Matematika ! Siapa takut…..?!
Kring……! Kring……! Alarm jamku berbunyi nyaring. Alhamdulillah hari ini bisa bertemu kembali dengan murid – muridku. Aku adalah seorang guru kelas di sekolah dasar swasta Global Mandiri di daerah Gunungputri, Bogor. Rasanya tak sabar ingin mendengar celoteh mereka tentang keseruan di akhir pekan. Tapi, tunggu.. Hari ini adalah hari Senin, jam pertama matematika. Tidak….!! Apakah mereka siap menerima pembelajaran hari ini. Mereka akan belajar statistik sederhana. Dengan tujuan pembelajaran murid dapat melakukan pengumpulan data, mengolah dalam bentuk grafik, dan menafsirkan hasil data yang diperoleh, serta presentasikannya. Setiap senin pagi aku selalu merasa cemas memikirkan apakah materi yang akan kusampaikan bisa mereka pahami. Kecemasan ini kuceritakan dengan rekan sejawatku. Mereka pun merasakan hal yang sama. Matematika terkadang menjadi mata pelajaran yang menakutkan bagi murid. Kelas 6 di sekolahku ada 4 kelas sehingga memudahkan ku untuk berdiskusi dengan rekan sejawat. Kami sepakat bahwa perlu strategi khusus agar murid dapat memahami topik pembelajaran dengan mudah. Akhirnya kami memutuskan untuk membuat kegiatan survei di sekolah.
Kami sudah membagi kelas mana yang akan disurvei oleh murid serta persiapan apa saja yang harus dilakukan sebelum melakukan survei. Jam menunjukkan pukul 7.30 dan aku sudah membuka kelas. Salah satu murid mulai memimpin doa dan absen pun kami lakukan. Sebelum memulai pelajaran biasanya aku menyediakan waktu 10 menit untuk sessi “Morning Talk”. Di sessi ini mereka akan bercerita tentang kegiatan mereka di akhir pekan, maupun menceritakan kembali berita terkini tentang IPA, Teknologi, maupun hal update lainnya yang terjadi saat ini. Mereka bercerita menggunakan bahasa Inggris. Hal ini selain melatih kemampuan percakapan bahas Inggris mereka juga menumbuhkan rasa percaya diri karena mereka akan bercerita di depan teman – temannya. Tentu saja ini dilakukan secara bergilir agar setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk meningkatkan skill bahasa Inggris mereka.
Dan tibalah giliranku bertanya,” Siapa yang suka sekali dengan nasi goreng?”. Beberapa anak mengangkat tangannya. Kuhitung kemudian ku tuliskan di papan tulis. “Siapa yang suka makan bakso?”, tanyaku lagi. Dan hampir separuh murid di kelas mengangkat tangan. Kucatat kembali dipapan tulis. “ Yang suka makan pizza angkat tangan.”, kataku lagi. Ternyata hanya sebagian kecil yang menyukainya. “Ms….sebenarnya kita akan belajar apa ?”, tanya salah satu murid. “ Seperti di mall ms. Kita ditanya terus dicatat di buku. Seperti pengambila data.”, ucap murid lainnya. “Ya betul.. Kita akan belajar tentang mengolah data dan membuat grafik. Setelah membuat pertanyaan kita bisa melakukan survei dan mencatatnya. Dari data tersebut kita bisa membuat grafik sehingga lebih terlihat gambaran umum dari kegiatan yang kita survei. Nah, menurut kalian apa kegunaan dari melakukan survei?”, tanyaku. Satu per satu mereka menyampaikan pendapatnya dan suasana kelas menjadi aktif. Tak kusangka ternyata pertanyaan sederhanaku bisa menjadi pemantik mereka untuk menganalisis matematika topik tersebut. Kecemasanku seketika berubah menjadi semangat untuk melanjutkan pembelajaran.
Selanjutnya kuinformasikan sebelum melakukan survei kita harus menentukan topik pertanyaan dan kelas berapa yang akan disurvei serta bagaimana cara mengola data setelah survei dilakukan. Respon mereka semakin membuatku semangat. Mereka tak sabar untuk melakukan pembelajaran di luar kelas. Ku jelaskan langkah – langkah melakukan survei diawali dengan diskusi topik apa yang akan disurvei, menentukan 5 jenis item dari topik yang akan disurvei, kemudian menuliskannya di kertas, diperbanyak sesuai jumlah siswa yang akan di survei. Itu adalah langkah – langkah untuk mengumpulkan data yang akan dibuat grafiknya. Muridku bagi menjadi beberapa kelompok kecil dengan cara diundi sehingga hasilnya nanti akan fair dan diharapkan mereka dapat bekerja sama dengan temannya dan tumbuh jiwa kepemimpinan. Bekerjasama bukan hanya untuk menyelesaikan tugas namun juga untuk belajar bersama dan saling berbagi tugas.
Ku buat kesepakatan dengan murid, berapa menit mereka berdiskusi dan membuat pertanyaan. Sebelumnya aku sudah membuat rubrik penilaian untuk menilai keaktifan mereka dalam melakukan kegiatan. Tentunya tidak semua murid merasa semangat dengan kegiatan ini. Ada beberapa yang masih bersikap pasif, menunggu hasil diskusi temannya. Ada pula kelompok yang death lock, bingung harus memulai dari mana. Ku dengarkan keluhan mereka dan apa yang menjadi kendala sehingga diskusi tidak berjalan dengan aktif. Setelah kuanalisis sepertinya untuk kelompok yang anggotanya kurang aktif harus ada seorang yang ditunjuk untuk menjadi ketua kelompok. Akhirnya diskusi kelompok tersebut dapat berjalan dan terlihat mereka mulai menguasai konsep dari kegiatan melakukan survei.
“Ms, kelompok 1 akan survei tentang olahraga favorit di kelas 5.”, kata ketua kelompok 1. “Ms, kalau kelompok 2 akan survei tentang genre film favorit di kelas 6.”, ujar ketua kelompok 2. “Kalau kelompok 3, kami akan survei makanan favorit di kelas 2.”, kata ketua kelompok 3. Mereka kemudian membuat lembar pertanyaan yang segera kugandakan menggunakan mesin fotokopi. Tak lupa kuingatkan anak – anak untuk selalu meminta izin kepada guru kelas sebelum melakukan survei.
Aku pun mengamati kelompok yang lebih dulu melakukan survei. Mereka sangat antusias mengumpulkan data. Mereka langsung berbagi tugas. Setiap anggota kelompok mendapatkan kesempatan yang sama untuk melakukan survei. Dan mereka tidak lupa mengucapkan salam serta memintan izin kepada guru kelas. Mereka dengan percaya diri menjelaskan maksud dan tujuan dilaksanakannya survei serta bagaimana cara mengisi lembar survei. Setelah selesai melakukan survei mereka tak lupa mengucapkan terima kasih kepada guru dan kakak maupun adik kelas. Mereka secara tak langsung juga telah mempraktikkan nilai Pancasila dengan menunjukkan sikap sopan dan santun.
Satu per satu kelompok telah kembali ke kelas tepat waktu dan mereka mulai menghitung hasil survei dengan cara membuat pengelompokkan data. Kemudian data tersebut mereka membuat grafik di kertas A3 yang telah disediakan sebelumnya. Grafik tersebut terdiri grafik batang, garis, maupun pie yang sebelumnya telah mereka pelajari. Tak lupa mereka menuliskan data infomasi pada kertas presentasi dan menghiasnya. Namun ternyata sessi matematika di hari Senin telah berakhir. Mereka mengeluhkan mengapa waktu berlalu begitu cepat. Mereka tak sabar untuk presentasi hasil survei yang telah dilakukan.
Keesokan harinya setelah membuka kelas, aku memberikan kesempatan masing – masing kelompok untuk mempelajari hasil surveinya dan bersiap – siap mulai melakukan presentasi. Dan lagi – lagi mereka membuatku bangga. Tanpa diberi contoh, masing – masing anggota kelompok mendapat porsi untuk melakukan presentasi. Mereka melakukan presentasi secara runut. Dimulai dari pembukaan, kemudian menceritakan penentuan topik pertanyaan, bagaimana cara membuat lembar pertanyaan dan saat melakukan survei ke kelas lain. Mereka juga menjelaskan bagaimana mengolah data sampai cara membuat grafik. Namun mereka dapat melakukannya dan mempresentasikannya. Dan mereka melakukannya dengan penuh percaya diri. Dalam hatiku bersyukur bahwa diskusi antar guru yang telah kami lakukan menemukan strategi pembelajaran yang mengasyikkan dan membuat peserta didik mengalami langsung penerapan dari topik pelajaran. Secara tidak langsung mereka telah memahami secara keseluruhan mengenai topik statistik meskipun secara sederhana dan tanpa bersusah payah memaksa mereka memahami tahapan – tahapan dari pengelolaan data. Diakhir sessi kami melakukan refleksi apakah masih ada murid yang belum paham tentang materi. Dan mereka ku minta untuk melakukan self assessment sebelum ku beri soal latihan. Rata – rata menjawab eazy. Ada yang berteriak “ Matematika, siapa takut!”. Yesss, kami berhasil. Tak ada yang sulit jika kita membuat strategi pebelajaran dengan aktif menyenangkan dengan memperhatikan karakteristik murid. Yang diperlukan adalah persiapan yang matang dan terus update serta berdiskusi semata – mata demi pendidikan Indonesia.
Jadi matematika, siapa takut!!!!!!!!
By : PWK