Pagi itu proses pembelajaran dengan materi siklus air sudah saya siapkan video dan gambar untuk membantu pemahaman siswa. Setelah berbagi ice breaking dengan bernyanyi “Rintik Hujan” bersama dan mulai menyampaikan materi ajar menggunakan video dan gambar, siswa kelas 6 satu per satu mulai terlihat tidak semangat, sesekali terkantuk-kantuk. Sepertinya mereka hanya ingin menuntaskan proses belajar begitu saja, tidak semringah, tidak antusias, datar, hanya sebatas belajar selesai tepat waktu. Soal nilai, evaluasi pagi itu, masih banyak yang di bawah rata-rata.
Saya pikir, pembelajaran daring banyak berpengaruh pada kecenderungan siswa dan gaya belajarnya di kelas. Dimanja dengan fasilitas gawai android bepengaruh pada antusiasme belajar mereka. Siswa tidak lagi semangat diajar dengan media pembelajaran yang biasa-biasa saja, dengan video dan gambar tak menarik lagi. Murid-murid kelas 6 lebih antusias melihat video tiga dimensi dalam game hape android yang mereka mainkan. Hasil telusuran yang saya lakukan, ternyata murid-murid di rumah lebih sering bermain gawai. Pantas saja di kelas mereka tidak tertarik dengan media pembelajaran yang saya berikan.
Mengetahui hal tersebut, apatis pada proses dan nilai yang rendah, perasaan saya menjadi gelisah, waktu bersama keluarga tak lagi menenangkan. Di sisi lain, keadaan tersebut membuat saya tertantang untuk mencoba hal baru, belajar harus mudah dan semenarik siswa bermain dengan gawainya. Itu sebabnya, saya harus menggunakan augmented reality (reralitas berimbuh) yang dikombinasikan dengan google form sebagai evaluasi di akhir pembelajaran.
Mulailah saya mencari-cari cara agar dapat membuat augmented reality. Bak gayung bersambut, di linimasa instagram, saya melihat ada pelatihan augmented reality dari Assemblr Edu yang dilakasanakan SEAMEO Seamolec. Setelah mendaftar, saya mendapat kesempatan mengikuti pelatihan secara daring. Alhasil, setelah mampu membuat Augmented Reality (AR), saya membuatnya khusus untuk materi pembelajaran di kelas. AR digunakan untuk membantu proses pembelajaran yang berpihak pada siswa dan seusai profil belajarnya. Hal ini erat kaitannya dengan menyelaraskan perkembangan teknologi dam kebutuhan belajar siswa. Dengan mengetahui kebutuhan proses belajar siswa dengan tepat, proses pembelajaran menjadi lebih memanusiakan.
Waktu pembelajaran telah tiba, bahan ajar dan media pembelajaran telah siap. Dengan penuh percaya diri saya mengajar dengan media ajar yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Dengan membagi siswa di kelas menjadi 3 kelompok kecil, siswa mulai berpetualang dengan barcode AR yang tertera di dalam Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Tiap barcode memiliki bagian siklus air yang berbeda, bagaikan puzzle siswa tertantang untuk menyelesaikan proses belajar dengan antusias. Dan di akhir proses pembelajaran, tersisa 1 (satu) barcode yang mengarah pada tautan google form sebagai evaluasi dan refleksi pembelajaran.
Pak guru, saya suka pelajarannya
Pak guru, matematika besok seperti ini, ya
Siswa puas dengan proses belajar, mereka memahami konsep siklus air dengan baik dan benar, nilai mereka dari evaluasi proses belajar di atas rata-rata. Alhamdulillah.