Aplikasi Online, Siapa Takut?

Saya mengajar di sebuah sekolah swasta terbaik di kota saya tinggal. Setidaknya begitulah menurut saya. Sekolah ini memiliki visi berkembang yang saya akui sangat keren. Pada saat belum pandemi, kami guru-gurunya diberikan tab. Begitu pun dengan siswa. Ada platform yang harus kami pergunakan, lebih dari sebuah Learning Management System (LMS) biasa. Di dalam platform ini kami mengembangkan modul, menulis soal, melakukan berbagai penilaian, melaporkan pembelajaran, melakukan presensi, dan sebagainya. Lengkap sekali.

Karena saya bergabung dengan beberapa komunitas, saya pun menjadi lebih terbuka dengan beberapa aplikasi yang harus kami kuasai di sekolah. Dengan kata lain, belajar menggunakan aplikasi-aplikasi yang diharuskan, menjadi hal biasa dan saya menyadari betul kebutuhan akan hal itu. Apalagi kita sedang berada pada masa pengajaran yang siswanya adalah Gen Z. Mereka yang lebih milenial dibandingkan guru-gurunya. Mereka yang sangat biasa dengan teknologi.

Hampir satu tahun kami bergelut dengan iya dan tidaknya berdigitalisasi, tiba-tiba pandemi datang. Dia tidak ketuk pintu terlebih dahulu. Tidak menanti kesiapan kita, tiba-tiba menghampiri dan memaksa siapa pun untuk menyadari bahwa dirinya sedang dibawa pada masa depan dengan cepat. Dan saya menyadari hal ini. Untuk itulah, berlandaskan pada perasaan”tidak enak” dengan sekolah yang sudah membiayai infrastruktur dan memberikan fasilitas terbaik untuk guru dan siswa, akhirnya saya belajar keras. Di usia yang tidak muda lagi, memang tidak mudah mempelajari berbagai aplikasi, apalagi aplikasi online yang dapat dipergunakan bersama siswa. Tapi harus bagaimana lagi?

Di tengah keterseokan belajar dan langsung mempraktikkan, saya pun mengajak guru-guru untuk menggunakan ragam aplikasi online ini. Ada yang merespon baik, bahkan ada juga guru yang sudah mahir dan menggunakannya terlebih dahulu dibandingkan saya, tetapi ada juga yang masih enggan menggunakannya. Tidak sedikit teman-teman yang masih senang mengajar secara konvensional. Mereka masih suka ceramah dan cenderung mengabaikan pembelajaran yang berpihak pada siswa zaman now.

Ini tantangan. Saya merasa tidak perlu berkecil hati. Semuanya berproses, termasuk diri saya. Mungkin teman-teman guru lain juga sedang berproses dengan dirinya. Akhirnya saya pun mulai belajar dengan guru-guru lain yang lebih bagus praktik baiknya. Kami saling melengkapi dan mencari pola-pola terbaik. Kami abaikan orang-orang yang masih enggan untuk bergerak dengan harapan esok lusa mereka akan mulai melakukan hal yang sama dengan kami. Akhirnya karena sering dipergunakan, siswa pun mulai senang dengan pembelajaran interaktif. Pada masa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), aplikasi ini sangat berguna. Kami bisa lebih tenang dalam mengajar dan melakukan evaluasi. Setidaknya ketakutan anak bosan mulai berkurang.

Sebenarnya, ketika menggunakan aplikasi online dan interaktif, guru dapat langsung melihat keterlibatan siswa. Kita tidak perlu bersitegang dengan siswa yang enggan membuka kamera atau tidak merespon jika ditanya, tinggal pergunakan aplikasi online dan semua berjalan dengan menyenangkan. Saya mulai mencoba membuat video dan membagikannya kepada guru-guru agar mereka juga membagikan praktik baiknya. Ini hal kecil yang menyenangkan.

Melihat keberhasilan kami, tidak sedikit teman-teman yang awalnya enggan, mulai mencoba menggunakannya. Kami belajar bersama dengan tujuan agar siswa senang diajar oleh guru-guru yang peduli pada zamannya, juga sebagai tanggung jawab pada sekolah yang sudah memfasilitasi kami.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top