“Awalnya saya mengantuk Bu tapi saat belajar sampai selesai saya jadi bersemangat karena seru”
“Saya senang belajar Bu karena ternyata membuat prakarya itu mudah”
“Saya senang belajar hari ini saat berlomba dengan teman secara kelompok dan senang karena bisa selesai membuat prakarya”
“Saya senang karena bisa menyelesaikan sendiri tugas prakarya saya Bu”
Seperti itulah secara garis besar refleksi pembelajaran dari murid saya setelah melakukan pembelajaran prakarya dengan strategi yang saya gunakan saat itu. Betapa senangnya saya saat pembelajaran, murid bisa antusias, bersemangat, dan senang melakukannya.
Sudah menjadi fitrah setiap anak bahwa mereka suka bermain, tidak terkecuali anak usia Sekolah Menengah Pertama. Apabila kegiatan belajar dikemas sedemikian rupa sehingga seolah-olah seperti sebuah permainan yang menyenangkan, Insyaa Allah anak-anak akan menikmati proses belajar mereka. Apabila proses belajar itu mereka nikmati, maka akan mudah menyerap ilmu dan hikmah pelajaran. Proses belajar yang menyenangkan seperti inilah yang menjadi PR besar bagi saya saat akan mengajar.
Saya adalah guru di sebuah SMP yang mengajarkan 2 mata pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang saya ajarkan adalah prakarya untuk mencukupkan jumlah jam wajib guru bersertifikasi. Beberapa tantangan di dalam mengajarkan mata pelajaran ini adalah saya tidak memiliki basic pada pelajaran tersebut, belum ada wadah sharing antar guru yang mengajar mata pelajaran ini (MGMP), murid terkendala dengan dana untuk mengerjakan proyek, juga kurangnya semangat, dan tidak sinkronnya waktu mengerjakan di kelas dengan proyek prakarya yang dibuat sehingga tugas dibawa ke rumah namun terkadang bukan dikerjakan oleh murid tersebut, namun dikerjakan oleh orang tuanya sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Praktik baik yang akan saya bagikan disini adalah saat mengajarkan proyek kerajinan bahan campuran. Saya mencoba melakukan salah satu strategi pembelajaran dengan menggunakan alat dan bahan yang murah namun menyenangkan dengan mengajak mereka bermain angka nol dan secara kelompok berkompetisi menggambar setelah itu mengerjakan proyek gantungan kunci sederhana secara individu dari gambar angka nol tersebut.
Di awal pembelajaran, saya menanyakan kabar, kemudian bersama murid mereview materi pembelajaran, setelah itu saya membagi kelompok kemudian melakukan ice break. Namun sebelumnya saya menjelaskan tata cara icebreaker yaitu menggambar sesuatu dimulai dari angka nol secara bergantian. Setiap anggota kelompok masing-masing menambahkan gambar di papan tulis namun tidak boleh mengangkat/ memindahkan spidol. Begitu seterusnya hingga semua anggota kelompok sudah naik menambahkan gambar dan bersamaan dengan kelompok lainnya berkompetisi dengan kelompok lain.
Setelah itu, murid bersama guru menetapkan tujuan pembelajaran dan menetapkan kesepakatan kelas dalam mengerjakan prakarya gantungan kunci sederhana yang menggunakan 2 bahan campuran. Gambar yang telah diselesaikan oleh masing-masing kelompok, dapat digunakan sebagai gambar utama pada prakarya yang dibuat, tetapi ternyata banyak ide gambar dari murid yang lain. Kemudian masing-masing karya gambar di press menggunakan plastik laminating yang dipanaskan oleh setrika.
Selama proses pembelajaran, murid benar-benar antusias, dan bersemangat serta bersungguh-sungguh mengerjakan proyek mereka. Bahkan ada yang di awal pembelajaran mengantuk tapi juga ikut semangat dan tidak mengantuk lagi selama berlangsung pembelajaran.
Ternyata dari nol, bisa menjadi produk gantungan kunci siput, tikus, ikan, serta gambar kreatif dari kelompok. Semua murid senang dan percaya diri karena berhasil membuat suatu karya. Sehingga tujuan dari mata pelajaran prakarya untuk mengembangkan pengetahuan keterampilan dan sikap percaya diri pada murid melalui produk yang dihasilkan oleh murid sendiri telah tercapai.