Bahwa disebutkan di awal munculnya Merdeka Belajar salah satu sebab dimunculkannya program Merdeka Belajar oleh Kementeriaan Pendidikan dan Kebudayaan adalah hasil PISA yang menempatkan Indonesia di posisi belakang. Dijelaskan bahwa Program Merdeka Belajar mengembalikan filosofi pembelajaran pada hakekat dari belajar itu sendiri, yaitu menghamba pada murid dengan prinsip-prinsip kemandirian, komitmen dan refleksi menuju profil pelajar Pancasila. Komitmen yang mengandung arti bahwa
Dalam laman https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/empat-pokok-kebijakan-merdeka-belajar per 11 Desember 2019 disebutkan bahwa Program Merdeka Belajar mengandung 4 Pokok Kebijakan Merdeka Belajar, yaitu (1) Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) yang memberikan pada sekolah dan guru masing-masing untuk menilai sendiri hasil belajar siswanya, (2) pelaksanaan Ujian Nasional (UN) yang per 2021 digantikan dengan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan Survey Karakter yang mengacu pada praktek baik pada level internasional seperti PISA dan TIMMS, (3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memberikan kebebasan kepada guru untuk memilih, membuat, menggunakan dan mengembangkan format RPP yang memuat 3 komponen inti, yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan asesmen, serta (4) Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang memuat jalur afirmasi minimal 15%. Jalur afirmasi adalah tergolong jalur yang disediakan untuk siswa yang menerima program penanganan keluarga tidak mampu dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah (misalnya penerima KIP).
Kurikulum Merdeka
Dalam paparannya pada episode ke-15 tentang Merdeka Belajar, sekali lagi bapak Menteri Nadiem mengutip hasil PISA dari tahun ke tahun yang merupakan krisis pembelajaran bagi pendidikan Indonesia yang diperparah dengan learning loss akibat pandemi covid -19 dalam jangka waktu Januari 2020 hingga April 2021. Sebagai alternatif solusi maka dilakukanlah penyederhaan kurikulum untuk memitigasi ketertinggalan pembelajaran. Masih dalam paparannya, dirancanglah struktur kurikulum yang lebih fleksibel dengan terfokus pada materi esential dan memberikan keleluasaan bagi guru menggunakan berbagai perangkat ajar sesuai dengan karakteristik siswa. Kurikulum yang kemudian disebut dengan Kurikulum Merdeka ini diberikan pada sekolah untuk dijadikan pilihan untuk dilaksanakan pada tahun ajaran 2022/2023.
Perolehan hasil PISA 2012, 2015 dan 2018.
TAHUN | READING | MATEMATIKA | SCIENCE | |||
PEROLEHAN | MEAN PISA | PEROLEHAN | MEAN PISA | PEROLEHAN | MEAN PISA | |
2012 | 396 | 496 | 375 | 494 | 382 | 501 |
2015 | 391 | 493 | 386 | 490 | 403 | 493 |
2018 | 371 | 487 | 379 | 489 | 396 | 489 |
Jika dilihat secara kasat mata data hasil perolehan dan mean-nya, maka sebenarnya dapatlah dikatakan bahwa sejak tahun 2012 hingga 2018 terjadi penurunan hasil secara global dari ke-3 mata uji tersebut. Rerata dari seluruh dunia menunjukkan penurunan global pada Reading, Matematika dan Science. Tentu saja, ini menarik perhatian sesungguhnya. Apa yang telah terjadi secara akumulatif pada kurun waktu saat itu? Justru pada saat terjadinya penurunan rerata hasil PISA, Indonesia “cukup” menunjukkan perolehan yang naik pada kurun watu 2015 pada mata pelajaran Matematika dan IPA sebelum kembali turun pada sesi 2018.
Jika menilik lebih dalam tipe soal pada PISA 2012, 2015 dan 2018 disebutkan bahwa item soal Pilihan Ganda menuntut siswa mengkonstruksi sesuai respons masing-masing siswa (construct their own responses and multiple-choice items, setting out a real-life situation). Penulis tergelitik untuk mendalami arti dari phrase tersebut. Ni Luh Ika Windayani dkk (2021) menyebutkan bahwa pendekatannya untuk memahami perkembangan kognitif sering disebut konstruktivisme, karena pendekatan tersebut menggambarkan anak-anak mampu mengkonstruksi pengetahuan untuk diri mereka sendiri sebagai respons terhadap pengalaman mereka . Demikian juga Dr. Dwi Purnomo, M.Pd.(2021) menandaskan bahwa pokok-pokok pandangan progresivisme antara lain, siswa belajar dengan baik apabila mereka secara aktif dapat mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka tentang apa yang diajarkan oleh guru, anak harus bebas agar bisa berkembang wajar. Lebih jauh, Rahmi Ramadhani (2020) menyampaikan bahwa dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses ”mengkonstruksi‟ bukan ”menerima pengetahuan‟. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka .
Keterhubungan konteks soal dengan filosofi Merdeka Belajar seberapa sesuai?
Filosofi Merdeka Belajar pada paparan bapak menteri Nadiem episode 15 menyampaikan 3 keunggulan Kurikulum Merdeka Belajar, yaitu (1) lebih sederhana dan mendalam, (2) lebih merdeka, dan (3) lebih relevan dan interaktif. Dari ke-3 keunggulan Kurikulum tersebut, terlihat bahwa konstruksi pengetahuan siswa sendiri sebagai respon terhadap mata pelajaran telah terlihat dalam poin lebih relevan dan interaktif, Siswa diharapkan dapat belajar sesuai dengan real life situation-nya. Pendalaman materi dapat dilakukan dengan melakukan project-project sesuai bidang minatnya. Namun, penulis ingin menyampaikan pendapat bahwa kunci keberhasilan ini semua terletak mayoritas pada guru. Oleh sebab itu, program Guru Penggerak sebagai bagian tidak terpisahkan dari Merdeka Belajar diharapkan dapat berlangsung sukses dan benar-benar dipahami oleh semua tenaga pendidik, kepala sekolah, orang tua murid, siswa dan semua stake holder pendidikan lainnya. Semoga ke depannya kualitas pendidikan Indonesia semakin jaya.