Saya adalah guru matematika di MTs Negeri 28 yang beralamat di Jl. Rawakuning No. 32 Pulogebang Cakung Jakarta Timur. Saya mengajar di kelas 8.2 dengan jumlah siswa 32 orang. Walaupun salah satu misi sekolah ini adalah madrasah berbasis digital, akan tetapi keterbatasan dalam kepemilikan laptop ataupun ponsel masih menjadi kendala dalam proses pembelajaran.
Awalnya saya mengalami masalah dengan rendahnya hasil belajar murid. Berbagai rumus dan contoh soal yang saya berikan tidak pernah bertahan lama dalam ingatan mereka. Murid mengetahui tentang konsep luas dan keliling lingkaran, tetapi mereka tidak mampu menerapkannya dalam pemecahan masalah. Proses pembelajaran hanya sebatas mengikuti instruksi dan prosedur yang saya berikan, tanpa adanya kreativitas dalam mencari alternatif solusi maupun inovasi dalam penyelesaian masalah. Pembelajaran terkesan kaku, monoton, dan terpusat pada guru sebagai sumber informasi.
Lalu, saya coba untuk menstimulus murid tentang konsep lingkaran melalui berbagai bentuk gambar lingkaran baik nyata maupun dalam tayangan video. Saya meminta murid untuk mengeksplor informasi apa saja yang dapat dikembangkan dari gambar-gambar lingkaran tersebut. Akan tetapi, tidak banyak murid yang meresponnya dan kelas pun masih terasa sepi. Murid lebih memilih diam untuk mendengarkan penjelasan guru. Sesekali terdengar suara bisikan “kapan sih jam istirahatnya?”. Hal ini menjadi indikasi bahwa pembelajaran yang saya laksanakan tidak bermakna bagi murid.
Keesokan harinya, saya coba berikan pertanyaan pemantik tentang apa yang murid ketahui tentang lingkaran dan objek apakah yang mengandung unsur lingkaran. Satu persatu murid pun mulai angkat bicara, walaupun terkadang apa yang dikatakannya tidak logis. Saya yakin dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk berbicara akan mendorong semangat belajar dan rasa ingin tahunya. Selanjutnya, saya meminta murid untuk menuliskan apa yang dikatakannya menjadi sebuah rancangan bangunan atau desain tata letak kota. Saya juga menekankan penggunaan ukuran ril dan logis untuk menerapkan pembelajaran kontekstual. Selama proses pembelajaran, setiap murid berupaya untuk mengembangkan kreativitas dalam penerapan konsep lingkaran. Rancangan yang dibuat bisa saja hasil adopsi dari gambar atau bentuk yang diambil dari sebuah situs internet. Akan tetapi, dengan memberikan kebebasan murid dalam berkreasi membuat mereka terlibat dalam pembelajaran. Murid pun berinovasi untuk mengembangkan objek yang ada untuk membuat objek baru yang mungkin ada di masa depan. Selama proses pembelajaran, guru melakukan penilaian terhadap proses dan hasil kerja murid, termasuk melakukan penilaian sikap kerjasama dan tanggung jawab. Setelah semua murid selesai berkreasi, mereka pun menempelkan hasil kerjanya pada dinding kelas. Sebagai bentuk publikasi, saya pun meminta murid untuk melakukan kunjung karya. Satu orang dalam setiap kelompok menjadi penjaga stan karyanya dan bertugas memberikan informasi bagi murid yang datang berkunjung. Sementara itu, anggota lainnya berkeliling mengunjungi stan-stan dari kelompok lain untuk menerima informasi. Setelah itu, murid yang berkunjung memberikan laporan kunjungan kepada temannya yang tinggal di stan mereka. Untuk mengetahui penguasaan konsep lingkaran, saya meminta setiap kelompok untuk memberikan informasi tentang salah satu stan yang dikunjungi. Saya pun memberikan kebebasan kepada setiap kelompok untuk menilai penjelasan teman-temannya. Pada akhir pembelajaran, saya dan murid melakukan refleksi tentang apa yang sudah diketahuinya dan apa yang belum mereka ketahui mengenai konsep lingkaran serta penerapannya. Saya pun merefleksi apa yang sudah baik dan apa yang perlu diperbaiki dari praktik pembelajaran ini.
Adapun pelajaran yang didapat adalah bahwa dengan pembelajaran yang bermakna, semangat belajar dan rasa ingin tahu murid bertambah sehingga mendorong mereka untuk terlibat dalam pembelajaran. Kreativitas dan inovasi murid pun bermunculan seiring dengan bertambahnya pemahaman konsep mereka terhadap lingkaran. Penguatan karakter dan sikap sosial pun dapat terlihat dari adanya kerjasama kelompok dan kegiatan kunjung karya, dimana murid dapat saling menghargai dan bersikap terbuka dalam memberikan dan menerima informasi.