Awalan
Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) mulai dijalankan di tahun pelajaran 2022/2023, dengan pilihan Mandiri belajar, Mandiri berubah dan Mandiri berbagi. Kurikulum Merdeka yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, menawarkan pelaksanaan kproses intrakurikuler yang bisa di sesuaikan dengan kondisi sekolah dan arah kebijakan sekolah ke depan. Dalam pelaksanaan kurikulum baru di sekolah yang menggunakan kurikulum merdeka ini, juga khas dengan adanya pembelajaran berbasis proyek dan pelaksanaan proyek penguatan profil pelajar pancasila (P5) sesuai tema yang sudah di tetapkan pemerintah dan pelaksanaannya bisa disesuaikan dengan visi misi dan kesiapan sekolah.
Di SMA negeri 2 Pare Kabupaten Kediri, tahun ini menjalankan kurikulum merdeka dengan pilihan mandiri berubah. Dalam keseharian sudah pasti menggunakan kurikulum perubahan ini dan melaksanakan proyek P5. Sebab masih baru
Tantangan
Tantanganya, karena masih baru menerapkan kurikulum merdeka, bisa dipastikan masih banyak proses belajar, penyesuaian tema, penyesuaian proyek dengan visi misi sekolah serta memperhatikan kesiapan sekolah, dalam hal ini mulai dari guru guru, siswa, sarana prasarana serta pendanaan yang nanti nya akan bersisian dalam proses pelaksanaan proyek P5 ini. Dengan kondisi mandiri berubah, materi pembelajaran baru dan cara cara baru, hal ini benar benar menjadi tantangan bagi fasilitator sekolah dan guru kordinator proyek. Tantangan kami antara lain bagaimana memulia pekan proyek P5, menyiapkan materi dan aktivitas proyek, dan aktualisasi proyek ini nanti akan kami bawa kemana. Alhamdulillah, 3 fasilitator proyek sekolah dan 12 guru kordinator proyek kelas X bisa bermusyawarah mulai dari penentuan tema, sub tema, pekan pelaksanaan, aktivitas yang nantinya akan kami siapkan untuk anak didik kelas X dan asesmen apa yang sesuai dengan kegiatan yang akan kami rancang.
Aksi
Pasca musyawarah, saling bertukar pikiran dan belajar bersama guru kordinator proyek kami dapatkan tema yang akan kami laksanakan dalam tahun pertama di fase E/ kelas X ini. Tema tersebut antara lain :
- Bangun jiwa raganya
- Suara demokrasi
- Gaya hidup berkelanjutan
- Kewirausahaan
4 tema ini yang akan kami jalankan bersama sama di SMAN 2 pare pada fase E tahun pertama. Pilihan pelaksanaan kami memilih paralel dalam pekan pekan proyek, yang terbagi 1 pekan per bulan. Penjadwalan di semester ganjil ini dapat di lihat sebagai berikut :
Tabel 1. Penjadwalan Pekan Proyek P5 SMAN 2 Pare
Semester ganjil tahun pelajaran 2022/2023
No | Tema | Aktivitas | Agust | Sept | Okt | Des | |||
III | V | III | IV | IV | II | III | |||
1 | Sosialisasi Proyek P5 | Sosialisasi Proyek P5, penjadwalan, dan penentuan guru kordinator proyek | √ | ||||||
2 | Tema Suara Demokrasi | Sosialisasi demokrasi, pendaftaran dan penjadwalan | √ | √ | |||||
Seleksi dan Kampanye | √ | √ | |||||||
Pelaksanaan Pemilu OSIS dan MPK | √ | ||||||||
3 | Tema Bangun Jiwa raganya | Inisiasi : pengenalan Cyber Bullying, analisa, solusi | √ | √ | |||||
Kontektualisasi : Analisis film, kampanye stop bullying dan Go Wellbeing | √ | √ | |||||||
Aktualisasi : Aktulisasi 1 Flash Mob Aktulisasi 2 Pertunjukan Drama dan Gelar Karya Film karya siswa | √ | √ | √ |
Aksi yang dilakukan berikutnya setelah tantangan perencanaan proyek P5 adalah kami membuat modul aktifitas, elemen profil pelajar pancasila yang akan kami kembangkan dan kuatkan di anak didik SMAN 2 Pare, serta asesmen dan pilihan produk proyek sesuai dengan kondisi faktual dan pengalaman anak didik. Elemen yang akan dikembang dan di kuatkan dalam proyek tema ini meliputi ke 6 dimensi profil pelajar pancasila, yaitu beriman bertaqwa dan berakhlak mulia, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, kreatif dan berkebinekaan global. Pengembangan dimensi profil pelajar pancasila ini kami harpakn mampu mengembangkan karakter baik dan menguatkan karakter pribadi pelajar pancasila yang akan menjadi dasar bagi perkembangan karakter yang membudaya, tidak hanya di sekolah tapi juga di rumah dan dilingkungan masyarakat nantinya.
Dari hasil ini kami akan memulai proyek dengan 3 tahap pelaksanaan, yaitu :
- Tahap Inisiasi
- Tahap kontekstualisasi
- Tahap aktualisasi
Pada tahap inisiasi, kami menggunakan model problem based Learning untuk mengetahui apa itu bullying, jenis bullying, pencegahan dan tawaran solusi permasalahan bullying d sekitar. Hasil proses belajar ini di tuangkan dalam poster, dan materi akhir sesuai pemahaman anak didik setelah diskusi terarah dalam kelompok kecil, serta diskusi dalam kelompok besar (1 kelas). hasil pemahaman ini kemudian akan di bawa dalam pekan proyek ke 2. Pada pekan proyek keuda untuk kontekstualisasi di awali dengan meninton film yang memberikan kisah nyata bullying dan akibatnya di sekolah. Hasil dari analisis film kemudian di terjemahkan dalam kampanye stop bullying dan persiapan aktualisasi tahap 1, yaitu membuat gerakan flash mob dengan pesan wellbeing dan stop bullying di sekolah. asesmen dilakukan selama proses kegiatan berlangsung, pembuatan posterm pemahaman anak didik pasca diskusi bisa menjadi acuan asesmen formatif, pengembangan sikap dan keterlibatan di kelas dalam kegiatan proyek bisa menjadi acuan guru kordinator proyek dan sumatif dilakukan pada tahap aktualisasi 1 bulan september, dan aktualisasi 2 yang akan dilaksanakan bulan desember mendatang.
Dari 3 pekan proyek yang sudah dilakukan, setiap pekannya di lakukan refleksi atas apa yang sudah di alami anak didik, apa yang ingin dilakukan pasca mengetahui kondisi cyber bullying dan bagaimana kita bisa mnejadi pribadi yang good attitude dan pemikiran yang sehat sesuai dengan apa yang kita punya. Hasil dari refleksi ini siswa rata rata menyatakan bahwa pekan proyek menarik, antusias dan siswa merasa terlibat dalam kegiatan ini. Senang pasti, tapi capek juga dirasakan karena selama pekan proyek ada target kegiatan harian yang harus mereka lakukan sesuai diskusi kelas. Hasil dari refleksi ini sebenarnya juga menjadi bagian dari asesmen as learning bagi siswa, karena mereka mampu menilai diri sendiri sejauh mana terlibat, berkontribusi, bergotong royong dan sikap sikap lainnya selama persiapan sampai finalisasi hasil proyek berlangsung.
Pertunjukan Flash Mob pun berlangsung dengan banyak tanda tanya di saya, apakah anak anak mampu mengambil peran, apakah anak anak berhasil memutuskan dan berdiuskusi di akhir proyek dengan bersepakat di lagu dan gerakan flash mob, apakah bisa bersinergi, latihan bersama dll. Dan saat akhirnya anak anak kelas X menampilkan satu persatu flash mob yang sudah mereka persiapkan, rasanya terharu luar biasa dan tidak menyangka jika hasilnya justru di luar praduga saya. Mereka mampu bekerja sama dengan baik, mampu memkontektualisasi cyber bullying dan bullying dengan baik, mampu mengkampanyekan untuk menjadi diri sendiri baik (wellbeing) serta mampu menampilkan dengan baik. Keharuan ini pasti bukan hanya milik saya, tapi saya sempat bertanya kepada guru guru kordinator lain bagaimana perasaan mereka, dan jawaban mereka hampir sama, keren dan luar biasa anak anak SMAN 2 Pare. Kerjasama dan kreatifitas mereka patut di hargai sebagai bagian dari mengembangkan sikap diri, nalar kritis mereka dan kebinekaan yang tercipta patut di apresiasi dengan memberikan tantangan baru untuk mengembangkan kemampuan mereka dengan lebih baik.
Perubahan
Perubahan karakter siswa dan pengembangkan sikap sesuai dimensi profil pelajar pancasila adalah sesuatu yang sedang kita upayakan bersama sama. Dalam proyek P5 ini pasti adan trial dan eror, ada perencanaan yang matang sampai ke hasil proyek, serta bagaimana kolaborasi tercipta antar guru, guru dengan sekolah, guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Ini sebenarnya yang sedang di bangun dan dikuatkan secara bersama sama. Sebab sesuai dengan kurikulum merdeka, banyak piala atau kejuaraan yang dihasilkan siswa bukan lagi menjadi patokan dan ukuran, tapi bagaimana kita bisa menyiapkan siswa yang punya karya dan siap berkontribusi di masyarakat ke depannya. Dan dalam proses ini, kegiatan pekan P5 menjadi salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan dan tantangan tersebut. Dimensi dan elemen sikap sesuai profil pelajar pancasila adalah perwujudan karakter manusia Indonesia ke depannya. Sudah selayaknya kita sebagai guru, ikut andil dan terlibat dalam proses tersebut dengan mendampingi dan memfasilitasi proses belajar tersebut pada anak anak didik kiyta.
Di akhir refleksi pasca aktualisasi flash mob yang mengkampanyekan Wellbeing dan stop Bullying yang menurut penilaian saya sangat sukses, saya mengatakannya kepada siswa saya, suatu saat nanti, dari kalian ada yang nantinya akan menjadi Kepala desa dan sebagian lagi menjadi warga. Seandainya menjadi Kepala Desa maka jadilah kepala desa yang baik dan visioner, dan jika kita menjadi warga masyarakat, maka marilah menjadi warga yang baik, sebab setiap orang akhirnya akan menjadi bagian dari masyarakat, dan kita akan menjadi warga yang berkontribusi sesuai dengan peran kita masing masing. Maka sudah selayaknya kita mempersiapkan diri dengan mengembangakn karakter baik dan berbudaya. Menutup tulisan saya, seperti yang pernah di tulis Anne Frank : “Kebesaran manusia tidak terletak pada kekayaan atau kekuasaan, tetapi dalam karakter dan kebaikan. Manusia hanyalah manusia, dan semua orang memiliki kesalahan dan kekurangan, tetapi kita semua dilahirkan dengan kebaikan yang mendasar.” Dan saya yakin anak anak muda Indonesia memiliki potensi dan kebaikan yang mendasar, tinggal bagaimana kita bisa memfasilitasi supaya potensi mereka berkembang dan kebaikan mendasar tidak terkikis karena keserakahan. Terima kasih.