Cerita Guru Belajar (CGB) mengadakan kelas penyuntingan untuk guru pada Rabu (22/06/2022) secara daring. Pelatihan ini merupakan bagian “Seri Belajar Guru Berkarier” yang rutin digelar. Achmad Santoso, penulis buku sekaligus editor Jawa Pos, hadir sebagai narasumber.
Achmad menyampaikan beberapa hal yang harus dikuasai oleh seorang penyunting. Salah satunya adalah mengetahui ejaan baku. Banyak orang masih sering menggunakan ejaan tidak baku seperti ‘itikad’ yang seharusnya ‘iktikad’ dan ‘hempas’ alih-alih “empas”.
Sembari membiasakan diri menggunakan kata baku, penyunting juga harus memperkaya diksi. Pasalnya, penggunaan diksi yang serupa belum tentu memiliki makna yang sama. Sebagai contoh, kata ‘kediaman’ untuk presiden lebih tepat dibandingkan ‘rumah’.
Achmad membagikan daftar ejaan yang masih sering salah digunakan. Seperti bagaimana penggunaan kata yang terpisah, kata yang dirangkai jadi satu, kata berulang, dan partikel pun.
Penyunting, kata Achmad, harus bisa membuat kalimat efektif. “Maju itu sudah pasti ke depan, mundur ya ke belakang. Tidak perlu dijelaskan. Hadirin sudah jamak, tidak perlu ditambah ‘para’. Ini masih sering saya temukan,” ungkapnya.
Selain itu, penyunting harus peka terhadap kalimat yang tidak logis. Achmad memberi contoh kalimat ‘Yang bawa HP harap dimatikan’. Kalimat tersebut sebenarnya bukan bermakna ‘HP harap dimatikan’, melainkan ‘orang yang membawa HP yang dimatikan’.
Pada kelas ini, Achmad juga memberi kesempatan pada peserta mengirimkan tulisan yang akan disunting secara langsung. Saat melakukan penyuntingan tulisan tersebut, Ia berpesan agar tidak menggunakan kata yang sama terus berulang pada satu paragraf.
Demikian pula untuk judul, Ia mengingatkan agar tidak menggunakan satu kata lebih dari sekali, seperti “Memahami Cara Belajar Anak Melalui Metode Belajar yang Tepat”. Selain pemborosan kata, judul tersebut kurang menarik karena kurang spesifik. Judul tersebut Ia ganti dengan “One Day One Vocabulary, Metode Belajar Tepat bagi Anak”.
Penyunting seringkali bertugas untuk memilih tulisan yang menarik dengan tujuan publikasi. Achmad mengungkapkan, biasanya Ia memilih tulisan dengan ide yang menarik. Selain itu juga tulisan yang rapi, seperti tidak ada typo dan penulisan nama yang akurat.
Dihubungi terpisah, Adelina Anggraini selaku ketua CGB, menuturkan, kelas pelatihan seperti ini diharapkan akan menghasilkan guru penyunting yang aktif berperan bagi dunia literasi.
CGB menerbitkan buku satu tahun sekali dan majalah praktik baik, Surat Kabar Guru Belajar, enam kali dalam setahun. Guru penyunting bisa memulai karier dengan menjadi penyunting untuk cetakan ini.
“Kami berkomitmen untuk terus membersamai guru mengembangkan karier proteannya. Harapannya akan semakin banyak guru yang menjadi guru penyunting, guru penulis, guru desain grafis, dan lainnya sesuai dengan minat mereka,” jelas Adelina Anggraini, ketua CGB.