Belajar Merdeka Belajar Dengan Flipped Classroom

Akun Instagram : story_rakhma

Email : [email protected]

No. WA : 081807195688

Belajar Merdeka Belajar dengan Flipped Classroom

Kegiatan di sekolah saya telah berangsur pulih, normal, dengan batasan durasi pembelajaran 3 hingga 3,5 jam setiap hari. Tentu membahagiakan karena sebelumnya di sekolah masih bergiliran pembelajaran tatap muka di setiap kelas. Online dan offline masih dilakukan hingga usai Ramadan tahun ini. Tak sabar rasanya segera kembali belajar dan bermain bersama setiap hari secara langsung, setiap hari. Saya mengajar sebagai wali kelas 4A di SD Al Firdaus Surakarta.

Pembelajaran sebelumnya yang belum stabil setiap hari, nyatanya telah membuat pemetaan terhadap murid saya lebih sulit selama online. Maka saat izin dibuka 100% pembelajaran, ada manajemen kelas yang perlu di-update dan saya ingin melibatkan murid saya dalam sisa waktu pembelajaran di kelas 4 pada semester dua ini. Walaupun durasi waktu sangat  terbatas sehingga menu belajar yang disajikan pun juga terbatas.

Namun yang terjadi, pertemuan 100% dalam satu kelas yang sudah berjalan sejak libur lebaran, benar-benar membuat euforia kegembiraan murid saya karena bisa bersama-sama. Hal ini tidak terjadi di pembelajaran sebelumnya, sebab selain di jeda hari, pembatasan jumlah siswa di satu ruang membuat skenario pembelajaran satu kelas dibagi dua kelompok yang berbeda ruang. Sekarang, sudah full satu kelas dan membuat kebahagiaan tersendiri. Di sisi lain, ada hal yang menjadi perhatian saya saat ini. Pembiasaan adab dan kebiasaan/ ucapan baik dalam berteman menjadi fokus di awal pembelajaran. Bagaimanapun murid-murid saya berasal dari berbagai latar belakang keluarga yang beragam. Mulai ditemukan ada murid yang mengadopsi kosakata yang tidak baik, ada murid yang selalu hadir terlambat dan masuk kelas tanpa permisi, ada yang buku tulis masih dicampur semua mata pelajaran, seragam yang belum lengkap, cara menulis yang asal jadi, keramaian yang tidak kondusif. Ini tampak jelas di minggu pertama masuk sekolah usai libur lebaran, dengan pembelajaran 100%. Sehingga menu belajar yang telah di skenario kadang meleset waktu dan targetnya. 

Tantangan tersendiri di saat waktu efektif belajar sebelum Penilaian Akhir Tahun tinggal sebulan. Sekaligus menyadari bahwa peran utama  saya sebagai seorang guru untuk membimbing dan mendidik dengan hati, bukan sekedar penyampai konten. Maka, waktu belajar yang sedikit ini (3,5 jam Senin hingga Jumat), bagaimana dapat lebih efektif dan dapat memberikan  makna. 

Maka kolaborasi tim guru pararel menjadi solusi cepat untuk berbagi keresahan yang saya alami di dalam kelas, dan ternyata kami sama-sama mengalami fase euforia murid tersebut. Bagaimana dapat mengoptimalkan waktu, agar materi juga tetap tersampaikan, sedangkan di sisi lain, dibutuhkan peran guru dalam membimbing dan mendidik akhlak, serta pembiasaan karakter murid tak terabaikan pasca pembelajaran dari rumah yang terlalu lama. Meskipun tidak  sedikit yang benar-benar menjaga anak-anak dari rumah, baik dalam hal kedisiplinan maupun dari bahasa dan kosakata khas dunia maya, namun yang sedikit inilah justru dapat menyebarkan dan mempengaruhi teman lainnya.  

Tantangan bisa berupa kemampuan diri, karakteristik murid, sikap masyarakat, kondisi geografis dan lainnya.

Sekolah Dasar Al Firdaus, terletak di pusat kota Solo. Banyak murid yang berasal dari wilayah berbeda-beda kecamatan, bahkan berbeda kabupaten di sekitar. Maka bisa dikatakan sekolah kami ini terakhir yang membuka kelas offline, sambil menanti kondisi pandemi benar-benar aman. Sebab pernah masuk 50% belum dua bulan, sekolah di Kota Surakarta ditutup kembali. Latar belakang orang tua juga beragam. Maka, mendengarkan masukan orang tua dari berbagai latar profesi menjadi hal yang penting di masa yang belum normal ini. Agar komunikasi dan pelayanan sekolah terjaga ramuan menu belajar paralel kami buat sama. Setiap hari usai pembelajaran, wali kelas kelas A, B, dan C berkolaborasi menyusun menu hari berikutnya. Menyusun rubrik pengamatan dan penilaian serupa. Hingga diskusi setiap saat agar menu belajar tersampaikan di jam tatap muka, dengan tetap dapat membimbing dan mendidik adab, adab berteman, bergaul dengan teman, dan adab belajar dengan guru.  

Pembelajaran di kelas terus dikuatkan dengan menggunakan blended learning. Mau tidak mau dengan durasi jam terbatas, kami harus memilih materi yang penting, walaupun semua adalah penting. Maka dipilih konten belajar yang ada kaitannya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Yang bisa menjadi dasar dan bekal di kehidupannya kelak. Contohnya, pada saat tema Energi, kami cari bersama mata pelajaran yang bisa mendukung tema Sains tersebut. Salah satunya matematika belajar menyusun data dari hasil pengamatan penggunaan energi listrik di rumah. Murid  mengamati setiap hari pada jam yang sama selama sepekan, berapa kwh dicatat dan dipresentasikan di kelas. Supaya murid paham dengan energi dan macamnya, tentu akan habis waktu di kelas. Maka kami menggunakan platform blended learning dengan menggunakan model Flipped Classroom, atau kelas terbalik. Materi seperti link video dan slide, dikirimkan secara asynchronous lewat Class Dojo, sehingga dapat meringkas waktu. Murid dapat membuka link dan mempelajarinya sewaktu-waktu. Di dalam kelas guru tinggal mereview dan memberikan project seperti pengamatan atau berdiskusi dan diakhir pembelajaran merefleksikan bersama.

Ternyata menerapkan Flipped Classroom awalnya cukup melelahkan, karena harus menyusun skenario dan materi hari-hari sebelumnya. Tetapi di perjalanan justru meringankan dan membantu murid memperoleh materi tanpa khawatir kehilangan masa bersosialisasi dengan teman sekelas. Murid-murid sudah terbiasa, walaupun sudah tidak online- offline bergantian lagi, tetap materi belajar keesokan harinya sudah dapat mereka lihat siang hari sebelumnya. Pembelajaran di kelas selain pembiasaan adab, penguatan materi, diskusi, mengkaji sebuah video sesuai materi, ternyata durasi synchronous dapat dibuat fun dengan menghadirkan guru tamu. Khusus guru tamu yang hadir karena berbeda kota, maka dengan zoom meeting, akhirnya gara-gara pandemi 2 tahun ini, murid di SD ini menjadi terbiasa dengan platform online ketika ada event khusus yang tidak dapat menjangkau secara tatap muka langsung. 

Pada tema Seni sebagai media penyampai pesan, menu belajar tentang bermacam seni dan perkembangannya, saya coba kirimkan dengan menggunakan model Flipped Classroom. Jadi di dalam kelas kami tinggal menemukan dengan sharing pengetahuan awal setiap murid (prior knowledge) mengenai tema tersebut. Saat mengenalkan praktisi seni dan budayawan, tim guru kelas 4 sengaja mengundang alumni SD Al Firdaus Surakarta. Seni peran kami undang Omar Danial dan budayawan muda kami undang Amar Pradopo. Dalam tajuk Class Inspiration, kakak kelas tersebut menceritakan seni yang mereka lakoni sehari-hari. Bagaimana menggali bakat seni sejak masih kecil, perjalanan dan pengalaman di dunia seninya, dan bagaimana seni membawa pesan positif bagi masyarakat. 

Murid-murid gembira mendapatkan insight baru. Apalagi bertemu dengan kakak kelas SD dari sekolah yang sama, yang lebih mengena dan menginspirasi secara nyata. Bahwa jika dilatih sejak dini, tiada yang sia-sia. Durasi belajar yang hanya 3 jam dan berbagi dengan mata pelajaran subjek lain, masih dapat dimanfaatkan dengan baik dan menyenangkan. Waktu belajar tidak habis untuk melihat video pembelajaran yang panjang. Juga tidak habis karena membaca sebuah bacaan di buku, karena informasi membaca sebuah wacana sudah dilakukan dari rumah dalam kelas terbalik atau Flipped Classroom. Inilah manfaat blended learning dengan model Flipped Classroom.

Gambar 1https://lh4.googleusercontent.com/OiP6ttLOx8LJ4hEkPFi5WenZPseoJsQSJYhcj6D909xLooK0TB-DcQfHvgcexdTwy8NAN6u3M19Scvcz9VBugL8lwryUI78ZXHSXLC53g5EsNpARw7ntgvyOgoAzyWSd54PHT8bMyqtg-KO74Q

Class Inspiration dengan mengundang alumni sebagai narasumber, murid-murid kelas 4 sebagai panitia dan belajar berbagi peran sebagai MC, moderator, pembuka kalam dengan membaca Al Qur’an, dan setelahnya berdiskusi bersama. 

Gambar 2

Praktik membuat karya seni 2 dimensi yang mengandung sebuah pesan dan setiap murid dapat menceritakan isi pesan yang telah dibuat.

Tidak semua skenario guru berjalan mulus di perjalanan kelas. Namun semua itu  tak menjadi halangan untuk tetap menyiapkan menu belajar terbaik yang bermanfaat dan akan mereka bawa sebagai bekal hidupnya kelak. Penanaman karakter baik tetap utama, sebelum masuk ke ranah pengetahuan. Suatu pagi, ada murid yang sengaja hadir pagi-pagi demi bisa bermain di lapangan futsal. Itu terjadi di hari kedua setelah diperbolehkan masuk 100% dalam satu ruang kelas, ada saja hal-hal yang membuat saya harus siap olahraga pagi alias naik turun tangga menuju UKS mengobati yang luka karena jatuh. Semoga hanya hari itu saja kejadian seperti itu. Pagi itu seharusnya mereka akan belajar matematika, diawali murajaah (membaca surah pendek juz 30). Di sini peran sebagai guru kelas benar-benar menantang. Saat itu saya katakan kepada murid-murid di kelas. “Pertama, mengapa harus ke lapangan padahal bukan jam olahraga. Kedua, sekarang ada yang terluka, Us bisa mengobati menemani ke UKS, dan itu artinya, sekelas tidak segera mulai belajar. Ada solusi?” Dan di luar dugaan saya, salah seorang murid cepat berkata, “Us, yang penting kesehatan, segera mengobati saja. Tidak belajar dulu tidak apa-apa,” Baiklah, segera saya temani murid yang terluka lututnya dan sobek celana di tempat yang sama. Memerlukan 15 menit selesai memberikan pertolongan pertama. Kelas 4 ini memang masa-masa eksplore. Dan ketika kami kembali ke kelas, ternyata luar biasa, kelas sudah rapih, sudah ada relawan murid yang memimpin murajaah tanpa saya beri instruksi. Bersyukur, empati terbangun saling menguatkan dan membantu, serta yang terpenting saling mengingatkan jika ada adab yang kurang baik. Bahagianya saya menjalani profesi indah ini. Maka diskusi mencari solusi bersama supaya kelas terus ‘hidup’ dengan tidak banyak kehilangan waktu belajar, saat ini masih dibuat skenario secara synchronous dan asynchronous dalam Flipped Classroom.

Bentuk pembelajaran dengan menggunakan blended learning dalam bentuk Flipped Classroom ternyata sangat membantu guru dalam memanfaatkan waktu belajar yang saat ini jauh lebih singkat. Maka diperlukan strategi dalam pelaksanaannya, antara lain dengan;

  1. Kembangkan ruang diskusi dengan rekan sejawat, jika kelas paralel, dapat berbagi peran dalam menyiapkan media belajar. Ini juga bermanfaat untuk menjawab persoalan di kelas dengan karakteristik yang berbeda-beda.
  2. Melakukan pemetaan terhadap mata pelajaran apa saja yang mendukung tema besar, sehingga pembelajaran berjalan saling terkait.
  3. Membuat project yang dapat diambil penilaian dari beberapa subjek.
  4. Menyusun materi dan mengingatkan menu belajar murid, rutin dikirim hari sebelum tatap muka, gunakan platform online yang digunakan, misalnya Class Dojo, Google Classroom, Grup WhatsApp. Dan berikan pesan agar murid mempelajari terlebih dahulu. Tujuannya, mereka masuk kelas sudah siap dengan menu apa yang akan dipelajari.
  5. Gunakan waktu di dalam kelas untuk; menanyakan materi yang telah dipelajari dari rumah, berdiskusi, menyelesaikan project, tugas grouping, dan sebagainya yang melatih rasa ingin tahu, berkomunikasi baik, dan melaksanakan tugas tepat waktu (management skill). 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top