Ujian akhir semester genap memang sudah berakhir, tetapi kegiatan belajar mengajar tetap berlangsung meskipun durasi diperpendek hanya sekitar 1,5-2 jam setiap harinya. Semua lokal kelas yang tersedia digunakan untuk kelas 1-5. Khusus kelas 6 karena kelas dipakai bergantian untuk adik kelas mulai dari pelaksanaan UAS, maka kegiatan belajar mereka dilakukan dirumah sampai waktu pengumuman kelulusan tiba. Pembelajaran tatap muka yang sudah 100% di daerah kami menjadi angin segar bagi sekolah untuk bisa melakukan pembelajaran secara langsung. Setelah sebelumnya pembelajaran selama kurang lebih 2 tahun dilakukan secara daring. Sambil menunggu pembagian raport yang kurang lebih selama 2 minggu, mereka tetap datang ke sekolah seperti biasa. Hanya saja intensitas kedatangan mereka semakin menurun setiap harinya dikarenakan kegiatan di sekolah yang menurut mereka kurang menarik, disekolah tidak ada kegiatan dan alasan lainnya. Setiap hari hanya sekitar kurang lebih 75% kehadiran dari keseluruhan murid. Saya sebagai guru sangat menginginkan mereka tetap bersemangat datang ke sekolah, bukan karena terpaksa tapi dari kewajiban yang datang dari diri mereka sendiri.
Memang tidak dipungkiri bahwa setelah UAS kegiatan guru untuk mengolah nilai selama satu semester membutuhkan tenaga yang lebih. Ditambah pembuatan raport tidak hanya raport manual melainkan ada e-raport juga. Aplikasi ini membuat kerja guru semakin bertambah, bukan hanya dari menentukan KD, input data kompetensi, perencanaan KD, penginputan nilai per KD, import nilai, menganalisis hasil ulangan, namun juga berjuang dengan sinyal yang naik turun dalam pengerjaannya. Transformasi pendidikan menuju era digital memang mempermudah semuanya hanya saja disetiap kemudahan selalu ada hambatan yang menyertainya. Tinggal bagaimana menyikapinya.
Saat ini, penggunaan e-raport disekolah kami sudah berjalan di tahun kedua meskipun baru 2 tingkatan kelas yang menggunakannya. Di tahun berikutnya menyusul kelas-kelas yang lain sampai akhirnya semua kelas menggunakan e-raport. Selain itu, kendala lain adalah kurangnya kreatifitas mengemas kegiatan yang kami lakukan untuk murid. Kegiatan belajar masih terkesan monoton bagi mereka.
Seakan pikiran ini buntu untuk memunculkan ide yang bisa digunakan karena terbagi dengan banyaknya tagihan dan kewajiban yang harus kami penuhi semuanya dalam waktu bersamaan.
Kolaborasi antar guru mapel dalam hal ini PAI dan PJOK yang tidak berjibaku dengan pengolahan nilai kelas kami lakukan untuk mengemas kegiatan yang menarik bagi murid. Cerdas cermat lah yang kami lakukan. Materi yang di lombakan adalah tentang GPBLHS ( Gerakan Peduli Budaya Lingkungan Hidup Sehat). Materi yang akrab dengan keseharian mereka. Mengapa mengangkat tema ini, karena juga sebagai kegiatan yang mengisi program Adiwiyata. Saat ini sekolah kami sedang berjuang menuju Adiwiyata Nasional setelah sebelumnya pembelajaran terhenti karena covid-19. Kegiatan ini dilakukan di hari sabtu tepat setelah pelaksanaan senam bersama.
Bermodal 3 ampop soal yaitu untuk babak awal, penyisihan dan final. Soal dibuat oleh semua guru mapel. Cerdas cermat dilakukan di lapangan sekolah membentuk huruf U sehingga semua siswa baik yang di lapangan atau di kelas bagian atas bisa menyaksikan semuanya. Karena ini perdana kami lakukan, sebagai percobaan hanya kelas 3 terlebih dahulu yang di uji coba. Pelaksanaan ini menjadi refleksi kami jika akan mengadakan di kemudian hari dengan level kelas yang berbeda. Ada 3 regu yang masing-masing regu terdiri atas 3 orang, satu sebagai jubir (juru bicara) sedangkan yang lain pendamping sebelah kiri dan kanan.
Sebelum pelaksanaan, wali kelas diminta memilih perwakilan yang akan bertanding. Tentu saja dengan beberapa kriteria seperti berani, berwawasan luas serta luwes dengan siapapun teman yang akan menjadi partnernya. Setiap regu diminta memperkenalkan diri terlebih dahulu sebelum bertanding. Tak lupa sportifitas dijunjung tinggi saat pelaksanaan. Riuh supporter menyemangati para regu yang bertanding menambah seru dan hangatnya suasana di pagi yang cerah. Jika ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh 3 regu tersebut maka pertanyaan dialihkan juri kepada penonton untuk menjawabnya. Tak disangka, ternyata semua menjadi bersemangat. Bukan hanya peserta namun juga penonton di lapangan. Meskipun hanya sebentar sekitar 1 jam pelaksanaan, raut gembira terpancar dari wajah murid semua.
Dari kegiatan ini ada banyak hikmah yang bisa kami dapatkan. Kerjasama antar guru terjalin akrab demi berlangsungnya acara. Mereka berkoordinasi selama pembuatan soal. Murid belajar berani tampil di hadapan teman-temannya. Berkomunikasi dengan regu sendiri untuk menentukan jawaban yang benar dan mempertanggungjawabkan kepada dewan juri. Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa menjadi bertambah dengan cara ini. Kegiatan belajar tidak melulu di dalam ruangan, bahkan ketika di luar ruangan pun tetap seru dan memberi kesan tersendiri bagi semua siswa. Kreatifitas guru dalam mengemas pembelajaran sangat penting dilakukan. Memvariasikan kegiatan supaya tidak bosan menjadi poin penting yang patut diperhatikan. Ide kreatif bisa muncul kapan saja, segera menindaklanjutinya atau kalau tidak hilang begitu saja. Hal yang sederhana tapi tetap bisa memberi dampak positif bagi murid. Asal mau mencoba dan berusaha dan memasrahkan keberhasilan proses pada Tuhan.