Cara Melakukan Asesmen Awal Pembelajaran Untuk Implementasi Kurikulum Merdeka

Guru perlu melakukan asesmen awal pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). Lantas bagaimana cara melakukannya?

Berikut penyampaian Bukik Setiawan, ketua Yayasan Guru Belajar, saat menjadi narasumber webinar “Belajar Kurikulum Merdeka: Asesmen Awal Pembelajaran untuk Murid Merdeka Belajar” yang diadakan oleh Platform Merdeka Mengajar Kemendikbudristek pada Rabu (13/7/2022).

Mengapa Asesmen Awal Pembelajaran Perlu Dilakukan?

Asesmen awal pembelajaran atau biasa disebut asesmen diagnosis merupakan cara guru untuk mengetahui kebutuhan setiap murid. Pada dasarnya, semua profesi melakukan asesmen diagnosis sebelum memberikan pelayanan terhadap konsumen atau klien.

Sebagai contoh, seorang pemilik warung makan yang akan menanyakan menu apa yang ingin dipesan oleh konsumen. Contoh lain, tukang cukur rambut akan mendengarkan permintaan model potongan rambut ke pelanggannya. Ada juga seorang dokter yang akan bertanya keluhan pasien sebelum memberikan penanganan.

“Bayangkan kalau di warung makan, di tukang cukur rambut, atau di dokter, kita tidak ditanya terlebih dahulu. Tiba-tiba pelayan makanan langsung menyajikan makanan, tukang cukur rambut langsung memotong, dan dokter langsung memberikan pengobatan tanpa mendengar keluhan?,” kata Bukik.

“Kalau di tempat makan, mungkin reaksi kita kaget. Tapi kalau potong rambut atau bahkan sudah urusan kesehatan, reaksi kita marah. Semakin besar resikonya, marahnya semakin besar,” lanjutnya.

Pertanyaan itu, terang Bukik, adalah perumpamaan dalam dunia pendidikan. Selama ini, seorang murid datang ke sekolah untuk belajar. Guru langsung memberi ceramah, padahal murid belum ditanya apa minatnya, apa yang ingin dipelajarinya, dan sebagainya.

“Kalau di profesi lain saja melakukannya, sudah sewajarnya kita juga melakukan hal yang sama. Jangan sampai ketinggalan dengan profesi lain,” tegas Bukik.

Bagaimana Cara Melakukan Asesmen Awal Pembelajaran?

Asesmen awal pembelajaran setidaknya dilakukan pada awal semester. Namun akan lebih baik apabila juga dilakukan pada setiap awal pertemuan kelas dengan asesmen yang lebih sederhana. Hal terpenting adalah hasil asesmen ini tidak boleh digunakan untuk menentukan nilai akhir, kata Bukik.

Asesmen Kognitif

Ada dua jenis asesmen awal pembelajaran, yakni kognitif dan non kognitif. Asesmen awal pembelajaran kognitif dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kompetensi murid terhadap materi pembelajaran. Dilakukan dengan memberikan soal pertanyaan dari materi sebelum dan sesudah jenjangnya.

“Kenapa sih ini penting? Karena kalau murid belum menguasai kompetensi sebelumnya lalu dipaksa belajar yang selanjutnya, murid akan mengalami learning loss, tergagap-gagap saat menerima pembelajaran. Tidak hanya murid yang kesulitan, gurunya juga akan mengalami kesulitan. Jadi asesmen diagnosis ini untuk menghindari murid yang kompetensi prasyaratnya belum tercapai tapi dituntut belajar materi selanjutnya,” terang Bukik.

Selain itu, guru juga dapat mengetahui segera murid mana saja yang kompetensinya sudah melampaui jenjangnya. Apabila murid ini diberi pembelajaran yang sama dengan yang lain, mereka akan bosan. Dengan perbedaan hasil asesmen, guru akan dengan mudah mengatur pembelajaran yang sesuai untuk setiap murid.

Asesmen Non Kognitif

Sedangkan asesmen non kognitif dilakukan dengan memberikan setidaknya tiga pertanyaan, yakni hobi murid, pekerjaan orang tua, dan cara belajar. Dengan mengetahui minat murid, guru dapat menghubungkannya Capaian Pembelajaran (CP) dan Tujuan Pembelajaran (TP). Namun guru tentu dapat memodifikasi sesuai dengan kebutuhan.

“Kalau pekerjaan orang tua, perlu ditanyakan karena itu adalah dunia mereka, terutama untuk sekolah dasar dan dini. Misalnya anak petani, ya dunianya itu, sawah, padi, dan sebagainya,” terang Bukik.

Cara belajar mengarah pada bagaimana kebiasaan murid belajar. Sebagai contoh, murid ada yang suka belajar pagi hari, sore hari, atau malam hari. Ada murid yang lebih suka belajar secara individu atau kelompok. Dengan mengetahui jawaban dari pertanyaan asesmen non kognitif ini, terang Bukik, guru akan semakin mudah membuat strategi pembelajaran.

Yuk Terapkan Asesmen Awal Pembelajaran untuk Murid Merdeka Belajar

Masih bingung cara menerapkan asesmen awal pembelajaran? Follow Instagram @kampusgurucikal untuk belajar lebih lanjut.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top