Alam Desa Berkarya
Saya adalah guru mata pelajaran Kimia yang ambil bagian juga mengajar mata pelajaran PKWU (Prakarya dan Kewirausahaan) untuk kelas X SMA. Secara umum tujuan pembelajaran PKWU, adalah supaya guru menyiapkan murid untuk mampu berkarya dan berwirausaha. Sedangkan tujuan khususnya yaitu memfasilitasi murid supaya mampu berekpresi kreatif melalui keterampilan teknik berkarya ergonomis, teknologi dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu inovasi dan kreativitas guru dalam metode serta model pembelajaran terutama di situasi pandemi dan PTM terbatas.
Setelah mendapatkan informasi bahwa sekolah diijinkan untuk pembelajaran tatap muka terbatas, saya sangat mengharapkan semua murid di kelas yang saya ajar makin memahami materi yang diajarkan di Google Classroom. Sebelumnya di Google Classroom, murid sudah mendapatkan penjelasan tentang materi PKWU yaitu “Pengolahan Jajanan Sederhana.”
Saya menghadapi tantangan yaitu dalam hal pengolahan jajanan dimaksud, karena tidak mungkin dilakukan di sekolah. Sedangkan saya perlu untuk melihat langsung bagaimana murid mempraktikkan dan mereka juga bisa langsung bertanya jika ada hal yang kurang dipahami.
Saat pertemuan di kelas, saya menawarkan kepada murid untuk mengajukan idenya. Murid diminta membentuk kelompok dan diberikan kebebasan untuk memilih anggota berdasarkan pertimbangan jarak tempat tinggal paling dekat. Kemudian saya menyebutkan beberapa nama jajanan sederhana yang biasa mereka konsumsi. Lalu murid juga menyebutkan nama beberapa jajanan yang bisa mereka olah, dan berdasarkan kesepakatan, ditulis beberapa jenis jajanan yang dapat mereka pilih untuk diolah berkelompok.
Semua jenis jajanan yang disepakati adalah jajanan yang bahan-bahannya mudah didapat di sekitar tempat tinggal murid, murah dan mudah diolah. Bahkan ada diantara murid yang tidak perlu membeli bahan utama karena ada di kebun orang tuanya (lokasi sekolah dan tempat tinggal murid merupakan wilayah transmigrasi perkebunan). Walaupun demikian, saya tetap meminta murid untuk melaporkannya sebagai modal wirausaha yang akan mereka jalankan. Karena jajanan hasil olahan murid ini akan dijual ke guru-guru dan murid kelas lain.
Selanjutnya, karena kondisi PTM terbatas yang tidak memungkinkan murid untuk mengolah jajanan tersebut di sekolah, maka hasil kesepakatan, murid mengolah di rumah. Dengan catatan bahwa saat pengolahan, murid menyusun sendiri langkah kerja sampai pada video pengolahan (untuk bukti) dan membuat laporan. Saya juga menekankan kepada mereka supaya harus bekerja sama dengan baik.
Murid diberikan waktu satu minggu untuk menyelesaikan dan produk jajanan diolah satu hari sebelum dipasarkan ke sekolah karena saya tidak mengijinkan menggunakan pengawet. Saya memberikan keleluasaan kepada murid untuk berkreasi sesuai keinginan mereka. Mulai dari pemilihan kemasan, nama produk sampai pada pembuatan video pengolahan.
Saya juga menyampaikan sekaligus minta ijin kepada Kepala Sekolah bahwa akan ada murid kelas X pada mata pelajaran PKWU yang akan praktik wirausaha di sekolah sebagai penerapan dari materi “Pengolahan Makanan.” Saya juga menyampaikan di WhatsApp grup sekolah, minta dukungan dan partisipasi guru-guru supaya membeli produk jajanan karya murid.
Tibalah hari dimana murid mulai berdatangan ke sekolah dan masuk kelas dengan membawa produk jananannya. Mereka sangat bersemangat memperlihatkan kemasan-kemasan jananan hasil olahan. Tetapi ada satu kelompok yang mendatangi saya sembari memperlihatkan produk kelompoknya dan mengatakan kalau mereka tidak akan menjual produk tersebut karena ternyata rasa dari olahan mereka tidak sesuai dengan harapan.
Saya tetap memberikan apresiasi dan motivasi serta meminta laporannya. Kemudian memberikan kesempatan kepada salah satu murid untuk menceritakan langkah kerjanya. Akhirnya mereka sendiri menemukan dimana letak kekeliruan yang dilakukan hingga menyebabkan rasa produk yang tidak layak jual, tanpa saya yang mengatakan. Kelompok tersebut berjanji akan mengolah ulang. Saya membeli masing-masing satu jajanan dari tiap kelompok termasuk milik kelompok yang gagal.
Saat jam istirahat dan semua kelompok siap, saya mempersilahkan mereka menawarkan produk jajanannya kepada guru-guru dan murid kelas lain. Tidak lupa saya mengingatkan mereka supaya melihat kembali catatan modal dan menetapkan harga jual. Sekitar 30 menit kemudian sudah ada beberapa kelompok yang menyerahkan catatan hasil penjualan dan dengan semangat bercerita kalau jajanan mereka habis terjual. Saya minta mereka untuk memperlihatkan uang hasil penjualan kemudian melihat catatan modal. Selanjutnya modal tersebut dikembalikan kepada anggota dan keuntungannya dibagi rata.
Saya menanyakan bagaimana perasaan mereka saat menjual hasil olahan sendiri. Jawabannya semua merasa senang dan bangga karena mampu mencari uang sendiri. Saya memperhatikan salah satu kelompok yang terlihat bingung, lalu saya ajak ke depan. Kelompok tersebut memperlihatkan catatan modal dan hasil penjualan. Ternyata modalnya lebih besar dari hasil penjualan alias merugi sehingga mereka bingung bagaimana membagi keuntungan.
Saya memberikan kesempatan untuk mereka menceritakan langkah-langkahnya. Akhirnya mereka mengerti bahwa kekeliruan ada saat menetapkan harga jual. Karena merasa khawatir tidak laku, harga jualnya murah, tapi jumlah produknya sedikit, sehingga tidak mampu menutup modal. Saya menanyakan apakah anggota kelompok tersebut bisa menerima hal ini. Mereka mengatakan menerima dan menjadi pelajaran berharga.
Pada penghujung pertemuan, saya memberikan penekanan dan penguatan kepada murid, yaitu mulai saat ini harus mampu membuat rencana untuk masa depan. Saya memberikan motivasi supaya jangan pernah merasa malu untuk mulai berwirausaha walaupun kecil-kecilan. Saya juga memberikan penekanan bahwa mereka harus berupaya untuk memanfaatkan sumber daya alam sekitar.
Akhirnya saya dan murid bersama-sama menyimpulkan makna dari pembelajaran kali ini yaitu siswa mulai mampu mempraktikkan langsung teori yang mereka pelajari, murid mampu berkreasi sesuai potensi, dapat bekerja sama dengan baik, mampu menerima hasil yang kurang memuaskan, mampu memahami bagaimana menghadapi tantangan masa depan dan mulai memikirkan peluang wirausaha.
Catatan: SMAN 6 Palangka Raya terletak di 29,5 Km arah luar kota, selalu dianggap sebagai desa karena lokasi adalah wilayah transmigrasi perkebunan lokal.