Awal
Pembelajaran Tatap Muka dimulai kembali setelah hampir 2 tahun siswa belajar di rumah secara tatap maya (daring). Kebiasaan – kebiasaan selama Belajar Dari Rumah melekat kepada siswa. Misalnya siswa terbiasa dengan lebih banyak mengamati video pembelajaran daripada membaca buku dengan bimbingan guru ataupun orang tua. Hal ini berakibat kepada semakin rendahnya minat baca siswa ketika pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka di kelas.
Kemampuan memahami bacaan juga semakin menurun. Sebagian besar siswa sulit memahami isi teks yang ada di buku siswa. Mereka tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik karena tidak memahami instruksi dari guru dan tidak dapat menjawab pertanyaan berdasarkan teks bacaan yang diberikan. Siswa menemukan banyak kata-kata sulit yang belum diketahui arti dan maknanya. “Bu,arti dari kalor apa?” Pertanyaan Zuana kepada saya ketika membaca buku siswa tema 6. Ketika Zuana berani mengajukan pertanyaan tentang kata-kata sulit yang Ia temukan dalam teks, siswa lain juga menanyakan hal yang sama. Mereka merasa asing dengan kata-kata baru yang mereka temukan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kosa kata yang dimiliki oleh siswa. Perbendaharaan kata yang minim disebabkan karena kurangnya aktifitas membaca. Siswa mudah jenus dan bosan dengan aktifitas membaca teks bacaan. Aktifitas membaca terlihat tidak menarik dan kurang menyenangkan untuk siswa. Siswa hanya sekedar membaca teks dan kurang berusaha berpikir untuk memahami dan menggali isi bacaan.
Tantangan
Kemampuan yang rendah dalam memahami isi bacaan mengakibatkan siswa tidak dapat menggali informasi dalam teks. Hal ini berakibat mereka tidak mendapatkan informasi dan pengetahuan baru. Lemahnya kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan berakibat siswa mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Membaca merupakan ketrampilan yang sangat penting untuk memahami dan mengembangkan pengetahuan.
Siswa harus distimulus untuk senang membaca di kelas. Mereka akan lebih mudah memahami bacaan jika mereka membaca dengan menggali rasa ingin tahu mereka. Saya harus membuat kegiatan membaca menjadi menyenangkan dan menantang serta memenuhi rasa ingin tahu mereka.
Aksi
Tahun 2018 saya pernah membuat Dadu Tanya Dinding Kosa Kata untuk siswa kelas 4, dan media tersebut dapat meningkatkan minat baca dan pemahaman baca siswa. Saya membuat Dadu Tanya yang sama untuk siswa kelas 5. Media ini saya beri nama dengan DUNIA LESAKA (Dadu Pertanyaan dan Lembar Kosa Kata). Saya berharap media ini dapat meningkatkan minat baca siswa, karena siswa akan membaca lebih banyak dengan stimulus yang diberikan oleh guru dan teman dengan pertanyaan-pertanyaan. Kegiatan membaca senyap yang biasa dilakukan siswa di kelas menimbulkan kejenuhan dan kebosanan siswa. Membaca menjadi tidak menarik. Membaca dengan Dunia Lesaka menjadi alternatif kegiatan membaca yang menarik minat siswa untuk membaca.
Untuk melatih siswa dalam menggali informasi dan pengetahuan dalam teks menggunakan Dadu Pertanyaan. Dunia Lesaka adalah sebuah dadu yang berisi 6 kata tanya yaitu apa, siapa, dimana, kapan, mengapa, bagaimana. Lesaka (Lembar Kosa Kata) adalah beberapa kertas asturo yang ditempel di papan tulis sebagai tempat siswa untuk menempelkan post it yang berisi kata-kata sulit yang mereka temukan dalam bacaan.
Mencari kata-kata sulit dalam teks merupakan kegiatan pra membaca. Setelah semua siswa menemukan kata-kata sulit dan menempelkan di Lesaka. Saya memfasilitasi siswa berdiskusi dan membahas masing-masing arti dari kata-kata sulit tersebut. Setelah mereka menyimpulkan sendiri arti kata-kata sulit tersebut saya memberikan penguatan.
Setelah aktifitas pra membaca selesai kami berlanjut dengan aktifitas menggali informasi dalam teks dengan menggunakan Dadu pertanyaan. Ketika saya meminta siswa untuk menjadi pelempar dadu, mereka sangat antusias. “Saya jadi pelempar dadu ya, Bu Guru!” seru Kanaka. Untuk kesempatan kali ini saya meminta A seorang siswa berkebutuhan khusus untuk melempar dadu. Ini saya lakukan untuk melibatkan A dalam aktifitas pembelajaran.
Dengan menggunakan dadu pertanyaan, pertanyaan- pertanyaan yang mereka buat tidak terpaku hanya menggunakan kata tanya apa, siapa dan dimana saja tapi juga menggunakan kata tanya yang lain seperti mengapa, bagaimana dan bagaimana jika. Kata tanya mengapa, bagaimana dan bagaimana jika dapat melatih siswa berfikir tingkat tinggi (Hots) dan berfikir kritis serta memecahkan masalah (critical thingking and problem solving).
Perubahan
Dunia Lesaka dapat membuat aktifitas membaca menjadi menyenangkan dan siswa memiliki rasa ingin tahu , sehingga mereka aktif dalam membaca dan memahami isi bacaan. Ketika saya membagikan sebuah artikel tentang pengolahan garam dengan memanfaatkan sinar matahari, siswa langsung mengambil dadu pertanyaan di lemari. “Bu, kita main-main pertanyaan pakai dadu lagi ya!” pinta mereka. Sementara anak yang lain menempelkan kertas asturo di papan tulis. “Aku yang bagiin kertas kuningnya ya, Bu!” seru Nindy.
Dunia Lesaka membuat siswa dapat lebih memahami isi teks dan kosa kata mereka dapat bertambah. Perbendaharaan kata yang kaya lebih meningkatkan ketrampilan membaca dan menulis mereka. Dunia Lesaka dapat menghubungkan pengetahuan yang mereka miliki dengan pengetahuan yang baru mereka dapatkan lewat aktivitas membaca. Siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan baru dan dapat menghubungkan pengetahuan tersebut dengan pengetahuan yang mereka tahu sebelumnya. Siswa dapat membuat kesimpulan dari suatu bacaan dengan menceritakan atau menuliskan kembali isi bacaan dengan bahasa mereka sendiri. Yang pasti anak-anak terlihat lebih bersemangat, senang dan tertantang dalam aktivitas membaca.