Bukan Guru Biasa

Menjadi guru itu pekerjaannya hanya mengajar, selesai itu sudah. Hmm.. Saya tidak sepakat dengan pernyataan ini. Menurut saya, guru adalah pondasi dasar dalam pembangunan sektor pendidikan.

Halo, nama saya Li’lli Nur Indah Sari, panggil saja Lilik. Saya adalah guru di salah satu sekolah swasta di Kabupaten Tangerang. Jauh sebelum memutuskan berkarier sebagai guru, saya memiliki mimpi untuk berperan besar dalam pembangunan pendidikan di Indonesia. Mimpi ini membuat saya selalu berpikir bagaimana caranya? Sementara kondisi pendidikan di Indonesia saja masih jauh dari kata ideal. Saya ini siapa? Hanya anak kecil yang bermimpi membangun di sektor pendidikan. Ya, saya bermimpi memiliki peran yang besar di pembangunan sektor pendidikan sejak saya duduk di bangku SMP.

Dalam perjalanan menggapai karier, saya mengalami dinamika anak muda pada umumnya. Saya galau menentukan karier dan memilih jalan untuk mencapainya. Benar saja, saya bahkan salah masuk perguruan tinggi yang jauh dari minat. Saya berpikir untuk mengurungkan niat mencapai mimpi. Cukuplah bekerja, mendapatkan gaji, selesai. Untuk apa repot memikirkan negara dengan berbagai masalahnya, menambah beban pikiran saja. Namun hati selalu menolak, saya ingin berperan lebih.

Suatu hari, saya mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Komunitas Guru Belajar (KGB). Saya bertemu dengan Pak Rizqy Rahmat Hani yang bercerita tentang menerapkan pembelajaran bermakna di kelas bahasa Indonesia. Saya setuju dengan setiap kalimat dan praktik baik yang beliau ceritakan. Setelahnya, saya bertanya lebih jauh tentang KGB dan program-programnya. Perkenalan saya dengan KGB adalah pembuka peluang karier yang saya miliki sekarang. Sejak saat itulah saya bertemu dengan lebih banyak teman seperjalanan untuk mewujudkan mimpi, berperan lebih untuk pembangunan pendidikan di Indonesia. 

Januari 2019 adalah bulan yang selalu saya ingat. Pada bulan itu, pertama kalinya saya dimasukkan ke grup KGB Pekalongan, bertepatan dengan undangan menulis Surat Kabar Guru Belajar (SKGB) ke 19 tentang miskonsepsi literasi. Sebuah tema yang cukup memantik saya untuk turut berpartisipasi menulis. Saya beranikan diri menuliskan keresahan tentang penerapan literasi yang kurang berdampak. Literasi dimaknai hanya sekadar banyaknya membaca namun tidak benar-benar dipahami makna dan tujuannya untuk apa. Sebulan berlalu, ternyata tulisan saya dinyatakan lolos dan terbit di Surat Kabar Guru Belajar (SKGB). 

“Wah ternyata saya bisa menulis,” gumam saya.

Keberhasilan pertama memantik saya untuk mencoba lebih banyak kesempatan berkarier yang ada. Berbagai macam kelas belajar yang pernah saya ikuti, seperti kelas komunikasi visual, kelas edutek, kelas bermain dan belajar membuat game based learning.

Mengikuti beberapa kelas di KGB membuat saya bisa bertemu dan mengenal Pak Bukik. Dalam suatu diskusi, saya ingat ada kalimat Pak Bukik yang mengatakan bahwa kemenangan adalah pertemuan antara kesiapan dan kesempatan. Kita tidak pernah tahu kapan kesempatan akan datang kepada kita, satu hal yang bisa kita lakukan adalah terus menyiapkan diri. Jika suatu saat kesempatan itu datang, kita siap untuk menerimanya dengan baik. Saya semakin termotivasi belajar dan semangat menyiapkan diri menyambut berbagai kemungkinan kesempatan. Ditambah dengan prinsip saya untuk selalu menempatkan setiap proses belajar sebagai hal besar, sehingga tidak pernah meremehkan kesempatan kecil yang datang. Semua kesempatan belajar adalah hal besar, saya mengikutinya dengan sungguh-sungguh. Tentunya dengan tujuan yang kuat, ketika saya berhasil menguasai suatu keahlian akan bisa mengambil peran besar untuk pembangunan pendidikan di Indonesia.

Suatu hari ada pengumuman bahwa Kampus Guru Cikal membuka kesempatan berkarier menjadi pelatih untuk seluruh guru yang tergabung di Komunitas Guru Belajar (KGB). Saya memberanikan diri untuk mendaftar dan dinyatakan lolos. Memilih mengerucutkan karier menjadi pelatih bukan hal mudah buat saya. Ada banyak kemampuan inti dan penunjang yang harus saya pelajari untuk menjadi pelatih profesional. Saya adalah orang yang tidak berani berbicara di depan orang banyak. Butuh beberapam jam untuk belajar sampai saya berani berbicara. Begitupun dengan penguasaan materi yang akan disampaikan. Saya membutuhkan lebih banyak belajar dan praktik untuk bisa menyampaikan materi dengan baik.

Beruntung saya berada di lingkungan manajemen karier yang mendukung untuk belajar dan berkembang. Satu persatu tawaran menjadi pembicara berdatangan. Saya beranikan diri menaiki tangga pertama. Sulit sekali rasanya. Saya sering lupa harus berkata apa setelah salam diucapkan. Yang terasa adalah keringat dingin di sekujur tubuh. Terus berlatih adalah kunci. Ya, saya bisa sampai di titik ini karena konsisten berlatih dan selalu merefleksikan prosesnya. Saya selalu memikirkan perbaikan apa yang harus dilakukan untuk setiap kekurangan yang  dilakukan dan meningkatkan kualitas dari yang sudah baik.

Berhasil membawakan satu sesi, kesempatan mengisi sesi lain berdatangan kepada saya. Apa yang berhasil saya refleksikan adalah bekal untuk membawakan sesi dengan lebih baik kedepannya. Prinsip bahwa setiap momen adalah kesempatan belajar harus terus dipegang, jangan terbuai dengan apa pencapaian sementara. Ingatlah bahwa setiap pencapaian karier adalah media untuk berperan lebih besar dalam pembangunan di sektor pendidikan.

Saya sangat mencintai karier sebagai pelatih. Dalam berkarier menjadi pelatih, banyak keahlian yang berkembang dalam diri saya. Saya bukan lagi Lilik yang takut untuk berbicara. Kini saya berani berbicara dan menyampaikan gagasan di depan orang banyak. Saya juga belajar berkomunikasi secara efektif, yaitu menyampaikan materi dengan pendekatan yang sesuai sehingga lebih mudah dipahami oleh peserta yang mengikuti sesi pelatihan. Pelatih adalah media saya untuk belajar, berkembang, dan tentu ini adalah jalan untuk berperan lebih di sektor pendidikan.

Sebagai manusia, terkadang saya juga merasakan kejenuhan saat pekerjaan banyak dan ada tanggung jawab dalam pengembangan karier juga. Saya merefleksikan diri, dulu saya yang berdoa ingin berada di posisi ini. Refleksi adalah kunci yang selalu membantu saya untuk bersyukur dengan apa yang saya miliki dan menjauhkan dari sifat mengeluh karena banyaknya tanggung jawab yang ada. Alhamdulillah untuk semua pencapaian. Satu hal yang menjadi kunci pengembangan karier yaitu pilihlah karier yang sesuai dengan minat. Dengan minat kita akan lebih mudah menumbuhkan potensi-potensi terpendam dalam diri. Kita juga akan lebih semangat untuk mempelajarinya.

Salam sukses, semoga semakin banyak guru berkarier yang memberikan dampak besar dalam pembangunan sektor pendidikan di Indonesia.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top