Belajar Bahasa Inggris Jadi Menyenangkan dengan Alat Musik dan Permainan Tradisional
Menjadi pendidik diluar sekolah formal memanglah sebuah hal yang penuh tantangan. Menanggapi keluhan orang tua dari kesulitan belajar, masalah belajar, birokrasi dalam sekolahnya serta semua hal yang dialami oleh peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, bahkan sampai keresahan yang dialami para orang tua tentang pola belajar anaknya. Menghadapi mengenai Mata Pelajaran Bahasa kala itu, sedang menjadi sorotan di lingkungan Bimbingan Belajar yang saya ampu. Awalnya saya kurang percaya karena zaman modern seperti ini kebanyakan anak-anak sudah memakai bahasa gaul dengan inggris.
Sore hari setelah kesibukan saya menyempatkan bertemu mereka di halaman yang memang menjadi tempat mereka berkumpul bersama untuk bermain. Melihat mereka dengan permainan yang mereka mainkan seperti gopak sodor, kucing-kucingan, dan berbagai macam jonjang (sebutan permainan/ dolanan bocah di Banyumas) saya sangat kagum karna zaman sekarang jarang sekali anak-anak yang memainkan dolanan tradisional. Biasanya sekarang ini lebih banyak anak-anak yang berkumpul bermain bersama namun asik dengan handphone masing-masing.

Mencoba ikut terlibat dalam permainan mereka sekaligus mengenang masa kecil saya, ini sangat menyenangkan dan saya memcoba mencari informasi tentang masalah belajar mereka sesuai dengan apa yang para orang tua mereka keluhkan. Ternyata dengan ikut bermain dan masuk dalam dunia mereka ini menimbulkan keterbukaan diantara kami. Mereka satu persatu mengungkapkan isi hatinya tentang pelajaran Bahasa Inggris.
“Bahasa Inggris sangat lah sulit, untuk apa si kita belajar bahasa Inggris kan kita seringnya pakai indonesia dan jawa”
“Asssyeyeyey aaassye lidahku terkilir kalo bilang bahasa inggris susah”
“Bahasa Inggis itu Monsternya pelajaran tau”
“kalo di sekolah guru Inggrisnya serem disuruh hapalin kosa kata terus”
Mendengar ungkapan mereka tentang Bahasa Inggris saya menangkap bahwa mereka bukan tidak menyukai pelajarannya hanya saja mereka belum bisa menemukan cara belajar yang menyenangkan bagi mereka, dan pembelajaran yang dialami mereka disekolah bukannya membuat mereka menyukainya namun malah membuat mereka takut, tertekan, sehingga mereka tidak menyukainya. Dari observasi ini saya berpikir bagaimana caranya membuat pemikiran mereka tentang Bahasa Inggris itu menyeramkan dan sulit tergantikan dengan belajar Bahasa Inggris itu menyenangkan.
Melalui aktivitas dolanan jonjang (permainan tradisional) saya mencoba memodifiksi permainan tersebut untuk dapat menyisipkan sedikit materi dan kosa kata Bahasa Inggris untuk bekal dasar mereka belajar Bahasa Inggris. Saya pertama memilih dengan permainan kucing-kucingan, permainan kucing-kucingan ini pada dasarnya mencerikatan kehidupan seekor kucing yang selalu kejar-kejaran dengan musuhnya seekor tikus. Cara bermainan permainan ini yaitu dipilih 2 orang, 1 orang menjadi kucing dan 1 orang menjadi tikus. Setelah ditentukan kucing dan tikusnya, pemain yang lainnya membentuk lingkaran sambil berpegangan tangan, menjadi benteng pelindung tikus dari kejaran sang kucing melalui tangan yang melingkar itu. Jadi, tikus harus menyelamatkan diri dari kejaran sang kucing. Jika tikus tertangkap, tikus bergantian menjadi kucing selanjutnya.
Nah pasti kalian akan bingung, dimana letak belajar Bahasa Inggrisnya?. saya memodifikasi aturan mainnya dengan cara pemain yang menjadi benteng lingkaran itu tangannya yang sebagai pintu keluar dan masuk akan terbuka disaat kucing/ tikus itu menyebutkan satu kosa kata dalam Bahasa Inggris. Menariknya sebenarnya mereka sudah banyak tau tentang kosa kata Bahasa Inggris cukup banyak untuk seusia anak kelas 3-4 sekolah dasar, hanya saja mereka menganggapnya seram karena pembawaan gurunya di sekolah.
Disisi lain latar belakangan anak-anak ini ternyata juga rutin dalam Seni Karawitan, mereka mahir memainkan instrumen Gamelan. Saya mencoba membuat mereka mulai belajar menyusun kalimat dari kosa kata yang mereka dapat dari permainan kucing-kucingan tadi melalui kesenangan mereka yang lain yaitu gamelan ini. Biasanya mereka hanya membawakan gending dolanan (lagu dolanan dengan alat musik gamelan) ada yang berperan untuk memainkan alat musik, dan ada beberapa yang menyanyi, sinden sebutannya. Saya mencoba untuk mereka saling berdiskusi guna menyusun kalimat dalam Bahasa Inggris untuk mereka bisa mengenalkan instrumen gamelan yang mereka pegang masing-masing. Hal ini sangat mengejutkan mereka bisa menceritakan instrumen yang merek pegang seperti Saron, Bonang, Demung, Kendang, Gong dan Kempul.

“The saron is a gamelan instrument that belongs to the balungan family. Saron is made of bronze and is played by hitting it with a tool such as a hammer.”
“Bonang is divided into two, namely Bonang barung and Bonang Penerus”
“Gong is a percussion instrument”
“the drum has a function to regulate the rhythm”
Dapat disimpulkan pada dasarnya tidak ada moster dalam Mata Pelajaran, Bahasa Inggris tak semenyeramkan seperti apa yang mereka pikirkan, dengan pembawaan yang menyenangkan dan membebaskan mereka berekspresi mereka lebih gampang untuk mengahafal banyak kosa kata. Perubahan mulai terlihat disaat anak-anak mulai memamerkan nilai Asesmen Bahasa Inggrisnya kepada saya yang mulai meningkat dan ungkapan mereka yang senang dengan Bahasa Inggris. Respon orang tua pun senang dengan perkembangan yang anak-anak miliki.