Asri Dan Bisma: Latar Belakang Non Keguruan Tapi Jadi Guru Profesional

Kampus Guru Cikal (KGC) kembali menggelar Instagram Live pada Kamis (25/8/2022) bertajuk “Teras KGC: Siapapun Bisa Jadi Guru”. Hadir narasumber guru muda dengan latar belakang non keguruan, yakni Asriyantie, guru Sekolah Murid Merdeka, dan Bhisma Cakti, guru Sekolah Cikal Serpong.

Sebelum menjadi seorang guru, Asri adalah seorang banker dan ibu rumah tangga. Asri, sapaan akrabnya, mengaku awalnya tertarik menjadi guru setelah merasakan kepuasan mengajar anaknya sendiri.

“Oh ternyata ini ya rasanya jadi guru. Senang kalau anak yang kita ajari paham bahkan menyenangi pelajaran itu. Lalu saya jadi ketagihan mengajar,” ungkapnya.

Awalnya Asri mengaku ragu untuk menjadi guru secara profesional. Pasalnya, Ia hanya pernah mengajar untuk kegiatan sosial sehingga sifatnya volunteering. Asri khawatir, tanpa latar belakang keguruan, orang tua muridnya kelak tidak bisa percaya padanya.

Akhirnya, Ia menemukan program Ayo Jadi Guru dari Kampus Guru Cikal yang berkolaborasi dengan Karier.Mu. Asri mengaku senang menemukan program ini. “Program ini bagus banget, cocok banget buat aku. Apa yang aku cari, aku temuin di sini,” katanya.

Saat pertama kali membaca persyaratan mengikuti program Ayo Jadi Guru, Asri tidak percaya jika tidak ada batasan umur hingga menghubungi narahubungnya. Namun ternyata Ia mendapati program ini memang terbuka untuk umum.

“Kenapa Ayo Jadi Guru ini penting? Banyak sekali narasumber penting yang menginspirasi. Yang mereka berikan itu contoh nyata di lapangan, itu pengalaman yang luar biasa. Narasumbernya dari berbagai kalangan dan daerah. Apalagi materi pedagoginya, saya suka banget, dalem banget,” jelas Asri.

“Ayo Jadi Guru ini keliatan banget ya pengen kita jadi guru yang benar, yang baik, yang sesuai kebutuhan murid. Saya membayangkan kalau Indonesia punya guru-guru alumni Ayo Jadi Guru, anak Indonesia bisa beruntung. Guru bukan sekedar fasilitator, bukan sekedar pengajar, kita di sini diajar bagaimana caranya mendidik,” lanjutnya.

Hal senada juga dialami oleh Bisma, alumnus program Ayo Jadi Guru angkatan pertama. Ia merupakan lulusan Desain Komunikasi Visual (DKV) yang sebelumnya bekerja sebagai seorang translator.

“Di Ayo Jadi Guru saya belajar banyak teknik yang high-level. Buat saya menarik. Saat di fase 3 program ini, saya intern, teknik-teknik yang saya terapkan itu ternyata mendapat tanggapan positif dari murid. Ya ada 1-2 anak yang mungkin menantang, tapi tetap ada caranya,” ungkap Bisma.

Rangga Septyadi, pihak Karier.Mu yang turut hadir pada Instagram Live kali ini menjelaskan, prospek karier guru akan selalu ada. “Dalam setiap siklus, dalam setiap kondisi ekonomi, pendidikan akan selalu mendapat empat. Pendidikan adalah kebutuhan primer,” terangnya.

“Sumber informasi memang bertambah, misalnya Google. Tapi belajar itu kan tidak hanya sekedar mendapatkan informasi, tapi mengolahnya menjadi pengetahuan, jadi kesadaran baru. Peran guru itu bergeser untuk membangkitkan keinginan belajar dan menemani murid belajar,” lanjut Rangga.

Rangga juga menjelaskan, program Ayo Jadi Guru akan membantu seseorang untuk siap menjadi guru. “Karena tentu banyak tantangan untuk mulai jadi guru, dari membangun kepercayaan, menguasai kelas, dan banyak strategi lain yang perlu dipersiapkan. Ayo Jadi Guru disiapkan untuk itu,”

Rangga mengatakan, peserta program Ayo Jadi Guru akan mendapatkan 25 modul pembelajaran,  sesi belajar interaktif sebanyak 48 kali, kelas-kelas mentoring, dan berbagai konten  belajar yang dapat dipelajari secara fleksibel. Selain itu, peserta akan dapat membangun portofolionya sebagai seorang guru yang berguna untuk mendaftar di berbagai sekolah.

“Banyak sekolah yang mencari guru-guru muda. Untuk anak muda, jangan ragu untuk jadi guru. Indonesia luas, masih kekurangan guru,” pungkasnya.

Informasi mengenai program Ayo Jadi Guru dapat dilihat di lab.karier.mu/ayojadiguru.

(YMH)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top