Dokumentasi Foto Kegiatan Murid Dalam Meningkatkan Keterampilan Bahasa Inggris Pasca Pandemi Covid-19

Assalamualaikum. Salam kenal untuk semua. Perkenalkan nama saya Murdin Idirs. Saya biasa dipanggil Pak Mur atau Pak Udin. Saya adalah salah satu guru bahasa inggris yang mengajar di SMK Negeri 6 Jeneponto.  Saya  tinggal cukup jauh dari tempat  saya mengajar. Saya  berdomisili di Bontosunggu Kota Kecamatan Binamu Kabupaten  Jeneponto.

Saya mengajar bahasa inggris di kelas XII yang terdiri dari 3 kompetensi keahlian atau Jurusan.  Jurusan yang pertama  adalah Teknik  Komputer dan Jaringan. Kedua, jurusan Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian. Dan ketiga adalah Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikulutra. Ketiga jurusan tersebut memiliki karakter yang berbeda dan tingkat kesulitan belajar bahasa inggris yang berbeda.

Setelah saya mengawali pembelajaran di setiap awal tahun pelajaran. Saya melihat masalah yang terjadi pada murid-murid saya kelas XII. Tentu saja, saya sangat berfikir keras bagaimana cara semestinya saya memulai untuk melanjutkan pembelajaran bahasa inggris di kelas saya. Apalagi pada waktu itu saya masih terkendala dengan situasi pandemi Covid-19. Untungnya, system pembelajaran di sekolah saya masih kombinasi daring dan luring. Setiap awal tahun saya sudah merencanakan strategi lewat lesson plan untuk melanjutkan kompetensi yang ingin dicapai di  kelas XII. Namun, apa yang telah menjadi perencanaan saya sebelumnya saya harus mengkaji ulang. Kenapa demikian? Karena saya belum memahami dengan baik profil murid yang naik di kelas XII. Pada saat murid ini kelas XI bukan saya yang mengajar. Meskipun saya sudah berkordinasi dengan teman sejawat terkait dengan masalah murid yang dihadapi di kelas XI. Saya tetap harus berupaya mempelajari dengan baik profil belajar murid.

Jadi, dibeberapa pertemuan awal pelajaran bahasa inggris saya membagikan format data kepribadian dan keluarga murid untuk diisikan. Kemudian saya menanyakan kendala-kendala yang dihadapi dalam belajar bahasa inggris. Saya mengajak murid secara terbuka menuliskan apa yang menjadi keluhannnya. Bahkan saya memberikan reward sederhana agar murid merasa termotivasi dalam mengungkapkan segala keluh kesahnya. Saya mencoba menginventarisasi setiap keluhan murid di setiap kelas. Selanjutnya, saya mengelompokkan setiap masalah tersebut. Setelah itu saya mencarikan solusi yang sesuai dengan kondisi masalah murid.

Selain dari kendala yang saya gali informasinya dari murid. Saya juga mencoba mendorong semangat murid untuk menuliskan kesenangan dan ketidaksenagannya (like and dislike). Saya membagikan kertas kepada setiap murid untuk menuliskan setiap hal yang disenangi dan kurang disenangi. Kemudian saya  mengidentifikasi dan mengeklasifikasi dari setiap murid.

Belajar bahasa inggris bagi murid saya adalah salah satu pelajaran yang dianggap sulit, kurang menyenangkan dan membosankan. Murid merasa sulit disebabkan media belajar yang terbatas. Murid juga mengalami kurang asik karena penggunaan bahasa dalam setiap materi yang sulit dipahami oleh para murid. Selain itu, murid juga merasa bosan karena apa yang dipelajari bukan bagian dari kegiatan murid di sekolah, rumah dan masyarakat. Sehingga apa yang terjadi  sebagian besar murid saya kurang memperhatikan jika belajar bahasa inggris di kelas. Jadi saya sebagai guru bahasa inggris menyadari bahwa saya harus menemukan metode, strategi dan media yang mudah dipelajari murid.

Berdasarkan masalah tersebut, saya mencoba memamfaatkan media sederhana yakni dokumentasi foto-foto kegiatan murid. Media ini  menjadi bagian dari dokumentasi murid. Saya menginginkan murid lebih aktif dan senang belajar bahasa inggris dengan memamfaatkan media dokumentasi foto kegiatan. Saya yakin setiap murid memiliki dokumentasi kegiatan yang tersimpan di  smartphone murid. Murid mempunyai dokumentasi pengalaman yang berbeda dan menarik. Murid akan mudah dan senang bercerita terkait dengan apa yang telah murid alami. Murid telah memahami setiap momen dokumentasi fotonya. Olehnya itu, saya berfikir dengan memamfaatkan dokumentasi tersebut. Murid merasa menjadi bagian terpenting dalam proses pembelajarannya.

Di kurikulum 13  mata pelajaran bahasa inggris kelas XII memiliki tingkat pencapaian komepetensi dasar yang mengarahkan murid untuk berada di level intermediate.  Namun, yang menjadi persoalan adalah tuntutan pengetahuan dan keterampilan yang disajikan kurang relevan dengan tingkat kemampuan murid dalam memproses informasi tersebut. Keresahan saya adalah bagaimana cara memfasilitasi murid belajar dengan buku-buku pelajaran yang tersedia di sekolah. Kadangkala materi yang menjadi muatan di setiap kompetensi dasar membuat saya kesulitan dalam mengajarkan contoh-contoh materi tersebut.  Ketika saya memberikan arahan-arahan kepada murid bagaimana cara mengidentifikasi setiap masalah yang ingin didiskusikan secara berkelompok. Murid tetap dalam kondisi kesulitan, bingung karena keterbatasan penguasaan kosa kata dalam memahami petunjuk kerja yang ada dalam buku paket. Sebagaian besar murid kurang senang belajar konten bahasa inggris yang disajikan di buku paket. Ketika murid diarahkan untuk menyelesaikan tugas-tugas materi kompetensi dalam bagian buku. Murid lebih banyak mengacuhkan dan tidak mengerjakan.

Saya kadangkala mencoba murid belajar bahasa inggris dengan mengakses internet untuk menemukan sumber-sumber relevan. Sebagian murid terkendala lagi dari sisi kuota internet yang dimiliki sehingga sulit untuk mengakses materi yang saya sediakan. Saya sering juga mengelompokkan mereka belajar supaya mereka bisa bekerjasama dan saling membantu dalam menyelesaikan topic yang didiskusikan. Relaitasnya, hanya murid-murid tertentu yang aktif bekerja.

Berangkat dari kejenuhan kondisi murid belajar, saya mencoba mengunduh beberapa gambar-gambar  atau foto kegiatan yang ada di internet. Setelah itu saya mengirimkan gambar dan foto tersebut ke grup belajar murid. Di ruang grup belajar ternyata banyak yang memberikan respon positif. Murid-murid bertanya mau diapakan gambar ini? Padahal instruksi pembelajaran belum saya berikan. Pada waktu itu, saya hanya punya tujuan untuk memancing  keingintahuan murid-murid saya. Alhasil, setelah saya memberikan beberapa instruksi sederhana rata-rata murid saya termotivasi mengamati. Saya berfikir ternyata gambar atau foto bisa memberikan stimulasi.

Dalam pembelajaran bahasa inggris di kelas, hal yang menjadi budaya di kelas saya adalah murid menyiapkan kelas dengan berdoa bersama yang dipimpin langsung oleh ketua kelas atau murid yang ditunjuk. Dan kadangkala juga siapa saja murid yang bersedia memimpin doa secara islami.  Setelah itu, saya menyapa keadaan murid  dan kemudian biasanya mengecek kehadiran murid yang berhalangan datang  belajar. Saya menanyakan  apakah murid-murid yang lain mendapat informasi atau tidak tentang kabar  penyebab ketidakhadirannya. Jika semuanya jelas, maka saya lanjut memotivasi murid dengan berbagai nasihat  dari hasil pengalaman belajar orang-orang yang pernah merasakan kegagalan sehingga mereka sukses. Selain itu kadangkala saya mengajak murid berfikir bagaimana mamfaatnya mempelajari materi kompetensi dengan menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya, saya menunjukkan beberapa gambar-gambar yang sederhana yang saya unduh dari internet yang relevan dengan materi kompetensi yang murid pelajari. Kemudian murid-murid mencoba mengamati gambar-gambar yang saya tunjukkan untuk memantik murid  merespon dengan cepat mengenai gambar tersebut. Tentu saja dengan gambar sederhana murid lebih mudah dalam mengawali pembelajarannya. Kemudian saya menyampaikan tujuan pembelajaran murid yang hendak dicapai.

Pada kegiatan inti, saya membagi murid menjadi 4 – 5 kelompok untuk memulai aktivitas pembelajaran. Setelah itu saya menyiapkan gambar-gambar sederhana yang terdiri dari beberapa jenis gambar yang berkenaan dengan materi yang akan dipelajari. Setiap murid perwakilan kelompok  memilih dan mengambil gambar acak yang murid senangi. Kemudian murid membawa ke setiap kelompoknya untuk didiskusikan. Setiap kelompok menyusun dan menuliskan satu kata atau kalimat kunci bahasa inggris dari gambar yang diamati. Selanjutnya setiap kelompok murid menyampaikan hasil diskusinya.

Pada tahapan kedua di kegiatan inti, saya meminta murid untuk menyiapkan beberapa foto dokumentasi kegiatan praktek yang dilakukan di Laboratorium, di bengkel dan di lahan pertanian. Setiap kelompok murid menyiapkan minimal 3 foto atau gambar kegiatan yang pernah dilakukan. Kemudian setiap murid mendiskusikan urutan kegiatan yang telah dilakukan. Setiap kelompok murid mendiskusikan deskripsi dari kegiatan yang telah dilakukan. Setelah selesai mendeskripsikan. Setiap kelompok murid akan mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas. Peran saya sebagai guru hanya sebatas mengarahkan untuk mengorganisasikan jalannya pembelajaran. Setiap persentasi kegiatan, setiap murid memiliki peran untuk berbicara tentang hasil diskusinya. Setelah presentasi salah satu kelompok kemudian kelompok murid yang lain memiliki kesempatan bertanya terkait dengan foto/gambar yang disajikan. Pada kegiatan ini setiap murid memiliki semangat belajar dan antusias dalam mendeskripsikan kegiatannya karena murid merasa memiliki pengetahuan sebelumnnya tentang dokumentasi tersebut.

Pada tahapan Ketiga, saya mengajak murid secara berkelompok melakukan pengambilan gambar terkait dengan lingkungan sekolah, kegiatan lingkungan sekolah, kegiatan belajar dan aktivitas guru di sekolah. Saat pengambilan dokumentasi seperti ini setiap kelompok murid merasa senang tanpa tekanan karena murid bergerak dalam mengumpulkan informasi foto atau gambar.

Pada tahapan keempat, difase ini murid lebih mengembangkan kreatifitas dalam mendeskripsikan hasil pengumpulan foto secara berkelompok. Saya meminta membuat laporan sederhana tentang hasil pengamatan murid. Kemudian murid mengembangkan dalam bentuk slide presentation. Setiap kelompok mempersiapkan diri untuk mempresentasikan di depan kelas.

Penggunaan media dokumentasi foto/gambar membuat murid lebih senang dan aktif belajar bahasa inggris di kelas saya. Setiap murid berfikir bahwa foto atau gambar dari yang sederhana yang disajikan memberikan kemudahan dalam mengolah informasi. Murid merasakan lebih mudah menentukan kata, mengonstruksi kalimat berdasarkan foto yang disediakan. Murid lebih antusias berdiskusi dan saling bertukar pikiran tentang deskripsi foto atau gambar yang diamati. Selain itu, murid lebih aktif juga bertanya kepada saya terkait masalah-masalah yang ditemukan misalnya kesulitan dalam  menggunakan bahasa inggris secara tertulis dan secara lisan.

Pada penggunaan foto kegiatan yang dikumpulkan dan dirancang dalam bentuk laporan sederhana secara berkelompok. Setiap kelompok murid juga lebih membangun kreatifitas dalam menyajikan presentasi di kelas. Murid lebih mudah mengembangkan kemampuannya menulis bahasa inggris dan lebih terbangun kepercayaan diri dalam berbicara bahasa inggris.

Dengan menggunakan media dokumentasi foto kegiatan murid di SMK Negeri 6 Jeneponto, pembelajaran bahasa inggris di kelas saya lebih hidup dibandingkan dengan sebelumnnya. Saya berfikir inilah merupakan salah satu cara untuk memberikan kemudahan dalam belajar bahasa inggris pada beberapa konten kompetensi. Saya merasa sangat termotivasi mengajar jika Nampak murid saya aktif dan tumbuh sikap percaya diri dalam belajar.

Saya senantiasa berfikir bahwa banyak pengembangan media yang harus dirancang untuk mengaktifkan pembelajaran bahasa inggris. Saya sebagai guru terus belajar untuk mencoba memasuki dunia murid dalam belajar agar murid mampu menguasai bahasa inggris dengan baik. Dan tidak menjadikan bahasa inggris adalah bahasa yang sulit dan membosankan untuk dipelajari.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top