Diferensiasi Pembelajaran IPS Bermakna Dengan Modifikasi Kurikulum

Diferensiasi Pembelajaran IPS Bermakna dengan Modifikasi Kurikulum

Saya guru kelas disabilitas rungu/ Tuli dan mengajar di SLB BCD Nusantara Depok selama empat tahun. Saya mau menceritakan pengalaman saya mengajar di kelas campuran ABK. Kelas saya memiliki keberagaman murid ABK, ada disabilitas intelektual, autis, dan ADHD. Saya mengajar semua mata pelajaran di kelas, salah satunya Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Sebagai pendidik, saya ingin memberikan pembelajaran IPS yang bermakna dan berdaya.

Sebagai pendidik Tuli dan bukan lulusan Pendidikan Luar Biasa (PLB), saya ditugaskan mengajar murid ABK yang beragam jenis disabilitas dan latar belakang berbeda di satu kelas. Kendala saya menghadapi keberagaman murid ABK karakteristik belajar bervariasi dan ketidakmampuan pendengaran yang kumiliki. Saya guru Tuli mampu berkomunikasi dengan oral dan bahasa isyarat, serta membaca bibir lawan bicara.

Awalnya, saya mengajar murid-murid ABK beragam dengan model pembelajaran sama rata, ternyata masih ada beberapa murid ABK terlihat bosan belajar, belum memahami konten topik IPS, dan tidak mencapai tujuan pembelajaran. Jadi menurut saya, hasil kegiatan pembelajaran IPS kurang bermakna dan tidak berdaya bagi keberagaman individu murid ABK. Kendala ini menjadi tantangan sendiri bagi saya guru Tuli dengan keterbatasan komunikasi dan keberagaman murid ABK disabilitas intelektual, autis, dan ADHD di kelas saya.

Mengatasi kendala pembelajaran IPS membuat saya merasa perlu evaluasi ulang, “Bagian apa yang kurang ya?” Saya belajar lagi dan melakukan riset strategi pembelajaran inklusif dan kurikulum yang dipilih. Ternyata, sebelumnya saya menggunakan kurikulum tersebut untuk murid ABK merujuk standar sekolah umum. Temuan ini membuat saya menyadari kekurangan dalam kegiatan pembelajaran IPS yang telah dilakukan, sehingga pembelajaran tersebut kurang bermakna.

Berdasarkan hasil riset yang telah saya lakukan, maka saya harus out of box keluar dari zona nyaman dan memulai assesmen diagnostik pada keberagaman murid ABK. Saya membuat profil dan menentukkan kebutuhan belajar murid ABK dari hasil assesmen diagnostik. Hasilnya, kelas saya memiliki murid ABK dengan jenis disabilitas, karakteristik, kemampuan belajar, dan latar belakang bervariasi.

Saya memodifikasi Kurikulum yang mencakup tujuan pembelajaran, konten materi, proses, evaluasi dan alokasi waktu sesuai profil dan kebutuhan belajar murid ABK yang bervariasi. Setelah itu, saya menentukan strategi pembelajaran individu ABK dan memilih model pembelajaran diferensiasi dari hasil modifikasi kurikulum.

Saya mengelompokkan murid ABK sesuai karakteristik belajar high, middle atau low, mengingat keberagaman ABK ada disabilitas intelektual, autis, dan ADHD. Sebelum memulai kegiatan belajar, saya memberi motivasi ice breaking dan gambaran materi dengan tanya-jawab menggunakan media gambar. Murid ABK tampak bersemangat dan minat untuk belajar terlihat.

Saya memilih topik pembelajaran IPS tentang  jenis musim dan dampaknya di Indonesia. Isi konten dan evaluasi materi IPS dibuat sederhana dan berbentuk visual, namun bermakna. Strategi pembelajaran disesuaikan kebutuhan belajar murid ABK individu bervariasi, ditambah status saya guru Tuli.

Proses memahami atau menunjukkan isi topik konten untuk murid ABK autis, ADHD, dan disabilitas intelektual ringan dan sedang, saya menggunakan video audio-visual dari youtube dan praktik tanya-jawab lisan dan visual. Sedangkan murid ABK disabilitas intelektual berat, saya menggunakan gambar dan media peraga montessori dan praktik tanya-jawab non-verbal dan visual.  

Evaluasi dan refleksi pembelajaran IPS pada murid ABK dibuat bervariasi, untuk karakteristik belajar high saya membuat tugas proyek gambar bercerita di depan kelas, dan murid ABK bebas memilih jenis musim yang mana mau diceritakan. Saya menguji sejauh mana pengetahuan dan keterampilan murid ABK berkaitan sehari-hari dengan bertanya dan demonstrasi; “Jika hujan, kamu harus apain ?” Dia menjawab dengan sumringah seolah-olah tahu jawaban, “Pakai hujan, bu. Ini caranya!” Murid ABK memperagakan cara mengatasi dampak musim hujan dalam aktivitas sehari-hari.

Untuk karakteristik belajar middle, saya menugasi murid ABK mengorganisasikan perbedaan jenis musim dan dampaknya menggunakan media pembelajaran mind mapping visual yang kubuat sendiri. Kemudian, saya bertanya lisan dan menunjukkan kartu bergambar matahari “Tunjukkan yang mana musim kemarau ada matahari ?” Murid ABK tersebut merespon dengan tangannya menunjukkan gambar matahari di media mind mapping.

Untuk karakteristik belajar low, saya menugasi murid ABK menebalkan bentuk dan mewarnai gambar karakter musim hujan atau musim kemarau. Murid ABK tersebut juga dapat memilih gambar karakter dari 2 jenis musim dan media warna bebas. Refleksi umpan balik dari murid ABK tersebut saya lakukan dengan observasi dan menunjukkan hasil proses pembelajaran.

Alokasi waktu belajar saya sesuaikan dengan karakteristik jenis disabilitas. Durasi belajar murid ABK disabilitas intelektual dan ADHD disamakan, bisa 30 menit atau 1 jam. Durasi tiap belajar murid ABK autis sekitar 15-30 menit mengingat ketidakmampuan mengontrol perilaku diri, kadang meltdown. Proses pembelajaran IPS saya lakukan berulang secara bertahap-tahap tiap minggu sampai murid ABK benar-benar memahami dan mampu memberdayakan konten materi IPS.   

Modifikasi kurikulum dan diferensiasi pembelajaran , dua perubahan membawa saya ke arah baru. Saya merefleksikan diri sebagai pendidik Tuli, pendidik itu sebaiknya berpikiran terbuka out of box, mandiri mencari cara, dan refleksi. Kurikulum dan pembelajaran pada murid ABK tidak harus merujuk standar umum dan tidak bisa dipukul sama rata dengan sekolah umum.

Saya menyadari konsep pembelajaran baik itu berpihak pada murid dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar murid ABK secara inklusif. Dengan modifikasi Kurikulum dan diferensiasi pembelajaran, saya menemukan perubahan dalam kegiatan pembelajaran. Keberagaman murid ABK yang kebutuhan belajar individu bervariasi mampu menyelesaikan tugas tanpa drama, efektif dan berjalan lancar.

Dampak yang dirasakan murid ABK pada proses pembelajaran di kelas, sehingga dapat berkelanjutan aksi pembelajaran bermakna ke depannya di kelas saya. Murid ABK lebih menyukai cara belajar sesuai minat dan kemampuan individu yang bervariasi, salah satu murid ABK disabilitas intelektual sering meminta kepada saya, “Bu, aku minta dibuatin gambar  musim kemarau ada matahari.” Murid ABK ini sudah memahami ciri-ciri musim kemarau berkat cara belajar sesuai minatnya, yaitu media visual dan kegiatan mewarnai gambar. Ada juga murid ABK autis dan ADHD nyaman memakai cara belajar sesuai kemampuan belajarnya.

Dalam proses pembelajaran, murid ABK autis terlihat menikmati saat menyelesaikan tugas di kelas, ia pun berbicara sendiri, “Ini musim hujan basah, ini musim kemarau panas dan kering.” Ada murid ABK disabilitas intelektual sedang berkata tanpa ditanya, “Ibu, aku tahu itu musim hujan, itu banjir karena hujan.”  Bahkan, ia mampu mandiri bercerita pengalaman nyata sendiri berkaitan musim hujan. Murid ABK senang, saya sebagai gurunya ikut senang.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top