Berubah Untuk Berbuah

Anak – anak ribut sudah menjadi makanan sehari – hari bagi guru. Namun tentusaja jika setiap kali pembelajaran selalu ribut gak jelas kan itu sebuah masalah dan pastinya menantang emosi. Seringkali karena hal ini pembelajaran berlangsung tidak menyenangkan, sehingga menjadi kaku bahkan kadang materi yang seharusnya disampaikan berganti dengan pepatah – pepatah bagaimana menjadi pribadi yang baik atau siswa yang baik saat pembelajaran berlangsung. Gak jelek sih cuman akhirnya semua rancangan pembelajaran yang telah direncanakan serta tujuan dan pencapaian kompetenssi yang harus dicapai pada pertemuan itu jadi tidak tercapai. Sementara maksud hati ingin memeluk gunung namun apadaya tangan tak sampai, nambah kerjaan kan, nambah waktu pula, mumet, kesel, campur aduk lah pokoknya.

Dan akhirnya saya berfikir untuk membuat sebuah aturan yang harus ditetapkan dan dilaksanakan oleh semua siswa tidak terkecuali. Pada pertemuan berikutnya, sebelum palajaran dimulai saya sampaikan aturan yang sudah saya susun sedemikian rupa termasuk sangsi bagi siapa saja yang tidak mematuhinya. Alhamdulillah untuk beberapa saat sih berjalan dengan baik, namun jika diperhatikan lebih dalam kok ada sesuatu yang janggal gitu, karena suasana terkesan mencekam, anak mau gerak saja seperti ketakutan, mau pinjam pensil saja harus mengangkat tangan ijin dulu, kemudian ketika diminta untuk menjawab saja mereka takut mengeluarkan suara, jiahahaha masalah baru ni muncul, huuuuh tambah gak nyaman.

Setelah selesai pembelajaran hari itu, sepanjang jalan fikiran menerawang jauh memikirkan apa yang salah dalam proses pembelajaran tadi. Otak saya berfikir keras mencari cara dan solusi supaya setiap pembelajaran berlangsung suasana menyenangkan dan santai namun tujuan pembelajaran dan kompetensi dapat tercapai. Sedikit merefleksi dengan aturan – aturan yang ada disekitar kita, contohnya saja tata tertib lalulintas yang sudah jelas undang undangnya bahkan sangsinya pun lumayan berat, taapi masih banyak saja yang melanggar. Dari situ muncul anggapan bahwa yang membuat aturan itu bukan saya, tapi mereka so biar saja mereka yang mematuhi kan mereka yang buat bukan saya. Nah dari hal itu lah terfikir untuk melibatkan siswa dalam membuat aturan atau lebih tepatnya membuat kesepakatan kelas. Deal pertemuan berikutnya harus melibatkan siswa dalam membuat kesepakatan kelas, dengan tujuan jika merekat merasa membuat aturan atau kesepakatan kelas harapannya muncul rasa tanggung jawab terhadap apa yang mereka ucapkan dan disepakati seluruh anggota kelas.

Luar biasa ternyata hasilnya sangat diluar dugaan, dalam pembelajaran terlihat siswa lebih santai, apapun yang dilakukan lebih terarah, apapun bisa menjadi objek belajar, siswa lebih antusias, siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Siswa lebih tertib gurupun senang.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top