Apa yang saya pikir benar dan saya lakukan selama ini ternyata keliru. Beberapa miskonsepsi yang terjadi di dunia Pendidikan telah diakui oleh beberapa rekan guru yang sempat mengikuti praktik gerak yang saya lakukan pada level nol maupun level satu. Miskonsepsi tersebut adalah: 1)guru akan belajar jika ada insentif atau sertifikat; 2)guru hanya bisa belajar dari ahli; 3)guru belajar hanya cukup tahu; 4)guru belajar selalu diburu waktu; 5)kompetensi bersifat individual.
Miskonsepsi tersebut juga terjadi pada diri saya pribadi yang selama ini belajar hanya cukup tahu dan kompetensi yang dimiliki bersifat individual. Hal ini terjadi karena belum tumbuh komitmen sehingga percakapan yang terjadi di sekolah belum mengarah ke percakapan yang menggerakkan.
Saya telah berhasil berbagi dan menginspirasi rekan-rekan guru di sekolah yang lain, namun belum berhasil memengaruhi guru di sekolah saya sendiri. Ini merupakan keresahan yang saya alami selama ini dan merupakan tantangan terberat yang harus ditumbangkan.
Tantangan guru di sekolah sangatlah beragam, selain berkaitan dengan murid dan pembelajaran tentunya berkaitan juga dengan rekan sesama pengajar. Belum terbiasa melakukan praktik baik karena sulit keluar dari zona nyaman adalah tantangan terbesar yang dihadapi seorang guru.
Saya pribadi telah sering melakukan praktik baik, tetapi belum terbiasa berbagi secara mandiri terutama untuk kalangan sendiri. Selama ini praktik baik saya dibagikan hanya pada even-even resmi yang diselenggarakan secara global atau nasional. Misalnya di seminar Pendidikan yang diselenggarakan Perguruan Tinggi atau PPPPTK. Hal ini terjadi karena belum ada komitmen dan belum menyadari banyaknya miskonsepsi yang harus disingkirkan dari pemikiran seorang guru. Juga termasuk belum ada sarana dan ajang yang memfasilitasi kegiatan semacam itu ditingkat sekolah.
Akhirnya melalui kegiatan PPMB (Pendidikan Penggerak Merdeka Belajar) yang diadakan oleh KPM (Kampus Pemimpin Merdeka), saya mulai menerapkan sedikit demi sedikit ilmu yang dipelajari dari modul-modul yang tersedia.
Praktik gerak level nol terlewati dengan mulus karena saya sendiri yang berbagi. Sembari mempelajari modul-modul yang ada, saya mulai mencari pengikut pertama yang akan dirujuk sebagai narasumber di praktik gerak level satu.
Peran sebagai fasilitator mulai saya jalankan melalui komunikasi yang mencakup percakapan menggerakkan. Dengan berbagai trik dalam waktu yang relatif lama, saya pun berhasil mengajak dua orang guru di sekolah saya untuk berbagi praktik baiknya.
Bukan hal yang mudah untuk meyakinkan dua rekan saya tersebut, saya pandu mulai berkegiatan, memvalidasi pembelajarannya sehingga sejalan dengan merdeka belajar, membuat slide presentasinya, dan yang paling penting adalah meyakinkan bahwa kalian bisa. Sempat mereka ragu dan menyatakan belum siap, tetapi saya terus memotivasi mereka dengan mengatakan bahwa kita adalah tim yang akan bekerjasama dan saling membantu.
Saya membuat Poster dengan judul “Berbagi Praktik Baik, Dari Guru Oleh Guru dan Untuk Guru” dilaksanakan secara luring di SMA Negeri 15 Palembang dengan narasumber Ibu Elly Nurhasanah dan Ibu Netti Herawati.
Akhirnya hari yang dinantipun tiba, bertiga kami tampil di depan 44 orang guru dan Kepala Sekolah menyampaikan hasil praktik baik yang telah dilaksanakan. Sebelum nya sebagai fasilitator saya menyampaikan Kembali beberapa miskonsepsi yang terjadi selama ini. Kemudian Ibu Elly menyampaikan praktik baiknya dengan judul “Pembelajaran Kimia yang Menyenangkan” dan Ibu Netti menyampaikan praktik baiknya dengan judul “Mengajar Bahasa Inggris dengan Musik”.
Alhamdulillah semua menyambut positif kegiatan tersebut, terlebih Kepala Sekolah kami sangat mensupport dan bangga menyaksikan dua narasumber yang telah ambil bagian dalam kegiatan guru berbagi.
Acara yang dilaksanakan pada sore hari tersebut tidak mengurangi perhatian dari rekan-rekan guru yang tetap semangat dan antusias mengikuti sesi berbagi sampai akhir. Tanya jawab dan refleksi menyiratkan bahwa para guru membutuhkan ajang berbagi seperti ini. Mereka rata-rata terinspirasi dan akan mencoba menerapkan di kelasnya. Selain itu kegiatan ini merupakan ajang Latihan untuk tampil di depan orang banyak. Ajang seperti ini juga menumbuhkan rasa, karsa, dan cipta bagi seorang guru untuk mengelola pembelajaran yang lebih baik di kelasnya.
Tercetus juga ide bahwa kegiatan guru berbagi akan menjadi agenda tetap SMA Negeri 15 Palembang yang akan dijadwalkan setiap bulan ada dua guru yang berbagi praktik baiknya.
Pelajaran yang dapat diambil dari sesi berbagi praktik baik ini adalah berangsur meminimalisir miskonsepsi yang selama ini terjadi. Sesi berbagi ternyata dapat dilaksanakan berkat komunikasi yang terbuka dan komitmen menjadi kunci utamanya.
Percakapan menggerakkan merupakan titik awal perubahan paradigma guru tentang belajar. Percakapan menggerakkan adalah percakapan tentang bagaimana memanfaatkan situasi yang tidak mungkin menjadi mungkin, mewujudkan yang tidak ada menjadi ada, membelokkan yang bertentangan menjadi searah.
Kegiatan berbagi praktik baik sesama guru di satu sekolah merupakan kegiatan positif yang banyak mengandung pembelajaran. Dapat menjadi ajang Latihan tampil di depan orang banyak, memunculkan rasa, karsa, dan cipta sehingga para guru termotivasi mengelola pembelajaran yang lebih baik di kelasnya.