Cara Menerapkan Pembelajaran Berbasis Proyek Sesuai Dengan Mata Pelajaran

Koordinator Pengembangan Program Yayasan Guru Belajar, Ilona Christina Kakerissa, menjadi salah satu narasumber pembekalan Kampus Mengajar angkatan ketiga pada Senin (21/02/2022). Kampus Mengajar merupakan program Kemendikbud dan Ristek yang melibatkan mahasiswa untuk membantu menyelesaikan permasalahan pembelajaran di sekolah akibat pandemi.

Pada kesempatan tersebut, Ilona mengungkapkan masih banyak guru yang mengalami miskonsepsi terhadap project-based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis proyek.

Ilona menjelaskan, ada perbedaan sangat mendasar antara PBL dengan hanya  mengerjakan proyek. Menurutnya, mengerjakan proyek seringkali hanya mementingkan produk akhir, diseragamkan untuk semua murid, tidak relevan dengan lingkungan nyata murid dan dilaksanakan berdasarkan instruksi guru.

“Misalnya, guru meminta murid mengamati keadaan sekitar rumahnya yang banyak sampah. Kemudian guru meminta murid membuat poster agar orang tidak membuang sampah sembarangan. Ini bukan proses PBL,” terangnya.

PBL seharusnya digerakkan oleh student’s inquiry yang mana murid memang harus aktif dalam setiap prosesnya. PBL berkaitan dengan masalah yang nyata berada di lingkungan murid. Hal tersebut seringkali dilewatkan oleh guru, bahkan oleh banyak pembicara yang memandu PBL. 

“Ada tujuan besar yang mau dicapai dari PBL yaitu untuk pengembangan karakter dan keterampilan sebagaimana yang dicita-citakan di dalam profil pelajar Pancasila.Di dalam PBL, murid merekonstruksi sendiri penemuannya akan suatu pengetahuan, keterampilan yang dia dapatkan selama proses PBL,” jelas Ilona.

Sedangkan mengerjakan proyek bertujuan hanya untuk mengaplikasikan materi yang sudah diajarkan sebelumnya. “Seperti kolaborasi Fisika dan Matematika, guru mengajak murid membuat roket dari botol yang bisa diterbangkan. Sangat asik, ya. Tapi kemudian ketika murid kembali ke masyarakat, akan bertanya, untuk apa saya tadi menerbangkan roket? Relevansinya dengan kehidupan saya bagaimana?,” tukas Ilona. 

Bagaimana Menerapkan Project-Based Learning yang Benar?

Ilona kemudian menjelaskan empat langkah yang tidak boleh dilewatkan guru saat melaksanakan PBL. Pertama, mendorong murid untuk mengobservasi lingkungan sekitar dan mendefinisikan masalah. Biasanya akan muncul pertanyaan-pertanyaan sebelum akhirnya mereka dapat menemukan masalah yang ada.

“Pada tahap pertama ini saja, sudah ada pelajaran penting untuk murid yaitu belajar untuk peka terhadap lingkungan sekitar. Kemampuan observasi dan mengajukan pertanyaan itu tentu bukan hal yang mudah kalau tidak dibiasakan,” jelas Ilona.

Selanjutnya yakni tahapan menghasilkan ide. Di tahap ini biarkan murid saling bertukar pikiran dengan teman-temannya mengenai apa yang mereka dapatkan setelah observasi.

Ilona menjelaskan, pada fase ini seringkali guru tidak mengapresiasi ide yang dihasilkan oleh murid. “Selalu apresiasi ide murid, segila apa pun, entah baik maupun buruk. Sebab kreativitas dan kemampuan bernalar murid muncul dan berkembang dari proses ini.”

Fase berikutnya, yaitu perancangan prototipe solusi. Murid dapat berkreasi untuk menentukan pilihan solusi terhadap permasalahan yang mereka temukan. Pilihan solusi dapat disesuaikan dengan minat dan bakat mereka. Intinya dalam setiap proses, biarkan suara dan pilihan murid yang bekerja. 

Lalu tahapan terakhir yakni uji coba. Ilona merekomendasikan agar pengujian dilaksanakan tidak hanya dengan rekayasa, tetapi diuji coba secara langsung. Seperti yang ditunjukkan dalam video yang sempat ia putarkan sebelumnya.

“Tidak menutup kemungkinan seperti yang ada di video tadi. Pada penerapan uji coba, guru mengundang pejabat kota untuk mendengarkan masukan dari anak kelas 2 SD terhadap permasalahan yang ada di taman kota,” tukasnya.

Pada akhir acara, Ilona menyatakan harapan, mahasiswa peserta Kampus Mengajar dapat membantu menyelesaikan miskonsepsi yang ada di berbagai sekolah terkait PBL. Pasalnya, PBL yang benar dapat membantu murid menumbuhkan ribuan keterampilan, karakter.

“PBL merayakan proses, bukan hasil akhir. Proses dalam PBL membantu guru mempersiapkan murid untuk siap hidup ketika kembali ke masyarakat. Bukan belajar hanya untuk menyelesaikan materi dan mendapat nilai 100 di atas kertas saja,” pungkas Ilona. (YMH)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top