Berburu Angka Karun Untuk Menemukan Bolit (Boneka Lilitan)

Ada yang tahu apa itu komik One Piece ???

One Piece itu sebuah manga atau anime yang menceritakan sekelompok bajak laut dalam mencari harta karun legendaris “One Piece”.

One Piece menceritakan tentang petualangan seorang anak bernama Monkey D. Luffy yang bercita-cita menemukan harta karun “One Piece”.

Dari komik One Piece tersebut sepertinya akan lebih bermakna, seru, menantang, dan menarik jika pembelajaran dibuat seperti berburu harta karun. Anak-anak bisa belajar sambil bermain.

Mengapa perlu belajar sambil bermain? Berawal dari suatu hari saya melakukan assessmen awal atau assessmen diagnosis kepada murid kelas 1, salah satu pertanyaannya “Apa yang kalian inginkan dalam pembelajaran?” Dan ternyata hampir keseluruhan menjawab mereka menginginkan belajar sambal bermain. Karena anak-anak sangat suka bermain. Bagi mereka hidup adalah bermain dan bermain untuk hidup. Akhirnya dari hasil assessmen tersebut, saya berpikir mencari cara bagaimana yaaa..belajar sambil bermain yang bermakna itu ya?

Selain itu hasil belajar anak-anak terkait materi penjumlahan bilangan masih rendah dan anak-anak merasa bosan ketika belajar penjumlahan bilangan. Murid belum bisa fokus belajar, selain itu pembelajaran matematika tidak menyenangkan dan sulit merasa tertantang dalam mengerjakan soal penjumlahan. Untuk itu saya mencari cara dan ide agar pembelajaran penjumlahan bilangan terasa lebih bermakna dan menantang.

 Saya mendapat keranjang ide ketika menghabiskan waktu sendiri dengan membaca komik One Piece. Ide itu memang muncul dimana-mana dan sewaktu waktu. Jadi ide tersebut saya tulis dan kemudian dikembangkan. Setelah itu saya menyampaikan kepada murid mengenai ide tersebut ketika melakukan Google Meet. Saya ingin mengetahui bagaimana respon awal dan ekspresi murid ketika mendengar akan belajar sambil bermain berburu angka karun untuk menemukan hadiah istimewa.

Ternyata oh ternyata respon murid sangat luar biasa. Google Meet kali ini terasa lebih seru dan menarik. Mereka sangat senang dilihat dari ekspresi wajahnya. Biasanya murid saya jarang yang mengajukan pertanyaan, kali ini mereka antusias bertanya.

“Hadiah istimewanya apa bu apa bu Rina?”

“Cara bermainnya bagaimana bu?”

“Seperti film kartun bajak laut ya bu?”

Mengapa saya menanyakan kepada murid saya terlebih dahulu? karena mereka lah yang akan bermain dan menggunakan media pembelajaran tersebut untuk memenuhi kebutuhan belajarnya. Dari murid, oleh murid, untuk murid. Nah….dari situlah saya mendapat ide untuk pembelajaran numerasi penjumlahan bilangan. Belajar sambil bermain dengan berburu angka karun untuk mencari hadiah Bolit (Boneka Lilitan).

Permainan angka karun adalah permainan dimana kolaborasi antar aorangtua dan anak di rumah. Orangtua menuliskan angka 1 -10 di selembar kertas lipat. Dalam membangun kesepakatan bersama orang tua terkait cara pengerjaan tugas murid, saya melakukan komunikasi bersama orangtua untuk menyelaraskan sehingga terjadi kolaborasi yang bermakna. Kemudian saya meminta bantuan kolaborasi orangtua untuk menyembunyikan di ruang tamu atau ruang apapun di rumah. Setelah itu waktunya murid berburu angka karun, mereka mencari dua kartu untuk dihitung jumlahnya. Jika murid sudah bisa menjawab 5 soal penjumlahan, maka berhak mendapat petunjuk di mana lokasi hadiah istimewanya yaitu Bolit. Setelah menemukan hadiah istimewanya, murid bisa memainkan media Bolit.

Bolit adalah akronim dari Boneka Lilitan. Bolit merupakan media untuk latihan mengerjakan soal penjumlahan dengan cara yang tidak biasa. Alat peraga ini dibuat dari karton tebal dan dibentuk seperti boneka dengan tali sebagai lilitannya. Dan diberi angka di bonekanya. Media ini untuk materi penjumlahan kelas 1 SD.

Di dalam Bolit terdapat 10 soal penjumlahan. Murid mengerjakan soal penjumlahan dnegan menarik tali dari angka. Kemudian mereka melakukan penjumlahan dengan manarik tali ke arah jawaban yang mereka pilih. Kemudian setelah selesai mereka bisa melihat jawabannya di belakang Bolit. Untuk murid perempuan Bolit berwarna merah muda, lalu untuk murid laki-laki Bolit berwarna hijau muda.

Saya melakukan beberapa kali uji coba yaitu :

1. Uji coba pertama : saya lakukan kepada keponakan saya kelas 1 .Pertama memakai tali lebih besar. Ternyata keponakan saya kesulitan untuk menariknya karena talinya kebesaran.

2. Uji coba kedua : Saya lakukan sendiri dengan mengganti tali yang lebih kecil, dengan gambar boneka satu macam.

3. Uji coba ketiga : Saya lakukan kepada murid,dengan satu Boneka lilitan untuk dua anak Hanya satu jenis dan satu warna Boneka lilitan. Ternyata murid saya banyak yang rebutan ingin dapat satu-satu. Kemudian ada murid yang menyampaikan ingin boneka warna lain.

4. Uji Coba keempat: Saya kembali melakukan kepada murid di kelas 1 dengan memberi satu kotak Bolit yang berisi cara pemakaian dan Bolit itu sendiri. Jumlah Bolit disesuaikan dengan jumlah murid dalam satu kelompok. Jadi setiap murid mendapatkan satu Bolit.

Jika sudah selesai, bisa bergantian dengan Bolit yang lain. Bolit kali ini saya bedakan dua warna yaitu hijau dan merah muda. Dan dua gambar : murid laki-laki dan perempuan. Karena pandemi covid 19, maka berburu angka karun dan Bolit dilakukan di rumah. Untuk itu saya membuat Bolit sejumlah murid di kelas, sehingga mereka bisa melakukan berburu angka karun dan bermain Bolit dari rumah masing-masing.

Pembelajaran sambil bermain menghubungkan murid dengan masalah yang dihadapi dan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran ini didukung lingkungan pembelajaran kolaboratif, dapat memaksimalkan potensi murid. Didukung dengan visualisasi tingkat tinggi dan penggunaan media visual dapat meningkatkan pemahaman murid, sehingga memungkinkan menghubungkan antar materi dan kompetensi pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran dapat lebih bermakna, dan teridentifikasi manfaat mempelajari sesuatu. Murid difasilitasi berproses menguasai materi ajar dengan berbagai sumber belajar yang dipersiapkan.

Setelah pembelajaran selesai, saya mengajak murid melakukan refleksi melalaui Google Meet. Saya memberikan mereka beberapa pertanyaan refleksi.

“Bagaimana perasaan anak-anak ketika mendapat berburu angka karun dan bermain Bolit?”

“ Bagian mana yang paling berkesan selama permainan ini?”

“ Menurut kalian, apa yang dipelajari dari berburu angka karun dan bermain Bolit?”

Adapun beberapa jawaban dari anak –anak antara lain.

 “Horee…senang bu.”

“Asyeek bu, besok lagi ya bu.”

“Menjumlahkan dua bilangan bu.”

“Bisa belajar sambil bermain.”

“ Saya senang waktu berburunya bu.”

“Kalau saya waktu ngerjakan bolitnya bu.”

Dari refleksi tersebut saya juga sekaligus memberikan umpan balik terhadap setiap penugasan yang diberikan kepada murid, sehingga saya ingin membangun keberlanjutan bersama murid. Pemberian umpan balik yang positif dapat meningkatkan semangat murid dalam usahanya untuk meraih tujuan pembelajaran.

Dengan mendemonstrasikan dan memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan penjumlahan dengan berburu angka karun dan permainan Bolit, murid bisa semakin memahami konsep penjumlahan bilangan. Murid semakin tertarik dan tertantang pelajaran matematika khususnya materi penjumlahan bilangan. Mulai tampak motivasi intrinsik dari dalam diri murid untuk terus belajar, mandiri, percaya diri, tanggung jawab, dan menghargai setiap proses pembelajaran.

Ternyata dari mencari angka karun dan bermain Bolit dapat mendorong kolaborasi orang tua, guru, dan murid untuk sama sama bersinergi berdaya belajar walaupun dalam situasi pandemi Covid 19. Hal ini merupakan bagian salah satu cara memanusiakan hubungan antara guru, orangtua, dan murid. Sehingga kami bisa mengembangkan potensi setiap anak sesuai bakat dan minatnya masing-masing dan dapat menghantarkan anak-anak menuju mimpi mereka. Dengan demikian diharapkan akan terbentuk ekosistem yang positif yaitu murid berkarya, guru berinovasi, orangtua berdaya sehingga pembelajaran lebih bermakna.


Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top