BELAJAR WIRAUSAHA DENGAN TUGAS KELOMPOK BERJUALAN DI KELAS
Saat itu kelas saya masuk materi wirausaha. Pembelajaran yang saya rencanakan pada awalnya adalah memberikan penjelasan dengan metode ceramah. Pembelajaran tersebut saya awali dengan membaca teks tentang materi wirausaha. Murid saya minta membaca secara bergantian. Setelah selesai membaca, saya mulai menjelaskan materi yang telah dibaca dan mengembangkannya. Dimulai dari paragraph pertama teks bacaan saya kembangkan dan saya hubungkan dengan informasi-informasi terbaru dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Saya begitu antusias menjelaskan materi tersebut.
Selama proses penjelasan materi tersebut, saya ajak mereka bertanya jawab. Namun tak ada satupun murid yang ingin bertanya. Semua diam dan hening. Mereka terlihat kurang antusias mendengarkan penjelasan saya. Ada yang melamun, ada yang bercerita sambil berbisik-bisik pada temannya, da nada juga yang mencoret atau menggambar buku tulisnya sessuai dengan imajinasi yang ada di kepala mereka. Maka saya anggap mereka mengerti dengan apa yang sudah saya jelaskan. Saya mulai memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang pemahaman materi tersebut. Namun ternyata hanya 1-2 orang saja yang bisa menjawab pertanyaan saya tersebut.
Saya pun merefleksikan pembelajaran yang sudah saya lakukan tadi. Kemudian saya ingat bahwa setiap anak itu memiliki kemampuan dan karakter masing-masing yang tidak bisa kita samakan. Setiap murid harus dituntun sesuai kodratnya, kodrat alam dan kodrat zaman (Ki Hajar Dewantara). Maka saya mencoba memberikan pengalaman langsung kepada mereka. Saya bagi mereka menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok saya tugaskan membawa bang dagangan yang akan mereka jual kepada teman sekelasnya. Saya berikan mereka waktu untuk berdiskusi merancang kegiatan berjualan mereka. Saya lihat kelas menjadi aktif, masing-masing kelompok sibuk berdiskusi. Masing-masing murid sibuk mengeluarkan pendapat di kelompoknya.
Akhirnya tibalah di hari H. Setiap kelompok membawa barang dagangannya di kelas. Saya minta mereka masing-masing menggelar dagangan mereka di atas meja kelompoknya. Saya minta mereka bisa saling mengunjungi gerai jualan kelompok yang lain secara bergantian. Mereka sangat antusias. Ada yang menjual es yang mereka buat sendiri sehari sebelumnya, ada yang menjual minuman coklat yang langsung diolah di kelas, dsb. Saya juga minta mereka melakukan promosi jualan mereka, untuk menarik pelanggan. Bahkan ketika jam istirahat, mereka juga mempromosikan jualan mereka kepada kelas lain.
Setelah selesai pembelajaran, saya minta mereka menceritakan pengalaman mereka ketika berjualan. Mereka pun menceritakan bagaimana mereka mengumpulkan modal terlebih dahulu. Masing-masing dari uang saku mereka. Baru setelah terkumpul, mereka mulai membeli produk untuk mereka jual. Nah ketika mereka sudah merasakan kegiatannya disitulah saya mulai masuk memaparkan materi tentunya dengan kegiatan Tanya jawab. Karena mereka sudah mengalaminya, maka mereka mampu menjawabnya dengan penuh antusias.
Kondisi pembelajaran saat ini sangat jauh berbeda dengan kondisi pembelajaran sebelumnya. Dimana mereka pasif dalm pembelajaran dan tidak mencerna dengan baik. Namun ketika saya membuat pembelajaran dengan praktik berjualan langsung, perubahannya sangat luar biasa. Kelas menjadi sangat aktif, mereka juga tidak pasif dan mampu memahami materi tentang wirausaha tersebut. Mereka sangat menikmati pembelajaran tersebut. Diakhir pembelajaran, setelah mereka menghitung keuntungan penjualan maka saya ajarkan karakter berbagi ketika kita sudah memperoleh rezeki, yaitu menginfakkan sedikit keuntungan mereka ke masjid dekat sekolah. Ada hal yang lucu saat saya melancarkan aksi penanaman karakter berbagi tersebut. Ada satu kelompok yang enggan membagi keuntungannya, dia bersikukuh untuk tidak mau berbagi karena dia merasa sudah susah payah melakukan semua ini. Saya tidak memaksa, namun ketika dia melihat kelompok lain berbagi akhirnya dia juga ikutan berbagi. Setelah memasukkan sedikit keuntungan mereka ke kotak infak saya melihat rona bahagia di wajah murid saya yang sebelumnya enggan untuk berbagi. Saya tanya padanya bagaimana rasanya dia jawab ada rasa senang karena bisa berinfak dengan uang hasil jerih payahnya. Saya tersenyum padanya dan memberikan kalimat pujian dan penghargaan padanya dan tentunya kepada semua anak didik saya yang sudah bersusah payah melakukan pembelajaran hari ini. Saya menyadari bahwa pembelajaran kontekstual yang berkaitan erat dengaN sehari-hari mereka lebih mengena dan bermakna dibandingkan dengan metode ceramah.