Sebanyak 225 pendidik asal Blitar merayakan berakhirnya program #TerusBelajar di aula Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar pada Selasa (29/03/2022). #TerusBelajar merupakan program inisiasi Kampus Pemimpin Merdeka (KPM) dan NusantaRun untuk mendukung guru dan kepala sekolah menghadapi situasi pandemi.
Selain Blitar, #TerusBelajar juga diadakan di Kediri, Ponorogo, Tulungagung, dan Trenggalek dengan total 1000 peserta dan 699 peserta diantaranya berhasil menyelesaikan hingga akhir program.
“Pandemi menyebabkan murid kesulitan belajar. Kami sadar bahwa ekosistem pendidikan perlu dukungan untuk menghadapi ini, seperti guru, kepala sekolah hingga orang tua murid,” jelas Rizqy Rahmat Hani, ketua KPM.
Pandemi memaksa guru untuk segera beradaptasi agar tetap bisa memberikan pembelajaran yang bermakna meski minim pertemuan tatap muka. Kepala sekolah terus mencari cara menjadi pemimpin yang baik di situasi yang tidak kondusif dan orang tua kebingungan bagaimana mendampingi anaknya selama belajar di rumah.
Program belajar yang dimulai sejak Agustus tahun lalu tersebut membuat guru mulai menyadari miskonsepsi cara mengajar selama ini. Seperti misalnya mengajar dengan mengabaikan minat dan pendapat murid.
Melalui beberapa modul, pendidik belajar bagaimana menerapkan sistem pembelajaran yang merdeka belajar atau berpihak pada anak. Melalui prinsip tersebut, mereka juga bisa mempraktikkan cara mengajar efektif saat PJJ dan bagaimana melibatkan orang tua murid.
“Tadi perwakilan guru menyampaikan, dari modul pelibatan keluarga misalnya, dia menjadi sangat terbantu hingga ke pelaksanaan teknis. Bahkan orang tua ada yang diminta untuk jadi guru tamu. Harapannya melalui #TerusBelajar akan lahir para penggerak pendidikan seperti ini yang akan membawa perubahan,” tukas Rizqy.
Dalam kesempatan yang sama, Ruciana Galunggung, guru SD Aisyiyah Jatinom Blitar, mengatakan, dirinya sangat terbantu dengan adanya beasiswa dari KPM dan NusantaRun untuk mengikuti program #TerusBelajar.
Sebagai guru yang mengajar kelas satu, Ruciana menuturkan, perubahan yang terjadi akibat pandemi cukup membuat stres. Murid harus menunggu orang tuanya pulang bekerja agar dapat meminjam gawai untuk mengikuti pembelajaran. Beberapa diantaranya juga kesulitan sinyal karena lokasi rumah yang cukup jauh dari perkotaan.
“Saya mengajar setelah maghrib ketika murid sudah bisa megang HP orang tuanya. Itu pun tidak sampai setengah yang ikut karena banyak yang HP nya tidak bisa menginstall aplikasi Zoom,” jelasnya.
Proses pembelajaran saat itu jauh dari kata efektif. Ruciana mengungkapkan banyak orang tua yang mengeluh karena takut anaknya ketinggalan pelajaran. Bahkan mulai berpikir untuk memindahkan anaknya ke sekolah swasta yang berani menggelar sekolah tatap muka di tengah maraknya kasus COVID-19.
“Saya beruntung bisa ikut #TerusBelajar. Modul dari KPM sangat komplit, detail, dan yang terpenting mudah diikuti. Saya bisa merancang pembelajaran yang sesuai konteks sekitar murid,” ungkap Ruciana.
Setelah menerapkan prinsip merdeka belajar, Ruciana menyadari bahwa memberikan pembelajaran bermakna tidak harus dengan pertemuan tatap muka. Ruciana bahkan melihat perubahan drastis murid-muridnya, seperti lebih kritis dan semangat memberikan pendapat.
“Tidak harus tatap muka. Murid saya sekarang sibuk mengamati keadaan sekitar, mewawancarai orang tua nya, memanfaatkan barang-barang bekas, dan masih banyak lainnya. Belajarnya sesuai dengan lingkungan sekitar mereka,” jelasnya.
Beasiswa #TerusBelajar sendiri merupakan hasil galangan dana pelari NusantaRun. Selain berhasil mencapai target lari sejauh 119 kilometer, mereka berhasil mengumpulkan 660 juta donasi dari 5600 lebih donatur. (YMH)