Temu Pendidik Mingguan Daerah #16
Bantu Guru Melihat Dunia Chapter Australia
Narasumber : Panji Irfan
Moderator : Niken Emiria F.
Notulen : Kurniasih
Hari dan tanggal : Rabu, 18 Juli 2018
Grup WA Komunitas Guru Belajar Pekalongan
Moderator : Selamat malam rekan-rekan guru yang penuh semangat belajar. Satu jam lagi menuju diskusi kita malam ini. Kita absen dulu yuk untuk yang sudah hadir disini. Alhamdulillah sudah banyak yang hadir. Semangat yang luar biasa dari guru-guru yang tidak biasa.
Pak Panji sudah ada di tengah-tengah kita. Ayo teman-teman jangan mau kalah dengan semangatnya pak panji ya. Teman-teman guru yang luar biasa semangat belajarnya, beberapa menit lagi menuju diskusi kita malam ini, sebelumnya perkenankan saya Niken, sebagai pemandu diskusi anda malam ini memperkenalkan terlebih dahulu narasumber kita yang keren banget.
Bapak Panji Irfan, beliau lahir di Bandung, 26 januari 1985. Guru hebat kita ini adalah lulusan S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI, dan yang saya heran sampai saat ini saya belum tahu kenapa beliau sekarang ada di Kalimantan Tengah dan menjadi salah satu guru di SMP Tunas Argo Seruyan Kalteng. Teman-teman, pak panji pernah 5 hari penuh di sekolah di daerah Bacchus Marsh, 3 hari di CBD Melbourne, 2 hari perjalanan, transit Singapura & Malaysia. Beliau adalah salah seorang yang lulus ke Aussie dalam program Bantu Guru Untuk Melihat Dunia yang akan menjadi topik diskusi kita malam ini.
Silakan Pak Panji.
Panji : Baik, terima kasih untuk KGB Pekalongan yang telah berinisiatif membuat group ini. Kewajiban saya diseminasi sebagai bagian dari program BGMD. Berikut ini saya kirimkan artikel pengantar sebagai panduan kegiatan diskusi untuk termin pertama. Isinya mengenai 1) tanya jawab program & 2) relasi siswa, guru, & orang tua
Moderator : Teman-teman, keren ya programnya. Nah, untuk selanjutnya agar kita tidak penasaran, saya akan segera memulai termin pertama untuk 3 orang penanya, sila sebutkan nama dan asalnya ya, termin 1 telah dibuka.
Najib : Dari program BGMD, hasil apa yang bisa diadaptasi di kita, terutama bagi sekolah-sekolah di daerah seperti di Pekalongan ini? Dan seberapa besar dampak program ini (setelah mengikuti program) dalam pengembangan pendidikan (khususnya secara pribadi).
Panji : Saya tak punya peta pendidikan di Pekalongan dan tak bisa pula menggeneralisasi untuk saya di Seruyan, kabupaten tertinggal. PR masih banyak, yang menarik adalah perjumpaan saya dengan guru Bahasa Indonesia di Australia dan mahasiswa PPI menciptakan ruang kenangan tersendiri mereka itu bisa enak-enakan kuliah master tapi repot-repot bikin proposal mau ngurusin guru-gurunya supaya punya kesempatan yang sama melihat dunia. Itu kan benar-benar membuat saya terharu, mereka bisa saja undang penyanyi-penyanyi untuk menghibur sekira 16.000 WNI di Meulborne tapi mereka malah mempercayai kami, kemudian pendaan ini lewat Crowdfunding Kitabisa.Com , mahasiswa ngamen, performance art buat galang dana.
Ada pula ana-anak lelang lukisan di SD Cita Buana, Jakarta dan berdonasi. Keharuannya seperti menikah berdampak seumur hidup. jika pertanyaannya seberapa besar saya akan berjuang menumbuhkan dan memperbesar dampaknya kita di forum ini menyisihkan waktu untuk istirahat sudah berjuang membuat perubahan sesederhana apapun.
Moderator : Wah meleleh… Jadi Crowdfunding itu artinya benar-benar mencari dana sendiri ya pak. Luar biasa.. bagaimana pak Najib ada tanggapan?
Najib : Wah Amazing ya! Walau jawabannya tidak terfokus pada yang saya maksud, tapi malah dapat jawaban yang lebih wow ternyata. Berjuang membuat perubahan sesederhana apapun, dengan melihat contoh-contoh yang ada, dengan melihat pengalaman yang susah kita dapatkan. Keren.
Rizki : Sebagai kota literasi dunia, apakah sekolah di Melbourne menerapkan minimum jumlah bacaan pada siswa? Kriteria buku wajib baca bagi siswa di sana bagaimana?
Panji : Membaca sudah menjadi bagian keseharian. Perpustakaan atau TBM yang dikelola masyarakat sangat bagus dan lengkap. Kemudian terintegrasi dengan perpustakaan daerah dan perpustakaan sekolah-sekolah. Orangtua pun bisa berpartisipasi. Bisa dibaca langsung di web
https://www.premier.vic.gov.au/premiers-reading-challenge-kicks-off-for-2018/
https://wwww.education.vic.gov.au/about/events/prc/Pages/default.aspx?Redirect=1
dan ini web resmi Meulborne kota literasi:
http://cityfliterature.com.au/
Rizki : Jika telah menjadi keseharian, lalu penguatan di sekolah mengenai literasi bagaimana pak? Apakah ada jam khusus membaca?
Panji : Pengelolaan perpustakaan, profesional, membeli rutin buku, penjenjangan buku untuk usia anak jelas, perpustakaannya asyik. Pustakawan dibekali kemampuan konseling jadi dia bisa dengan lihai, merekomendasikan buku untuk anak sesuai karakter dan keperluannya.
Rizki : Ini yang menarik, terima kasih jawabannya pak panji. Mohon maaf jadi bertambah pertanyaannya, soalnya penasaran dengan kegiatan literasi disana.
Arsyad : Selama pengalaman dalam guru melihat dunia, berkunjung ke sekolah. Apa yang membuat Pak Panji ada moment AHA yang akhirnya harus dilakukan dalam lingkungan terkecil di sekolah atau pemerintah lakukan misalnya?
Panji : 1. Manajemen sekolah rapi, padahal mengurusi 250-an guru dan 2000-an murid, tak ada kelas kosong tanpa ditemani.
2. Profesi guru sangatlah serius dijalani. Ditambah dengan mekanisme penilaian 3 bulanan dirumahkan
3. Pihak yang diajak kerja sama sekolah sangat banyak dan tak umum ditemui di Indonesia. Saya kadang merasa disebuah perusahaan ketika disekolah. Saking rapi dan profesionalnya sekolah kerja sama dengan 28 unit bus besar mengantar siswa ke daerah-daerah yang berbeda atau menyediakan 2000-an laptop untuk disewa siswa
Arsyad: Terjawab kak, makasih banyak. Ternyata ya manajemen sekolah sepertinya PR utama untuk lingkungan sekolah yang baik untuk anak.
Moderator : Oke teman-teman saya buka untuk termin ke dua ya.
Panji : Sebelum ke termin kedua, saya memiliki materi lagi Bu. Berikut materinya tentang kurikulum dan manajemen kelas.
Neneng: Pak Panji, pertanyaan saya mengacu pada slide pertama boleh ya?
1. Di tulisan tersebut, pak Panji menuliskan bahwa guru dibekali dengan child protection program? Itu bentuknya seperti apa aplikasi di kelas bagaimana (selain no body contact)?
2. Apakah di sekolah yang bapak kunjungi ada edukasi untuk orang tua terkait program literasi? Jika ada seperti apa?
Panji : Child Protection Program ada banyak versi dan di-update terus. Intinya guru dibekali kemampuan konseling dan memberdayakan anak. Anak benar-benar difasilitasi masksimal, guru dibekali teknik investigatif pada anak-anak yang rawan dan punya masalah dari rumah, masalah di sekolah cukup berat, terutama setelah pernikahan sejenis dilegalkan di meulborne. Jika terjadi anak mencari solusi dengan pergi ke polisi mengadukan masalahnya, maka gurunya akan dikenai sanksi karena tidak profesional (ada di slide 2), saking seriusnya child protection sampai ada poster wajib lock down procedure supaya anak-anak bisa mengamankan diri dikelas dari ancaman orang asing, penjahat, pedofil, dan lain-lain. Ini berkorelasi pula dengan penembakan siswa di sekolah.Orang tua berasal dari kalangan yang percaya bahwa pendidikan itu sangat berharga sehingga kinerja sekolah sangat terbantu dengan sikap para orangtua. Peran literasi lebih aktif diambil pemerintah, seperti link-link di atas. Kita bisa pula googling memadukan Meulborne dan literacy untuk belajar lebih lanjut.
Neneng: Pak Panji terima kasih atas jawabannya.
1. Saya tertarik untuk mempelajari child protection program. Melihat kenyataan, sekolah bisa jadi sumber trauma bagi anak. Saya concern bahwa pendidikan anak dan literasi sangat penting. Strategi penyampaiannya pun mesti jitu sehingga tidak timbul trauma.
2. Saya merasa belum berhasil menularkan hobi membaca saya pada anak. Mungkin pak Panji punya strategi untuk merasangsang anak untuk membaca. Terima kasih pak panji dan bu Niken.
Panji: Bisa di googling bu untuk Child Protection Program, untuk strategi baca, saya belum bisa jawab. Meski sudah baca buku Paul Jennings tentang menularkan kegemaran membaca atau Room for Read-nya John Wood, mohon maaf. Lanjut ke yang kedua ya.
Liyah: Terima kasih bu. Peringkat sekolah dikelola pemerintah berdasarkan hasil nilai ujian matematika dan bahasa inggris saja. Jika boleh mengambil kesimpulan, hal ini hampir serupa dengan Indonesia yang menggunakan nilai UN sebagai tolak ukur kemajuan/keberhasilan sekolah. Dengan adanya hal ini, adakah sekolah-sekolah di Australia yang punya kecenderungan untuk memprioritaskan mapel-mapel tersebut dibandingkan dengan mapel lainnya yang membuat siswa terbebani (seperti UN di Indonesia)? Bagaimana cara guru/pemerintah menangani hal yang demikian?
Panji: Saya jawab ya, Matematika dan bahasa inggris wajib sedangkan mapel lainnya bersifat pilihan. Jikapun ada test untuk kedua mapel tersebut itu tak bersifat meluluskan dan tidak jadi syarat masuk sekolah, hanya bersifat sebagai parameter untuk bahasa saja ada ruang guru LOTE (Language Other Than English), anak bisa pilih bahasa Perancis, Jepang dan tentu saja Indonesia. Tak menutup kemungkinan akan ada bahasa mandarin. Jadinya berbeda sekali situasinya dengan anak di kita yang akan menghadapi UN. Berikut link cek ranking sekolah di sini. Tujuannya sebagai panduan untuk orang tua mendaftarkan anaknya. demikian
Liyah: Baik, Terima kasih pak atas penjelasannya. Jadi mapel matematika dan inggris hukumnya wajib tapi tidak mutlak ya. (Gimana sih bahasanya )
Yulianto : Baik, terima kasih. Pertanyaan saya simpel, terkait dengan pembelajaran dan sistem di sana, apakah kira-kira dapat diterapkan di Indonesia? Jika memang sekiranya dapat diterapkan, apa sajakah yang harus dipersiapkan? Dari Pihak guru, sekolah atau bahkan pemerintah
Panji: Guru, sekolah dan pemerintah ketiganya bersinergi. Di Bandung ada MPLS Masagi yang keren (koreksi jika keliru), di sini kampus rutin sekali ke sekolah kerja sama bukan hanya masalah administrasi di sekolah. Saya berencana menghidupkan kembali buku penghubung siswa , dengan model record book di Bacchus Marsh ini buku dicek orang tua mingguan, guru mengecek pula, apa orang tua mengecek aktivitas siswa di sekolah.
1. memperbanyak sinergi dan kolaborasi
2. mengadaptasi record book & student diary
3. membuka luas kesempatan kerjas sama, sekolah dengan pihak luar
Yulianto : Betul. Ini semacam pendidikan karakterkan ya
Panji: Yang saya saluti sinerginya.
Yulianto : Mantap ini, intinya mah semuanya sinergi ya. Cukup mungkin, semoga Indonesia lekas bisa mengejar ketertinggalannya dan “dikaruniai” orang-orang seperti pak panji dan orang-orang yang “”melek” dunia penidikan yang lain.
Panji : Salah satunya demikian, kota Bandung akhir-akhir ini bagus sinerginya. Jadi teladan kami di sekolah salah satunya. Tak ada yang bisa sendirian, mari bergerak beriringan bersama-sama.
Sasmita: Iya, terima kasih.
1. Apakah disana ada KKM? Yang di atas KKM diberikan pengayaan dan dibawah kKKM pengayaan dan remedial?
2. Apakah ada siswa yang tinggal kelas?
Panji : Jujur saya tak bertanya untuk KKM, tapi siswa bisa memilih jam dan guru diluar jam belajar untuk remedial, untuk siswa yang tinggal kelaspun rasanya tak ada. Maaf sekali.
Sasmita: Jadi siswa setiap tahun naik semua?
Panji: Saya tak berani memastikan Pak, mohon maaf tapi kelas-kelas remedial banyak sekali gurupun melebihkan dua jam disekolah setelah jam sekolah selesai. Fungsinya untuk remedial.
Sasmita: Apakah alat tesnya masih soal PG atau essay? Atau disana sudah menggunakan alat bantu edmodo untuk evaluasi siswanya?
Panji: Bisa baca di slide saya penggunaan itu sudah rutin termasuk edmodo, alat tes esai dan jarang sekali. Lebih banyak proyek.
Moderator : Oke pak panji dan teman-teman semua yang masih menyimak, nampaknya pak sasmita menjadi penanya terakhir di diskusi daring mingguan KGB Pekalongan kali ini. Banyak sekali momen-momen ‘aha’nya pak panji yang bisa kita adopsi dan apply di sekolah kita walaupun tidak sama persis tapi sedikit demi sedikit kita menuju kesana. Seru sekali ya teman-teman pengalaman pak panji dan diskusi kita ini. Saya sebagi moderator dan seluruh teman-teman KGB Pekalongan mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga pada pak panji yang harus menempuh 26 km untuk mencari sinyal terbaik sehingga bisa berbagi dengan kita malam ini. Thank you very much pak panji. Teman-teman guru yang luar biasa, saya undur diri selamat malam.

