenangkan tanpa merasa ada tekanan.
Dengan penerapan pembelajaran menggunakan media pembelajaran yang menyenangkan, ternyata murid merasa senang dengan pengalaman belajar bahasa Jawa. Secara tidak langsung mereka turut melestarikan kebudayaan lokal seperti bahasa dan aksara Jawa. Bahasa Jawa sudah tidak lagi dianggap sebagai pelajaran yang tidak asyik dan ketinggalan zaman. Selain itu, hasil belajar murid juga meningkat.