Selama saya menjadi guru, saya selalu berharap agar disetiap proses pembelajaran semua murid aktif dan komunikatif. Saya ingin semua murid yang hadir dikelas bukan hanya untuk sekedar memenuhi kewajiban sebagai anak sekolah, tetapi saya ingin semua murid yang kesekolah sudah menyiapkan dirinya untuk menerima pelajaran dan pulang membawa ilmu yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun kenyataannya, selama saya mengajar di kelas enam, masih ada murid yang sama sekali belum siap mengikuti pelajaran dan belum aktif dalam mengerjakan tugas latihan yang saya berkan, baik itu tugas mandiri maupun tugas kelompok. Ini terlihat pada saat murid diberi kesempatan umtuk bertanya atau mengemukakan pendapat, namun yang bertanya hanya murid itu-itu saja. Begitupun pada saat diberi tugas latihan, masih ada murid yang belum mampu menyelesaikan dengan tepat waktu dikarenakan mereka takut salah, dan tidak mau bertanya karena masih ada rasa takut dan kurangnya rasa tanggung jawab pada murid tersebut. Disisi lain ada murid yang sangat aktif bertanya dan memberi tanggapan disetiap pertanyaan yang saya ajukan, begitupun dalam menyelesaikan tugas latihan sebagian besar murid yang sudah aktif dan kreatif, ini menyebabkan Proses pembelajaran dikelas menurut saya sepertinya belum optimal, karena masih ada siswa yang kurang aktif dan ada juga yang sangat aktif.
Dengan situasi tersebut saya berusaha mencari strategi yang tepat agar semua murid bisa aktif dan bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Hal yang pertama saya lakukan adalah meminta setiap anak untuk menuliskan hal-hal apa saja yang mereka suka dan tidak suka dalam proses pembelajaran, yang kedua melakukan kolaborasi antara murid dengan murid dan kolaborasi antara murid dan guru. Tujuan dari kolaborasi tersebut agar setiap murid menyadari bahwa stiap murid memiliki keahlian sehingga muncul rasa percaya diri berinteraksi antara murid yang satu dengan yang lainnya, begitupun antara murid dan guru tidak ada lagi rasa takut untuk bertanya jika ada hal-hal yang mereka anggap kurang jelas. Selanjutnya saya mencoba menerapkan Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) atau yang biasa kita sebut Pembelajaran Berbasis Proyek di beberapa muatan pembelajaran. Mengapa Model PjBL yang saya pilih, yang pertama karena disini dibutuhkan keaktifan murid dalam memecahkan suatu masalah, dan ada produk yang dihasilkan sehingga memicu kreatifitas murid untuk menyelesaiakan produk tersebut dengan penuh tanggung jawab.
Adapun tahapan yang saya lakukan adalah:
- Menyampaiakan Topik/masalah dan bagaimana memecahkan masalah, melalui pertanyaan mendasar.
- Murid diminta berdiskusi dalam kelompok yang sudah dibentuk sebelumnya, untuk menyusun rencana pembuatan proyek atau mendesain perencanaan produk, mulai dari pembagian tugas, persiapan alat dan bahan dan media yang dibutuhkan.
- Bersama murid membuat kesepakatan dalam menyusun jadwal penyelesaian Proyek.
- Memonitor keaktifan dan perkembangan Proyek.
- Menguji hasil dengan cara memantau keterlibatan murid dalam menyelesaikan proyek dan laporan yang di buat untuk di paparkan pada kelompok lain.
- Evaluasi Pengalaman Belajar, dengan cara murid diminta memaparkan laporannya dan meminta kelompok lain untuk menanggapi lalu bersama-sama membuat kesimpulan.
Adapun Proyek yang murid-murid buat adalah Proyek Belajar Budaya Negara ASEAN, dimana setiap kelompok mendapat tugas membuat proyek dengan negara yang berbeda, dan anggota kelompok masing-masing memiliki tugas dalam membuat proyek tersebut antara lain ada yang bertugas mencari di internet tentang karekteristik negara dan ada juga yang bertugas mencari identitas negara yang menjadi tugas kelompoknya. Nampak sekali kerjasama dalam pengaturan tugas dan meyusunnya hingga menjadi suatu produk yang bisa di presentasikan di depan murid-murid yang lain di kelas.
Dengan model pembelajaran tersebut nampak sekali perubahan yang terjadi di kelas, dimana semua murid aktif dalam berdiskusi, dimana terlihat setiap murid diberi tugas yang berbeda sehingga setiap murid bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Seperti ada yang diberi tugas memberi pertanyaan untuk kelompok lain, ada juga yang diberi tugas menjawab pertanyaan, ada yang bertugas memaparkan laporan dan ada yang bertugas menulis setiap pertanyaan yang masuk. Setiap murid juga dilibatkan dalam menyelesaiakn proyek yang dibuat, ini terlihat pada saat murid diminta menjelaskan apa saja yang sudah dilakukan selama meyelesaikan proyek tersebut.
Saya merasa sangat senang melihat perubahan yang terjadi setelah saya menggunakan model pembelajaran PjBL, dimana setiap murid terlihat aktif, kreatif dan bertanggung jawab terhadap tugas yang di berikan. Setiap murid diberi kesempatan untuk berbicara, mulai dari perkenalan diri sampai memaparkan hasil kerja kelompok atau proyek yang telah dibuat. Hal yang paling penting dan menjadi pembelajaran buat saya pribadi adalah saya harus melakukan kolaborasi dengan murid untuk mengetahui kesiapannya dalam menerima pelajaran, dan juga berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan menghilangkan rasa takut salah dalam berbuat pada murid, dengan memberi penjelasan ke murid bahwa tidak perlu takut salah karena kita masih dalam proses belajar, yang kalau salah masih bisa di perbaiki. Dan jangan takut bertanya jika ada hal-hal yang dianggap kurang jelas karena setiap murid berbeda cara menrima pelajaran, ada yang cepat paham dan ada yang lambat, sehingga tidak perlu malu untuk bertanya karena semakin kita bertanya maka kita akan lebih paham. Saya berusaha memberi ruang untuk setiap murid agar mau mengembangkan potensi yang dimiliki dan terbuka untuk menyampaikan apa yang menjadi kendala dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, agar tujuan pembelajan di setiap muatan pembelajaran bisa tercapai.