Pendahuluan
Pendidikan memegang peranan penting dalam pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Pembaharuan dalam pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional, salah satunya adalah pembaharuan model pembelajaran di sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut pendidikan formal merupakan salah satu wahana dalam membangun (SDM) yang berkualitas, khususnya fisika sebagai bagian dari pendidikan formal yang ikut memberikan kontribusi dalam membangun (SDM) yang berkualitas.
Pembelajaran fisika saat ini sering mengalami kendala, diantaranya adalah model pembelajaran yang kurang cocok, penggunaan media yang kurang tepat, termasuk juga kurangnya guru memperhatikan keadaan dan minat siswa dalam kelas. Selain itu, fisika juga sering dikeluhkan sebagai bidang studi yang menakutkan, membosankan dan tidak disukai siswa. Hal ini tampak dari perilaku siswa di kelas yang menunjukkan sikap tidak tertarik pada saat mengikuti pembelajaran fisika.
Berdasarkan informasi dari guru fisika dan dilanjutkan dengan observasi yang dilakukan peneliti di SMA Maarif NU Pandaan, ditemukan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam mengelola kelas, khususnya kelas X MIPA 2, diantaranya adalah motivasi belajar siswa yang masih rendah dengan skor motivasi rata-rata sebesar 2,40. Hasil ulangan harian fisika siswa terhadap pre-test sebelum tindakan menunjukkan bahwa pengetahuan fisika siswa sangat rendah.
Dalam proses pembelajaran, seorang guru perlu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, sehingga peningkatan motivasi siswa untuk belajar tinggi dan akhirnya hasil belajar siswa dapat meningkat secara optimal. Salah satu model pembelajaran yang diperkirakan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa adalah Model EAT (Experience, Analysis and Theory) yang mengenalkan siswa untuk lebih memahami dengan tepat hal-hal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan mengaitkannya dengan teori.
Model EAT memiliki tiga pergerakan yaitu; pergerakan dari Experience (pengalaman) yang menggambarkan sebuah pengalaman atau kejadian-kejadian fisika yang benar-benar terjadi seperti sebuah kasus, menuju Analisis pengalaman itu, kemudian menuju generalisasi dari cakupan Teori. Pada Model EAT (Experience, Analysis and Theory) juga mengajarkan kepada siswa untuk berfikir kritis dan tanggap dalam mengaitkan pengalaman yang dialami dengan teori yang akan dipelajari. Pada aspek pengalaman, siswa diarahkan untuk mencari informasi sebelum mendapatkannya dari seorang guru. Proses pencarian informasi tersebut memberikan pengalaman belajar dan dapat mendorong siswa untuk berfikir bebas sesuai dengan pengetahuan yang telah dimilikinya sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan daya ingat siswa terhadap informasi yang didapatkannya. Model ini dapat dilakukan dengan beberapa teknik yaitu, Simulasi (permainan peran), Kuesioner, Teka-teki (Puzzle).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan Classroom Action Research (Penelitian Tindakan Kelas), untuk memperbaiki proses belajar mengajar fisika dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Maka peneliti memilih judul penelitian “Aplikasi Model EAT (Experience, Analysis, And Theory) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Fisika Siswa” (PTK Pada Siswa Kelas X MIPA 2 SMA Maarif NU Pandaan Semester Gasal Tahun Pelajaran 2019/2020.
Strategi langkah- langkah Pembelajaran Model EAT (Experience, Analysis and Theory)
Belajar Cara Belajar (Johnson, 2008:8)yaitu, mempelajari proses-proses belajar dengan tujuan menjadi guru bagi diri sendiri dan menjadi seseorang yang belajar seumur hidupnya dari berbagai pengalamannya sendiri. Johnson, P.E (2008:73) juga menyatakan bahwa model pembelajaran EAT (Experience, Analysis and Theori) merupakan pengembangan dari pembelajaran “Belajar Cara Belajar” yang melibatkan para siswa untuk pandai dalam menganalisis suatu proses yang terjadi di sekitar atau dilingkungan berdasarkan teori dalam suatu pelajaran. Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka.
Tiga langkah pembelajaran Model EAT (Experience, Analysis and Theori) dikemukakan sebagai berikut; 1). Pengalaman (Experience). Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok beranggotakan 5 sampai 6 orang, kemudian guru memulai dengan pengalaman atau sebuah diskusi mengenai pengalaman, mungkin hanya dengan satu pertanyaan sederhana mengenai pengalaman yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari. Hal ini diharapkan terjadi interaksi positif pada siswa, sehingga tercipta suasana kekompakan dalam kelompok. 2). Analisis (Analysis). Guru memberikan sebuah permasalahan pada semua kelompok untuk dianalisis dan dihubungkan dengan apa yang telah dilakukan dan dipelajari sebelumnya, dimana pertanyaan tersebut mengarah pada konsep materi yang akan dibahas. Disini siswa dibimbing untuk menemukan sendiri maupun secara berkelompok, serta berfikir kreatif tentang kejadian-kejadian yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. 3). Teori (Theory). Guru membimbing para siswa untuk dapat menggeneralisasikan pengalaman dan analisis pengalamannya dengan materi pelajaran. “Apakah maksud dari semua ini?”, “Bagaimana kamu menjelaskan semuanya?”, “Prinsip-prinsip apa yang dapat kamu tarik dari semua ini?”, dan “Apa yang akan kamu ketahui jika lain kali kamu menghadapi masalah ini?” (Johnson, 2008:74).
Proses dari pembelajaran EAT
Proses belajar adalah suatu proses internal siswa yang tampak lewat perilaku siswa mempelajari bahan belajar. Kegiatan proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil atau tidak, dapat dilihat dari hasil usaha yang dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung melalui suatu evaluasi belajar. Menurut Dimyati dan Mujiono (2002:200), menyatakan bahwa evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan alat pengukur keberhasilan siswa yaitu tes.
Pendapat lain mengenai evaluasi hasil belajar menurut Ralph Tayler (1950), evaluasi hasil belajar merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai (Arikunto, 1999:3). Hasil belajar dapat dilihat sebagai ulangan harian, sedangkan prestasi belajar dapat dilihat sebagai nilai akhir semester atau merupakan hasil dari kegiatan belajar mengajar karena pada intinya hasil belajar adalah komponen dari prestasi belajar.
Pada penelitian ini, hasil belajar digunakan sebagai patokan yang dipakai peneliti dalam melihat daya serap atau penguasaan belajar siswa setelah diadakan kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan pembelajaran Model EAT (Experience, Analysis and Theory). Adapun cara untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa yang biasa dipakai seorang peneliti khususnya penelitian tindakan kelas adalah dengan menggunakan tes, karena tes adalah salah satu alat evaluasi yang termudah untuk melihat pencapaian belajar siswa.
Menurut Purwanto (1986:33) menyatakan bahwa, tes hasil belajar atau achievement test adalah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya dalam jangka waktu tertentu. Tes berperan sebagai alat ukur kemampuan siswa atas materi yang telah dibahas maupun belum dibahas yaitu pre tes (untuk mengukur kemampuan dasar yang dimilki siswa) dan post tes (tes formatif) atas materi yang telah dibahas.
Untuk mengetahui apakah proses belajar mengajar dengan menerapkan pembelajaran Model EAT (Experience, Analysis and Theory) berhasil sesuai tuntunan ketercapaian belajar secara maksimal yaitu dengan peningkatan hasil belajar.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran Model EAT (Experience, Analysis and Theory) yang telah di uraikan diharapkan selain dapat memberikan manfaat berupa peningkatan motivasi, maka diharapkan pula dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
Hal yang dicapai dari penerapan pembelajaran model EAT
Motivasi Belajar Siswa
Setiap orang memiliki keinginan untuk melakukan suatu hal. Keinginan yang kuat merupakan pendorong bagi seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dorongan pada diri seseorang untuk melakukan suatu aktivitas timbul karena adanya rangsangan dari dalam diri sendiri maupun dari luar atau lingkungannya. Dorongan yang timbul tersebut biasa disebut motivasi. Seperti yang diungkapkan oleh Hakim (2001:26) bahwa motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Sardiman (2000:75) memberikan motivasi kepada seorang siswa, berarti menggerakkan siswa untuk melakukan suatu atau ingin melakukan sesuatu. Untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, guru sebaiknya menjelaskan materi pelajaran dengan cara yang sistematis, bahasa yang sederhana dan mudah simengerti siswa. Seorang siswa melakukan aktivitas belajar dengan senang apabila materi yang disampaikan guru menarik perhatian dan minatnya serta didasarkan pada kebutuhan siswa, misalnya untuk meraih prestasi yang baik.
Motivasi belajar siswa dapat dilihat melalui sikap yang ditunjukkan siswa pada saat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Menurut Sudjana (1992:61) motivasi belajar siswa dapat dilihat dalam hal diantaranya sebagai berikut Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, semangat siswa untuk melaksanakan tugas-tugas belajarnya, tanggung jawab siswa untuk melaksanakan tugas-tugas belajarnya, rasa senang dalam mengerjakan tugas dari guru, reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru
Dalam penelitian ini, penulis berusaha meningkatkan motivasi belajar siswa. Peningkatan motivasi belajar dilakukan melalui penerapan pembelajaran Model EAT (Experience, Analysis and Theory). Aspek-aspek dari motivasi belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Minat dan perhatian Siswa Terhadap Pelajaran
Minat dan perhatian siswa mempuyai peranan penting dalam proses belajar mengajar. Proses penyampaian informasi dari guru tidak akan berjalan lancar jika siswa tidak mempunyai minat dan perhatian terhadap pelajaran. Siswa dikatakan mempunyai minat dan perhatian yang tinggi apabila ada guru yang menyampaikan materi pelajaran, dan siswa memperhatikan dengan sungguh-sungguh.
Semangat Siswa untuk Melaksanakan Tugas-Tugas Belajarnya
Setiap siswa diharapkan mempunyai semangat belajar yang tinggi baik di rumah maupun di sekolah, karena semangat belajar siswa memegang peranan penting dalam belajar. Siswa yang memiliki semangat belajar yang tinggi ditunjukkan dalam berbagai aktivitas yang positif. Sesuai dengan pendapat Rohani dan Ahmadi (1995:11) salah satu fungsi motivasi adalah untuk memberi semangat dan mengaktifkan peserta didik supaya tetap berminat belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:51) siswa yang memiliki semangat belajar yang tinggi akan aktif bertanya kepada guru atau siswa lain apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya. Ketika guru menyampaikan materi pelajaran, siswa terkadang belum dapat langsung memahami apa yang disampaikan guru.
Tanggung Jawab Siswa untuk Melaksanakan Tugas-tugas Belajarnya
Selain pentingnya semangat siswa untuk melaksanakan tugas-tugas belajarnya. Dalam kegiatan belajar mengajar, Tanggung jawab siswa untuk mengerjakan tugas-tugas belajarnya juga penting, sebab tanpa adanya tanggung jawab maka tujuan belajar tidak akan tercapai secara optimal. Dalam proses belajar mengajar guru berfungsi sebagai pembimbing dan mengarahkan siswa untuk belajar. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan tanggung jawab adalah dengan memberikan tugas-tugas kepada siswa. Tugas yang diberikan guru merupakan salah satu cara untuk menilai proses belajar siswa. Tanggung jawab muncul karena adanya kemauan untuk mencapai tujuan belajar.
Rasa Senang dalam Mengerjakan Tugas dari Guru
Tugas dari guru terkadang merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan bagi siswa. Hal tersebut disebabkan karena tugas tersebut terlalu banyak atau sulit bagi siswa, sehingga siswa merasa enggan mengerjakannya. Salah satu upaya guru untuk membangkitkan motivasi siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan, guru harus membuat soal sesuai dengan kemampuan siswa, dan tugas tersebut menarik atau merupakan suatu hal yang baru bagi siswa sehingga timbul perasaan senang pada diri siswa untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Rasa senang sangat erat hubungannya dengan minat siswa terhadap pelajaran. Sesuai dengan pendapat Slameto (1995:57) bahwa kegiatan yang diminati seseorang akan mendapat perhatian secara terus menerus dari siswa yang disertai dengan rasa senang. Berdasarkan pendapat tersebut minat dapat menimbulkan perasaan senang seseorang, dan perasaan senang tersebut dapat menimbulkan suatu keinginan yang kuat untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas atau kewajiban yang dibebankan padanya dengan sebaik mungkin.
Reaksi yang Ditunjukkan Siswa Terhadap Stimulus yang Diberikan Guru
Proses interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar dapat terjadi karena guru memberikan stimulus pada siswa dan siswa memberikan reaksi terhadap stimulus yang diberikan oleh guru. Haryanto (1997:259) berpendapat bahwa interaksi aktif dengan guru dapat dilihat pada saat guru mengajar di depan kelas, siswa bertanya dan guru menjawab. Demikian pula menurut Sudjana (1992:61) bahwa interaksi antara guru dengan siswa dapat dilihat dalam tanya jawab yang dilakukan oleh guru pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa reaksi siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru dapat dilihat bila guru bertanya kepada siswa kemudian siswa memberikan respon balik dengan menjawab pertanyaan dari guru, dan bertanya apabila ada yang belum dimengerti.
Bentuk-bentuk reaksi siswa terhadap stimulus yang diberikan guru yaitu mengamati, memikirkan, mengolahnya, dan menentukan sikap dan kelakukan terhadap stimulus tersebut.
Proses dan Hasil Belajar Siswa
Proses belajar adalah suatu proses internal siswa yang tampak lewat perilaku siswa mempelajari bahan belajar. Kegiatan proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil atau tidak, dapat dilihat dari hasil usaha yang dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung melalui suatu evaluasi belajar. Menurut Dimyati dan Mujiono (2002:200), menyatakan bahwa evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan alat pengukur keberhasilan siswa yaitu tes.
Pendapat lain mengenai evaluasi hasil belajar menurut Ralph Tayler (1950), evaluasi hasil belajar merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai (Arikunto, 1999:3). Hasil belajar dapat dilihat sebagai ulangan harian, sedangkan prestasi belajar dapat dilihat sebagai nilai akhir semester atau merupakan hasil dari kegiatan belajar mengajar karena pada intinya hasil belajar adalah komponen dari prestasi belajar.
Pada penelitian ini, hasil belajar digunakan sebagai patokan yang dipakai peneliti dalam melihat daya serap atau penguasaan belajar siswa setelah diadakan kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan pembelajaran Model EAT (Experience, Analysis and Theory). Adapun cara untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa yang biasa dipakai seorang peneliti khususnya penelitian tindakan kelas adalah dengan menggunakan tes, karena tes adalah salah satu alat evaluasi yang termudah untuk melihat pencapaian belajar siswa.
Menurut Purwanto (1986:33) menyatakan bahwa, tes hasil belajar atau achievement test adalah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya dalam jangka waktu tertentu. Tes berperan sebagai alat ukur kemampuan siswa atas materi yang telah dibahas maupun belum dibahas yaitu pre tes (untuk mengukur kemampuan dasar yang dimilki siswa) dan post tes (tes formatif) atas materi yang telah dibahas.
Untuk mengetahui apakah proses belajar mengajar dengan menerapkan pembelajaran Model EAT (Experience, Analysis and Theory) berhasil sesuai tuntunan ketercapaian belajar secara maksimal yaitu dengan peningkatan hasil belajar.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran Model EAT (Experience, Analysis and Theory) yang telah di uraikan diharapkan selain dapat memberikan manfaat berupa peningkatan motivasi, maka diharapkan pula dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
Berdasarkan hasil dari adanya tindakan dari pembelajaran EAT prosentase rata-rata hasil belajar siswa kelas X MIPA 2 antara nilai pre-test sebelum tindakan dengan setelah ada tindakan pada hasil belajar fisika siswa kelas X MIPA 2 mengalami peningkatan yaitu sebesar 78%. Akan tetapi, hal ini masih belum memenuhi pencapaian peningkatan hasil belajar fisika yang diinginkan di SMA Maarif NU Pandaan, yaitu sebesar 80%.
Hasil post-test seperti yang ditunjukkan pada kasil belajar anak menunjukkan peningkatan persentase hasil belajar siswa kelas X MIPA 2 setelah diterapkan model pembelajaran EAT (Experience, Analysis and Theory). Persentase peningkatan hasil belajar siswa meningkat dari 78% menjadi 90%.