Diferensiasi Pembelajaran Untuk Kurikulum Merdeka, Ini Contoh Penerapannya

Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang berorientasi pada anak. Penerapan yang tepat membutuhkan kesadaran bahwa kebutuhan setiap anak berbeda. Pendekatan diferensiasi dapat membantu guru untuk dapat merespon perbedaan tersebut. Lalu bagaimana penerapan yang tepat serta contoh diferensiasi?

Miskonsepsi Diferensiasi Pembelajaran

Elisabet Indah Susanti, ketua Kampus Guru Cikal, mengungkapkan, guru seringkali terjebak pada tiga miskonsepsi diferensiasi. Pertama, menerapkan diferensiasi membutuhkan banyak guru. Miskonsepsi kedua dan ketiga yakni, diferensiasi membutuhkan banyak RPP dan diferensiasi menggunakan kelompok yang kaku.

“Diferensiasi pembelajaran bukan pembelajaran individual sehingga tidak membutuhkan banyak guru. Kalau RPP, itu kan tujuan pembelajarannya sama, apa yang mau dicapai itu sama. Strategi pembelajarannya yang bisa dibreakdown,” jelasnya, saat menjadi narasumber webinar rutin Guru Merdeka Belajar pada Kamis (23/06/2022).

“Kelompok yang kaku, sama sekali tidak tepat menggambarkan diferensiasi. Kita boleh kok mengacak kelompok. Misalnya saja, kita campur anak-anak yang punya pemahaman lebih kuat pada suatu pelajaran dengan anak yang belum terlalu paham. Lalu melakukan peer-to-peer teaching,” lanjut Susan, sapaan akrabnya.

Dalam melakukan pengelompokkan, setidaknya ada tiga dasar yang bisa digunakan, yakni kesiapan murid, minat murid, dan cara belajar murid. Guru harus melakukan asesmen diagnostik untuk dapat membentuk kelompok-kelompok belajar di dalam kelas. Pemetaan kelompok ini bukan stratifikasi sehingga guru tidak boleh memberikan judgment seperti meremehkan kelompok tertentu.

Saat sudah melakukan asesmen diagnostik, guru dapat melakukan penyesuaian terhadap rancangan pembelajaran. Guru dapat mempertimbangkan tiga jenis diferensiasi yakni diferensiasi konten, diferensiasi proses, atau diferensiasi produk. Tidak ketiganya harus digunakan secara bersamaan, menyesuaikan kemampuan guru dan keadaan kelas.

“Kalau saya ditanya bagaimana contoh untuk diferensiasi mata pelajaran A, B, C. Saya juga bingung karena Bapak/Ibu guru yang melakukan asesmen diagnostik jadi Bapak/Ibu yang paling tahu kebutuhan murid. Latar belakang murid saya tentu berbeda dengan latar belakang murid Bapak/Ibu,” kata Susan.

Satu hal yang penting untuk diketahui, tutur Susan, diferensiasi pembelajaran dapat dilakukan untuk mata pelajaran apa pun dan untuk berbagai jenjang. Bahkan orang dewasa yang sudah tidak berada dalam sekolah formal.

Contoh Penerapan Diferensiasi Pembelajaran

Merespon permintaan contoh diferensiasi, Anggi Rizka Puspita, guru penggerak Komunitas Guru Belajar Yogyakarta, bercerita, pernah menerapkan diferensiasi untuk pelajaran matematika dan bahasa Indonesia.

Saat itu, tujuan pembelajaran matematika adalah memahami pecahan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, murid diminta mampu bercerita kehidupan sehari-hari. Anggi memutuskan untuk menggabungkan dua mata pelajaran tersebut untuk memberikan satu tugas bermakna, yaitu membuat tempe mendoan.

Keputusan tugas tersebut didasari oleh latar belakang, hobi, dan pencapaian proses belajar masing-masing murid yang Ia ketahui setelah melakukan asesmen diagnostik, jelas Anggi, yang juga menjadi narasumber webinar.

Pada saat itu, murid diminta untuk memotong tempe sambil menjelaskan hasil pecahan yang terbuat dari potongan tersebut. Pendekatan diferensiasinya terletak pada kemerdekaan murid membuat potongan tempe sesuai dengan pecahan yang ingin mereka buat. Dalam hal ini berarti, Anggi telah menerapkan diferensiasi proses.

Selain itu, Anggi juga membebaskan muridnya untuk menjelaskan proses membuat tempe mendoan dan pecahan yang dibuat dengan beragam teknologi. Ada yang membuat video, voice note, dan cerita bergambar. Diferensiasi pada produk ini diterapkan karena Anggi menyadari setiap muridnya memiliki kesukaan yang berbeda.

“Diferensiasi itu mudah. Murid saya di kelas 32 orang. Kuncinya melakukan asesmen diagnostik. Karena diferensiasi pembelajaran ini adalah kemampuan guru merespon kebutuhan murid yang berbeda. Untuk Bapak/Ibu yang ingin cari inspirasi penerapan diferensiasi bisa baca buku Diferensiasi (link) atau Surat Kabar Guru Belajar,” kata Anggi.

Webinar Guru Merdeka Belajar dilakukan rutin dua kali sebulan pada Jumat minggu pertama dan ketiga. Informasinya dapat diakses di Instagram @kampusgurucikal. (YMH)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top