Bertahun-Tahun Terpuruk, Smp Prawira Bangkit Setelah Didampingi Kpm

Kampus Pemimpin Merdeka (KPM) memutuskan untuk mulai mendampingi SMP Prawira pada tahun 2021, sekolah yang mengalami jumlah penurunan murid dari tahun ke tahun. Penurunan tersebut salah satunya diakibatkan rendahnya kesadaran orang tua murid akan pentingnya pendidikan.

“Masalah di sini kompleks. Baik anak-anak maupun orang tua merasa sekolah tidak dibutuhkan. Pendaftar sedikit. Yang sudah jadi murid banyak yang sering bolos. Di tengah jalan banyak murid mengundurkan diri dan orang tua meminta mereka menikah muda,” jelas Rizqy Rahmat Hani, ketua KPM.

“Ditambah perjalanan dari rumah ke sekolah cukup menantang. Tidak ada angkutan umum, anak-anak harus jalan kaki di jalanan menanjak, melewati hutan bambu. Perjalanan hampir satu jam,” lanjutnya menjelaskan mengenai sekolah yang terletak di Lembang itu.

Rizqy juga mengungkapkan banyak guru SMP Prawira yang mengambil sampingan mengajar di tempat lain karena statusnya tidak full time. Sehingga pembelajaran seringkali hanya dengan pemberian tugas. Tingkat turnover guru juga sangat tinggi.

Dengan pendampingan selama setahun lebih, sekolah di bawah naungan Yayasan Pendidikan Achmad Prawiradikusumah tersebut akhirnya berubah total. Proses pembelajaran berlangsung merdeka hingga terjadi peningkatan murid pendaftar pada masa tahun ajaran 2022/2023 mencapai 1.5%.

Ade Fajar, guru SMP Prawira, mengungkapkan, KPM membantu menyelesaikan masalah internal maupun eksternal. Permasalahan internal seperti manajemen kepegawaian dibantu agar bisa efektif dan efisien. Guru mendapatkan status full time sehingga bisa fokus mengajar murid di SMP tersebut. Komunikasi sekolah dengan yayasan juga mulai dibangun dengan baik.

Untuk permasalahan eksternal, SMP Prawira didampingi oleh yayasan dan KPM mengadakan sesi-sesi parenting. Sesi tersebut mendorong kesadaran orangtua murid mengenai pentingnya belajar dan sekolah.

“Pembelajaran juga berubah. Banyak mentoring dari KPM yang diterima guru-guru SMP Prawira. Guru saat ini tidak lagi fokus ke pembelajaran yang mengejar ketuntasan materi tapi peningkatan kompetensi,” jelasnya.

Pasca didampingi, guru SMP Prawira mulai berdaya dengan ide-idenya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Misalnya ide pembelajaran dengan berkebun. Ide ini tercetus karena banyak orangtua murid berprofesi sebagai petani perkebunan dan adanya lahan luas milik sekolah yang bisa dimanfaatkan.

“Salah satu yang dikembangkan KPM, bagaimana agar pembelajaran kontekstual. Memberdayakan sumber daya yang ada dan lebih bermanfaat untuk sekitar. Yang menjadi kelebihan kita adalah punya lahan luas dan banyak yang kosong. Kita juga ada guru yang paham kalau tanah di Lembang adalah tanah yang subur dan bisa ditanami apa saja,” jelas Ade.

Dalam pembelajaran berkebun, terang Ade, murid tidak hanya bertugas menanam dan menyiram tanaman. Murid diajak untuk belajar mengamati lebih dalam, seperti mencari permasalahan yang ada di kebun hingga mencari solusinya.

Tidak hanya berkebun, setiap guru SMP Prawira melakukan inovasi dalam pembelajaran. Inovasi tersebut didasari dengan karakteristik murid.

“Sekolah yang bagus tidak hanya dilihat dari bagus tidaknya gedung atau banyaknya fasilitas, tapi bagaimana sekolah bisa memfasilitasi pengembangan potensi murid menjadi kompetensi,” tutur Ade.

Aktivitas SMP Prawira dapat diikuti di akun Instagram @smpprawira.

(YMH)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top