Belajar Easy Bersama Partner Belajar Ensy

Belajar Easy bersama partner belajar Ensy

Sebagai seorang guru, saya selalu ingin murid-murid saya memiliki semangat belajar yang tinggi, terutama dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris yang saya ajarkan. Mata Pelajaran Bahasa Inggris kerap dianggap ruwet karena harus memenuhi beberapa Kompetensi seperti Reading, Writing, Speaking dan Grammar. Belum lagi pengucapan dan tulisannya yang berbeda, membuat murid terkadang semakin malas untuk mempelajarinya. Oleh karena itu, saya dituntut untuk lebih kreatif dalam merancang pembelajaran karena saya sangat berharap murid-murid saya dapat belajar dengan menyenangkan tanpa menimbulkan rasa kebosanan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, saya kemudian merancang pembelajaran saya sedemikian rupa agar dapat meningkatkan minat mereka mengikuti kelas saya. Selain memberikan mereka kegiatan yang beragam, saya juga membuatkan mereka media pembelajaran yang beragam seperti materi yang dituangkan dalam lagu, video, komik, media yang ditempelkan didinding dan bacaan-bacaan dari berbagai sumber. Hal ini saya lakukan berdasarkan keluhan mereka akan kurangnya referensi belajar Bahasa Inggris di Sekolah. Agar tidak monoton, sebatas buku paket, akhirnya saya buatkan mereka berbagai media. Karena memang mereka mengeluhkan buku paket yang terlalu tebal dan terlalu kompleks. Selain itu, saya juga menggunakan berbagai aplikasi pembelajaran yang bisa membantu murid saya dalam belajar, seperti pemanfaatan “google translate” untuk membantu mencari arti kata, ‘lifeworksheet’ untuk latihan pengucapan, ‘wordwall’ untuk latihan soal-soal yang lebih menarik karena tampilannya seperti sedang bermain games, dll. Semua materi tersebut biasa saya bagikan kepada murid melalui grup whatsapp dalam bentuk pdf, link, mp4, dll.

Dengan memberikan mereka kegiatan dan media yang beragam seperti itu, murid-murid menjadi lebih aktif dan tertantang untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Saya perhatikan mereka bahkan terkadang lupa waktu saat berlatih pengucapan melalui “liveworksheet”. Dengan memberikan mereka berbagai media dan model pembelajaran, saya berharap mereka dapat menikmati aktifitas yang beragam dan tidak monoton.

Sampai kemudian saya merasa sedikit terganggu dengan adanya murid yang silih berganti menanyakan dan meminta kembali file materi, link video dan hal-hal lain yang sudah dipelajari dan dibagikan sebelumnya. Mereka sering sekali kehilangan file-file yang sudah saya berikan. Kemudian saya mengetahui bahwa mereka ternyata mengeluhkan materi dan file-file serta link-link yang tidak terorganisir dengan baik. Mereka mengalami kesulitan saat ingin kembali mengakses media-media tersebut. Kondisi ini tentu kurang mendukung proses pembelajaran. Hal ini membuat saya berpikir kembali. Murid-murid saya butuh satu wadah untuk menyimpan seluruh media, file-file, link-link, dsb agar dapat mudah diakses kembali kapanpun mereka membutuhkannya.

Suatu ketika saya mengikuti program pelatihan WIT atau Wardah Inspiring Teaher yang dilaksanakan selama kurang lebih 4 bulan. Selama berjalannya program tersebut, para peserta harus mengakses materi dan menyelesaikan rangkaian tugas melalui LMS. Nah, dari sini saya mulai tertarik untuk mengadaptasi system tersebut untuk digunakan di kelas saya. Namun, pengetahuan saya tentang LMS masih sangat minim. Saya hanya mengetahui 1 jenis LMS yang saya gunakan saat pembelajaran online masa Pandemi. Namun, saya tidak pernah tertarik untuk meggunakan LMS itu karena tidak dapat memenuhi kemauan saya serta tampilannya yang kurang menarik menurut murid.

Sampai akhirnya saya bertemu dengan “google site” dan “canva”. Mereka berdua mengubah hidup saya dan murid saya. Pertama kali mengenal “google site”, saya hanya gunakan untuk menulis artikel. Namun, semakin saya eksplor fitur-fitur yang ada, semakin saya menemukan banyak hal yang sangat luar biasa didalamnya. Kemudian, saya mulai mendesain halaman google site saya dan mengkolaborasikannya dengan beberapa aplikasi lain.

Dengan bantuan canva, tampilan laman google site saya menjadi lebih dinamis dan menarik. Saya merancang konten pembelajarannya mengikuti alur “STUDY”. “STUDY’ merupakan akronim dari Self assessment, Treasure, Understanding, Demonstration, dan Your comment. Dibagian Self assessment berisi soal-soal diagnostic kognitif dan non kognitif. Dibagian Treasure berisi media pembelajaran dalam berbagai bentuk seperti komik, video, artikel, e book, pdf dll. Dibagian Understanding berisi soal-soal latihan dari berbagai sumber, diantaranya wordwall, liveworksheet dan edpuzzle. Sedangkan dibagian Demonstration  ada penugasan dan tempat untuk mengunggah tugas-tugas. Dan yang terakhir dibagian Your comment adalah tempat untuk berkomunikasi secara interaktif melalui padlet. Laman google site tersebut kemudian saya transfer menjadi suatu aplikasi yang dapat diunduh oleh murid-murid saya dan digunakan melalui HP android mereka.

Sebelum melakukan uji oba produk kepada murid, saya terlebih dahulu menunjukkannya kepada rekan-rekan guru dan meminta saran dari mereka. Setelah dilakukan perbaikan, kemudian saya coba menerapkannya kepada murid. Reaksi murid sangat baik. Mereka merasa lebih dimudahkan dengan adanya partner belajar EnSy tersebut. Kegiatan lebih rapi dan teroganisir dengan baik. Mereka juga bisa mengakses materi, referensi, dan penugasan kapanpun dan dimana saja dengan  pantauan dari guru. Dengan tampilan aplikasi yang saya desain menarik dan dinamis. Mereka menjadi lebih semangat belajar Bahasa Inggris. Mereka juga lebih memiliki banyak kesempatan untuk berlatih bahasa inggris sehingga diharapkan WhatsApp Image 2022-07-22 at 10.47.49.jpegmereka sudah  mahir saat praktek.

WhatsApp Image 2022-07-22 at 10.47.52.jpeg
WhatsApp Image 2022-07-25 at 08.34.11.jpeg

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top