Asyik Menulis Dengan Cerita Berantai

 ASYIK MENULIS DENGAN CERITA BERANTAI

Neli Fori Karliana 

Ikatan Guru Indonesia

Kegiatan menulis adalah salah satu kegiatan pembelajaran yang sangat penting karena dengan menulis peserta didik dapat menuangkan segala ide dan imajinasinya. Zaman sekarang banyak bermunculan penulis-penulis hebat terutama penulis cerita fiksi baik dalam bentuk novel maupun cerita pendek. Buku-buku nonfiksi pun semakin bertebaran dengan penulis-penulisnya yang masih muda dan kreatif. Pelatihan-pelatihan menulis diselenggarakan di mana-mana oleh dinas pemerintah, organisasi, dan komunitas. Mendapatkan ISBN pun sekarang lebih mudah lagi dan tidak berbayar. Namun, bagaimana cara yang efektif agar peserta didik yang saya ajar dapat mengikuti proses pembelajaran menulis dengan senang dan semangat serta dapat menghasilkan tulisan meskipun tulisan yang sederhana.

Saya mengajar di SMA Negeri 2 Pandeglang, tepatnya mengajar Bahasa Indonesia di kelas XII MIPA sebanyak enam kelas. Kondisi peserta didik saya tidak seperti peserta didik yang tinggal di kota-kota besar yang mungkin kegiatan menulis sudah menjadi kegiatan yang mngasyikan. Ketika saya meminta peserta didik membaca saja sebagian besar hanya bertahan memahami isi tulisan paling banyak lima kalimat. Lebih dari itu mereka mulai lambat memahaminya. Hal ini terjad karena beberapa faktor, di antaranya adalah malas dan tidak terbiasa membaca sehingga membaca belum menjadi kegiatan rutin apalagi menjadi kegiatan favorit. Kondisi sperti ini sangat berdampak pada kegiatan menulis yang sebagian besar sumbernya didapatkan melalui kegiatan membaca. Sebagai guru tentunya saya tidak boleh tinggal diam, saya harus menemukan solusinya agar peserta didik tertarik, semangat, dan merasa senang serta bangga ketika berhasil membuat satu tulisan.

Berbagai startegi pun saya coba untuk membangkitkan semangat peserta didik ketika proses pembelajaran menulis berlangsung. Pada akhirnya saya dapatkan strategi yang saya pikir sesuai dengan yang saya harapkan dan cocok untuk peserta didik saya. Strategi itu adalah ‘Menulis Cerita Berantai’. Saya memulai kegiatannya dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan pemahamannya tentang cerita fiksi, dalam hal ini cerita pendek. Langkah selanjutnya saya memberikan penguatan terhadap pendapat mereka dilanjutkan dengan memberikan penjelasan serta langkah langkah menulis cerita pendek. Menghasilkan tulisan dalam waktu yang cukup singkat yaitu dua jam pelajaran menjadi tantangan untuk saya terus berpikir untuk menemukan trik dan strategi yang jitu. Setelah menyimak dan diskusi terhadap materi yang telah sampaikan, peserta didik saya bagi menjadi 4 kelompok sesuai dengan kelompok jejeran bangku duduk mereka. Setiap peserta didik saya minta mengeluarkan buku catatan dan mengingatkan untuk memberi nama sesuai buku miliknya masing-masing. Langkah menulis yang harus mereka ikuti sebagai berikut:

  1. Setiap peserta didik melanjutkan menulis setelah guru menyebutkan satu kalimat sebagia kalimat awal cerita.
  2. Lama waktu untuk melanjutkan tulisan yaitu 1-10 hitungan yang dilakukan oleh guru atau kira-kira 10 detik.
  3. Ketika hitungan angka 10, semua peserta didik harus memberikan bukunya kepada teman yang ada di sebelah kanan, di depan, atau di belakangnya sesuai dengan arah jarum jam.
  4. Ikuti proses sampai selesai hitungan sesuai jumlah peserta didik dalam setiap kelompok.
  5. Hitungan angka 10 terakhir, semua buku catatan sudah kembali kepada pemiliknya.
  6. Dalam hitungan 1-10 terakhir, semua peserta didik dengan bukunya yang telah kembali melanjutkan cerita dan menyelesaikannya serta memberikan judul cerita tersebut.
  7. Bacalah cerita tersebut, diskusikan dengan kelompok tentukan satu cerita yang paling bagus untuk dibacakan di depan kelas.
  8. Masing-masing perwakilan kelompok membacakan cerita hasil pilihan kelompok.
  9. Kelompok yang lain menanggapi dan memberikan nilai dengan menyebutkan angka
  10. Kelompok yang mendapatkan angka terbanyak adalah kelompok pemenangnya
  11. Guru memberikan hadiah kepada kelompok tertinggi nilainya.

Ketika proses pembelajaran berlangsung banyak hal menarik terjadi. Setelah empat kali hitungan mulai terlihat peserta didik senyum-senyum sendiri ketika membaca tulisan, ada peserta didik yang tiba-tiba menejerit karena cerita yang dibacanya menjadi cerita horor. Secara umum terlihat mengasyikan dan menyenangkan. Namun, terdapat juga beberapa kendala di antaranya ada peserta didik yang menuliskan kalimat seenak hatinya sehingga tidak sesuai dengan isi cerita. Selain itu ada tulisan peserta didik yang tidak terbaca oleh temannya sehingga menyulitkan untuk dilanjutkan, dan ada peserta didik yang sulit menemukan ide atau imajinasi sehingga tidak bisa menuliskan apapun. Kendala ini dapat diatasi dengan cara saya mengingatkannya agar mengikuti dengan baik, membaca tulisannya yang tidak terbaca oleh temannya, dan memberikan hitungan tambahan sampai semua peserta didik dapat menuliskan idenya.

Berdasarkan proses pembelajaran seperti yang saya lakukan tersebut, saya menyadari bahwa dengan bekerja sama atau kolaborasi kepercayaan peserta didik dapat tumbuh dan dengan memberikan kebebasan, kebebasan, dan kebebasan peserta didik menjadi senang dan bersemangat. Melalui proses pembelajaran menulis fiksi tersebut diharapkan peserta didik dapat menulis tentang keseluruhan setelah mencoba dengan menuliskan cerita fiksi secara bersam-sama. Beberapa waktu kemudian ada beberapa peserta didik yang berkonsultasi untuk menulis cerpen untuk dimuat di majalah tidak dikirim atau dikirim ke media.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top